31.Good Word

1.9K 71 1
                                    

♡♡♡♡♡♡♡
-Tak ada lagi alasanku untuk merindu dan tak ada lagi alasan untuk kita bertemu.-

Dilingkupi kegelisahan sangat tidak menyenangkan bukan? Bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaannya? Bahkan tidak ada satupun yang tau keberadaannya.

"Hey, makan, kamu mau mati kelaparan hah?" bentak Nino yang sudah cukup kesal dengan tingkah Nella yang tak kunjung berubah dari bungkaman bisunya.

"Kenapa kamu mau bawa aku pulang?" tanya Nella dengan pandangan ke luar jendela.

"Ahh, akhirnya bicara juga ni anak. Karna mamaku suruh lah, kita ini udah tunangan, mau nikah, jadi kita harus pulang secepatnya." jelas Nino dengan tangan yang tetap menyuapi Nella.

"Masih niat nikahin aku?"

"Niatlah, kamu kan tunangan aku Nell, gimana sih." suapan selanjutnya ditahan oleh Nella.

Nella menoleh ke arah Nino dengan air mata yang sudah cukup deras mengalir, " Setelah kamu selingkuhin aku? Kamu pikir nikahan itu kaya pacaran? Nikah itu keseriusan No. Kamu gabisa nikah sama aku kalau kamu gapunya niat serius sama aku. Kamu pikir aku mau nikah sama kamu setelah kejadian itu?" Nella kembali teringat kejadian buruk itu, dimana sahabatnya sendiri yang menjadi perusak hubungannya.

"Aku bakal berubah deh." ucapnya santai seraya mengambil suapan bubur lagi.

"Aku gamau pulang!" seru Nella.

"Gila kamu." Nino mengarahkan sendoknya ke mulut Nella.

"Aku benci sama kamu No! Aku benci! Aku tau aku bodoh dalam percintaan, dan kamu seenaknya malah permainin aku dengan cara kaya gini? Gak lucu tau gak!" Nella menghempaskan sendok berisi bubur itu dan jatuh ke lantai.

"Aku sayang kamu Nell! Sampe kapanpun aku gabakal kasih kamu jadi milik orang lain, Okay?" Nino berdiri dan memungut sendok tadi.

"Percayalah No, suatu saat kamu bakal diperlakukan kaya apa yang kamu lakukan ke aku."

Nino terdiam saat memegang sendok di lantai.

"Aku sayang sama kamu, tapi kamu gabisa kasih apa yang aku mau Nell, makannya aku selingkuh, karna aku bisa dapetin apa yang aku mau. Sedangkan kamu? Aku gabisa nyentuh kamu, terlalu polos tau gak?" Nino berjalan menyingkirkan mangkuk bubur tadi ke meja yang lebih tinggi.

"Kamu kan bisa-"

"Udahlah Nell! Besok pagi kita pulang, gak ada penolakan. Tas, dan barang-barang kamu ada di dalam lemari itu. Please, kali ini jangan buat masalah lagi. Udah cukup masalah yang kamu buat kemaren." Nino beranjak pergi dari kamar itu dengan raut wajah yang sangar.

Sedangkan Nella jatuh dalam tangisan yang mengingatkannya terhadap Argis.

♡♡♡♡♡♡♡♡

Cukup lama untuk membereskan dua bodyguard Nino walau dengan lawan yang cukup banyak, 15 orang. Tapi pada akhirnya mereka kelelahan dan menyerah juga. Setelah keadaannya cukup tenang, mereka mengikat ke-dua bodyguard suruhan itu, dan segera memberi pertolongan kepada pengawal Smith yang terluka dengan peralatan seadanya.

"Hoi Smith!" seru Argis yang sudah bisa berbalik arah dengan menahan rasa sakitnya, dari telungkup, menjadi duduk.

"Apa bro? Kau haus? Lapar? Rindu kekasihmu?" tanya Smith seraya mendekat dengan Argis, dan duduk di depan temannya itu.

"Pertanyaan ketiga, iya." Argis terlihat murung, tidak ada ekspresi kesakitan yang sedari tadi selalu di tampakkannya.

"Aku akan membantumu soal itu, tapi kita harus ke rumah sakit dan mengecek kesehatanmu. Serta aku harus mengintrogasi kedua orang itu." ucap Smith menoleh ke dua lelaki itu.

Namun, apa yang terjadi, tiba-tiba saja Argis menangis, dan menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.

"Hey, ada apa? Segitu sakitnya kah kakimu? Aku akan suruh ambulance itu lebih cepat datangnya." Smith sedikit panik dan langsung berdiri lalu mengambil ponselnya.

"Aku merasakan sakit di dadaku, baru pertama kali aku merasakan perasaan ini, padahal mereka tidak memukul dadaku. Tapi entah kenapa, sekarang ketika mengingat Nella, dadaku terasa sesak." jelas Argis sambil meremas baju di bagian dadanya.

"Hahaha.... itu namanya kau takut kehilangan dia bodoh." ucap Smith yang langsung duduk kembali.

"Benarkah?" Argis menoleh ke arah Smith dengan raut wajah penasaran.

"Huahaha... lihat ekspresimu sekarang bodoh, kau sangat terlihat depresi, frustasi, seperti dirimu dulu ketika kehilangan Rainbow si kucingmu dulu." Smith tertawa kencang, karena malu, Argis menghapus air matanya dan ikut tertawa.

"Ternyata kau sepolos ini ya." Smith menatap langit.

"Kehilangan sesuatu yang kau sayangi, memang terasa menyakitkan. Sebanyak apapun kau berjuang, yang pergi tetap pergi, dia takkan kembali, sampai kau memohon kepadanya, memeluknya, dan berkata 'tolong, jangan pergi'." Smith merasa kata-kata itu kembali pada dirinya sendiri. Dia pernah memiliki istri, namun karena kesalahannya yang memfokuskan pekerjaannya, dia kehilangan orang terpenting dalam hidupnya.

Smith berdiri, membersihkan debu dari celananya dan membalikkan badannya, "Don't give up dude! Kejar dia selagi masih bisa, jangan berikan masalah hari ini untuk esok. Karna akan lebih mudah jika kau membawa Nella ke pelukanmu lagi hari ini."

Kata-kata itu cukup membuat Argis tertegun, walau dia tidak tahu, di balik kata-kata bermakna itu, telah jatuh air mata yang tidak pernah dikeluarkan Smith dalam kehidupan dewasanya.

Tak lama kemudian, 3 ambulance datang, dan segera membantu Argis serta bodyguard yang terluka untuk di bawa ke rumah sakit. Sedangkan bodyguard sewaan Nino, telah diamankan polisi untuk di bawa ke kepolisian untuk pengintrogasian.

♡♡♡♡♡♡♡♡

Say Don't Let Me Go[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang