rahasia tersembunyi 1

4.3K 336 2
                                    

Rembulan bersinar indah, ditemani bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya. Angin malam berhembus, menerbangkan dedaunan kering.

Semua orang terlelap dalam sunyinya malam. Tidak dengan nona muda Viscount, banyak hal yang dipikirkan olehnya. Membuat dirinya tidak bisa tidur.

Matanya berkeliaran, mengabsen setiap titik dalam ruang kamarnya. Sampai matanya tertuju pada benda yang berkilauan disudut langit-langit kamar itu, membangkitkan rasa penasarannya.

Dia berjalan sambil membawa bangku kayu untuk menjadi pijakannya menggapai benda itu.

Setelah mendapatkannya ternyata itu hanya sebuah kunci dengan gantungan permata berwarna biru, yang menyebabkan benda itu berkilau terkena cahaya rembulan.

Untuk apa kunci ini, disimpan ke langit-langit kamarnya.

Merisa mulai memacu pikirannya, dengan pertanyaan kenapa?.

Sudah lelah dirinya berpikir, ia memilih untuk tidur. Kuncinya dia taruh dilaci meja riasnya. Tak perlu lama Merisa sudah masuk dalam alam mimpinya.

◎◎◎◎
Sinar mentari menyelinap masuk dari sela-sela tirai jendela kamar Merisa, mata yang terpejam perlahan terbuka karena merasa terganggu dengan sinar itu. Merisa merenggangkan tubuhnya, dia masih mengantuk, ingin sekali ia tidur lagi. Merisa memaksakan dirinya bangun, dan berpikir kalau ia berolahraga pagi ia tidak akan merasa ngantuk.

"Selamat pagi, nona"

"Pagi~"

Merisa menghirup udara segar didepan rumahnya, dan ia mulai dengan pemanasan terlebih dahulu.

Para pengawal kebingungan dengan apa yang dilakukan nona muda mereka, tidak hanya mereka pelayan tua pun melihat dengan heran dari jendela dapur.

Merisa merasa terganggu dengan perhatian mereka, dan berhenti sejenak

"Apa ada yang salah?"

Tanya Merisa pada para pengawal

"Tidak nona, hanya saja apa yang sedang nona lakukan?"

Merisa terpaku dengan penjelasan pengawalnya, dan beberpa pemikiran terlintas dibenaknya 'apa mereka tidak tahu tentang pemanasan? Atau jangan-jangan mereka tidak pernah berolahraga?'

"Hmm yang saya lakukan tadi namanya olahraga pagi, apa kalian tidak pernah melakukannya?"

Tanya Merisa dan mereka hanya menggelengkan kepala tanda tidak pernah dan tidak tahu tentang olahraga. Membuat Merisa geram.

"Apa-apaan ini mereka tidak tahu olahraga, jangan-jangan semua orang dijaman ini tidak pernah berolahraga, tapi kenapa perawakan mereka bagus, dan kelihatannya juga sangat baik. Arrghh sudah lah"

Guman Merisa sangat kecil, dan hanya dia yang mendengarnya. Merisa melirik sebentar para pengawal itu dan menggelengkan kepalanya, dan masa bodoh mereka berolahraga atau tidak.

Merisa mulai berlari kecil disekeliling mension, karena halaman luar mension Viscount cukup luas.

Sudah 4 kali Ia mengelilingi mension itu, dan mulai terasa letih. Ia merebahkan tubuhnya dirumput-rumput subur yang ada dihalaman belakang.

Memejamkan matanya sambil mengontrol napasnya yang terengah-engah. Ketika Ia merasa sudah tenang Ia memperhatikan sekitarnya, suara desiran angin yang menerbangkan dedaunan pada pohon, kicauan burung dipagi hari ini menciptakan kedamaian tersendiri.

Saat Merisa tengah menikmati suasana tenang itu, matanya tertuju pada tanaman rambat yang sangat tebal.

Membangkitkan rasa penasaran Merisa. Ia pun berjalan menuju tanaman yang dekat dengan dinding rumahnya itu.

Merisa hanya sekedar penasaran dengan tanaman itu, dan Ia mulai memegangnya dan membuka bagian dalamnya dengan maksud untuk memastikan seberapa dalam rambatannya.

Saat tangannya membuka tanaman itu, ternyata tidak terlalu dalam dari yang dipikir Merisa. Tangannya mulai meraba pangkal tanaman itu dan menemukan gengaman pintu.

Sontak itu mengagetkan Merisa dan dengan cepat ia menarik tangannya. Karena rasa penasaraannya, Merisa menyingkirkan tanaman itu, untuk memastikan apa sebenarnya yang ia pegang tadi.

Merisa menyingkirkan tanaman itu seperti tirai, dengan perlahan tapi pasti.

Benar apa yang Merisa pikirkan itu memang pintu, tetapi pintu itu terlihat sangat baru dan berkilau, tidak ada tanda-tanda rapuh dan rusak.

Ada ukiran didepan pintu itu, ukiran satu huruf V dengan dikelilingi tanaman rambat sama persis dengan tanaman yang menutup pintu ini tadi.

Saat Merisa mencoba membukanya ternyata pintu itu terkunci. Merisa memperhatikan lobang kunci itu dan disekitarnya ada permata berwarna biru.

Merisa seperti pernah melihat permata itu, tetapi Ia tidak mengingat kemana Ia melihatnya.

Sudah bebrapa kali Merisa mencoba membuka pintu itu, bahkan mencoba mendobraknya. Tetap tidak ada cela sedikit pun.

Merisa sudah letih dengan pintu itu, ia memutuskan untuk mencari tahu terlebih dahulu. Sebelum pergi ia kembali menutup pintu itu dengan tanaman rambat tadi.

◎◎◎◎

Merisa kembali didalam mension dan Ia melihat makanan sudah tertata dimeja makan.

"Pak tua.. Bu tuaaaa"

Tidak ada yang menjawab Merisa, dan tidak lama datang satu pengawal

"Nona, Pak Tua dan Ibu Tua Helper sedang pergi kepasar membeli bahan makanan yang sudah habis, silahkan nona sarapan terlebih dahulu"

"Hmm baiklah, apa kalian sudah sarapan?"

Tanya Merisa lembut, dan membuat jantung pengawal itu berdegup kencang melihat betapa hangatnya Nona Mudanya.

"Sudah nona,saya permisi"

Merisa menganggukan kepalanya dan pengawal itupun berjalan keluar. Merisa mulai menyantap sarapannya dengan penuh pikiran tentang pintu dihalaman belakang.

Ia bermaksud untuk menanyai itu kepada pelayannya, tapi ternyata mereka sedang keluar

Rahasia Keajaiban [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang