3 hari setelah persidangan, Merisa sudah sembuh total akibat obat yang diberi Putra mahkota.
Obatnya bekerja begitu cepat, sampai-sampai Merisa kewalahan menahan rasa sakit efek dari obatnya, desiran hangat meresap melalui luka-lukanya, jika hanya satu luka itu tidak akan sakit.
Tetapi luka yang dipunyai Merisa tak terhitung banyaknya hampir memenuhi sekujur tubuh kecilnya itu. Saat memberi obat pada tubuhnya, seolah-olah dirinya merasa bukan pengobatan yang terjadi tapi pembunuhan, tubuhnya seperti terhantam seribu pedang. Jika bukan karena dia memiliki daya tahan tubuh yang kuat, bisa-bisa ia sudah mati.
◎◎◎
Dipagi hari yang cerah Merisa keluar dari kamarnya, melihat-lihat keadaan rumah keluarga Viscount. Bangunan yang kokoh, bersih, tapi sayang tidak ada benda yang bisa dilihat Merisa. Kosong, sunyi itulah yang dirasakan Merisa.
Hatinya sakit dan emosi melonjak keluar, ketika ia mengingat apa yang dilakukan kerabatnya. Mengambil barang-barang berharga di mension Viscount tanpa rasa malu sedikit pun. Muka-muka serakah, kelaparan akan harta, memuakan Merisa. Matanya menyiratkan kebencian mendalam, ingin sekali dirinya membunuh semuanya.
"Nona muda, apa anda memerlukan sesuatu?"
Suara wanita tua itu mengembalikan Merisa yang terbawa dalam pikiran-pikirannya. Sambil tersenyum ia berkata
"Saya tidak perlu apa-apa Bu Helper "
Derap langkah cepat terdengar dari luar mension dan suara pak helper terdengar, untuk menghalangi orang itu.
"Anda dilarang masuk, nona muda sedang beristirahat dari sakitnya"
Tidak peduli apa yang dikatakan pak helper, orang itu tetap menerobos masuk kedalam. Tidak memerlukan waktu lama, orang itu bertemu dengan Merisa
"Maaf kan saya nona, saya tidak bisa menghalangi mereka"
Pengaduan pak helper terengah-engah, karena dirinya sudah cukup tua untuk menahan orang-orang ini.
"Tidak masalah pak helper, saya juga sudah sembuh sekarang"
Lembut, itu yang dirasakan kedua pelayan tua itu ketika nyonya mudanya berbicara kepada mereka. Berbeda ketika Merisa menatap kedua orang asing itu dengan tatapan dingin.
"Ada perlu apa, kalian datang dikediaman Viscount?"
"Kami hanya mengantarkan titipan pangeran Edward"
Orang-orang itu keluar sebentar mengambil satu peti dari dalam keretanya.
"Ini 2000 talenta emas dari pangeran Edward sebagai kompensasi atas luka-luka yang anda terima, nona Mer"
Jelas orang-orang itu, bisa dipastikan mereka adalah pengawal pangeran Edward. Mereka menatap penuh kemenangan kepada Merisa, seolah-olah mereka memberi uang untuk seorang pengemis.
Merisa tidak bergeming dari sikap sebelumnya, dan memperhatikan peti emas itu. Tidak lama dia hanya tersenyum, dan berjalan kearah peti emas, membukanya dan mengambil beberapa emas dan dilemparkannya kepada pelayan tua itu.
"Bapak dan ibu helper, belilah beberapa hal yang kita perlukan saat ini, peralatan rumah untuk menghidupkan mension yang kosong ini dan juga beberapa makanan dan minuman jangan lupa untuk membeli anggur"
Dia berhenti sejenak memikirkan apa yang harus dilakukan setelah itu.
"Dan juga, cari orang yang memiliki kemampuan bela diri tingkat tinggi jikalau ada bela diri Spirit juga. Katakan pada mereka mension Viscount mencari pengawal, cari sebanyak 7 orang yang mau. Mereka akan dibayar dengan emas. Pengawal yang berjaga disekitar mension akan diberi upah sebesar 2 keping emas. Jika kinerja mereka baik dan tidak membiarkan orang masuk kedalam mension tanpa seijin saya akan diberi hadiah 1 keping emas lagi sehingga bayaran mereka menjadi 3 keping emas. Jika kinerja mereka tidak memenuhi standar dan buruk bayaran mereka akan dipotong menjadi 1 keping emas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Keajaiban [Hiatus]
FantasiaNiken adalah perempuan jenius. Tidak disangka ia akan meninggal dunia pada usia yang cukup muda. Merisa adalah putri tunggal keluarga Viscount, satu-satunya penerus keturunan itu. Merisa mengalami penganiayaan kerena difitnah dan dihakmi di kerajaan...