HyungWonho Part 21

1.4K 123 59
                                    

Sebuah kuali berukuran sedang nampak mengepulkan asap. Tidak dapat Changkyun elak tangannya gemetaran saat mengaduk beberapa bahan-bahan yang sudah dia masukkan tadi.

Warnanya kehitaman, membuatnya sedikit ragu dengan hasil karyanya. Berkali-kali dia melihat ke arah kuali dan gulungan perkamen tua yang sudah usang ditiap sisinya.

Dalam hatinya dia menghitung sampai tujuh setiap tetes cairan delphinium sebelum mengaduknya berlawanan arah jarum jam sebanyak tujuh kali. Jooheon pun tidak berani mengganggunya, dia tidak ingin mengacaukan pikiran Changkyun dan menyimpan rasa ingin tahunya rapat-rapat.

Kemudian 2 orang berjalan ringan menembus remang ruangan itu, mendekat ke arah Changkyun.

Hoseok hendak membuka suaranya, tapi segera diurungkannya melihat Jooheon memberikan tanda bahwa ini bukan saatnya mengganggu Changkyun.

Tapi Changkyun yang berada diujung keputusasaan malah seperti mendapatkan nafas baru ketika melihat Hyungwon dan Hoseok mendekat.

"Hyung, bagaimana? Apa kau menemukan petunjuk? Aku sudah mengikuti semua petunjuk diperkamen ini, tapi harusnya ini berwarna bening bukan keruh seperti ini"

Hyungwon mendekatkan wajahnya kearah kuali, bau manis khas delphinium dapat sedikit dia rasakan, tapi dia tahu ada yang kurang dengan ramuan ini.

"Kami menemukan sesuatu" ujar Hoseok, dirinya mencoba menginformasikan apa yang dia dan Hyungwon temukan. Tapi helaan nafas Hyungwon yang berat membuat Changkyun dan Jooheon tahu, masalah ini belum sepenuhnya terselesaikan.

"Apa lagi?" Tebak Changkyun segera.

Hoseok mengambil secarik perkamen dari saku nya. Membacanya keras-keras seolah meminta bantuan siapapun yang mendengarnya dapat menelaah arti tersembunyi dari temuannya.

"Datang dari tanah yang kering, air tidak kuasa menghidupkannya. 7 warna berbeda ditiap bagiannya membuat keabadian menjadi sempurna. Hanya sesuatu yang suci, yang dikorbankan membuatnya hidup."

Jooheon dan Changkyun tidak habis pikir dengan kalimat membingungkan yang diucapkan Hoseok.

"Hyung, kau yakin? Begitu kata-katanya?" Jooheon memandang Changkyun yang menatap sedih kedalam kualinya, pandangannya putus asa.

"Jadi... semua ini sia-sia?" Sebutir air mata lolos dari pipi Changkyun, otaknya terasa berat, dia merasa gagal. Sementara Jooheon meremas pelan kedua bahu Changkyun dalam diam.

.   .   .

Minhyuk terdiam dalam keremangan, otak nya terasa mati sekarang, tangannya mengepal menyiratkan emosi yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri.

Matanya terpejam, kenangan menariknya ke masa lalu.

Dirinya yang 'masih muda' masuk sendirian ke kota asing yang tidak pernah sekalipun dia sambangi. Dirinya terasa kikuk, biasanya dia bersama Hyungnya menjelajah hutan baru persinggahan mereka.

Tapi tidak kali ini, saat dia memutuskan berpisah jalan dari Gunhee, dia tidak ingin mengkhianati rasa saudara yang melekat kuat sejak Gunhee 'menciptakannya' dulu.

Baginya cinta adalah sebuah omong kosong, bagaimana mungkin cinta bisa hadir saat jantungnya sudah tidak berdetak?

Omong kosong bukan?

Dirinya duduk dalam keheningan malam, menatap desa yang jauh dibawah bukit sana. Sesekali melihat kearah bulan yang mengejek kesendiriannya.

'SRAAKK'

Bunyi gemerisik semak rimbun dibawah pohon yang dia duduki terdengar gaduh, mata Minhyuk menajam mencari sesuatu yang mengganggu perenungannya.

Unmei No Akai Ito (Benang Merah Takdir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang