Sena setia berdiri di depan kelas. Tangannya menggenggam erat rok berwarna kotak-kotak biru itu dengan bibir yang terus saja ia gigit kuat-kuat.
Gadis itu masih berpikir perihal keputusan yang akan ia ambil. Ia masih bingung terhadap pesan beruntun yang masuk ke dalam ponselnya.
Sebenarnya ia penasaran, siapa dalang dibalik ini semua, tetapi ia juga takut. Bagaimana jika dia adalah orang jahat yang bisa mencelakai Sena kapan saja.
+6285xxxx
Cepetan woy!
Sena berdecak. "Yaelah gue masih mikir ini curut! Nggak sabaran banget sih lu!"
Lalu setelah itu pesan kembali masuk ke dalam ponsel gadis itu.
+6285xxxx
Panas anjir disini!
"Lah, yang nyuruh lo kesana siapa kutil? Gue? Bapak gue? Emak gue? Atau cucu anak mantan pacar tetangga depan rumah gue ha?" dumel Sena sebal sembari berjalan menuju taman belakang sekolah.
Namun, ketika berada di belokan koridor, seseorang menepuk bahu Sena sehingga perempuan itu refleks menoleh.
"Anjir Sena! Gue panggilin lo dari tadi kagak nyaut. Budek lo ya!" gerutu Jihan sembari ngos-ngosan di hadapan Sena.
Sena mengorek telinganya menggunakan jari kelingking. "Sori ya telinga gue masih sehat walafiat. Tapi masa sih lo manggil gue?"
Dengan nada yang masih terputus-putus karena lelah memanggil Sena, Jihan menyeret Sena pergi. "Lo dipanggil Bu Beti di BK!"
"Ha?"
"Congek bener kan lu!" sebal Jihan.
Sena yang mendengar itu langsung menjitak kepala Jihan keras. "Gue kaget bego, bukan nggak kedengeran!"
Jihan hanya manggut-manggut lalu mendorong tubuh Sena untuk masuk ke ruangan BK. "Goodluck Sister muah!"
Ini adalah kali pertamanya Sena menginjakkan kakinya di BK. Walaupun Sena sering melanggar aturan, ia sama sekali tak pernah sampai dipanggil di BK. Ruangan ini termasuk keramat. Bahkan banyak siswa yang mengatakan bahwa jika sudah masuk BK, berarti masalah yang telah diperbuat sudah sangat parah.
"Duduk Sena," Bu Beti menyuruh Sena duduk di kursi empuk berwarna cokelat itu.
Tangan Sena saling berpegangan. Ia gugup. Saking gugupnya hingga mengeluarkan keringat, padahal AC di ruangan itu menyala penuh. Bahkan ruangan ini cenderung terkesan sejuk dan nyaman, namun tak senyaman hati Sena sekarang.
Bu Beti masih berada di hadapan rak, mencari berkas-berkas dengan map yang besar dan tebal. Sementara itu, Sena sibuk melihat ruangan itu. Disana ada enam kursi sejenis sebagai tanda bahwa ada enam guru BK di SMA Garuda dan diketuai oleh Bu Beti.
Ruangan BK nampak kosong hari itu, sehingga membawa hawa mencekam yang membuat bulu kuduk merinding. Tetapi bau lavender membuat hati Sena sedikit tenang.
Sena masih berpikir kesalahan yang ia perbuat hingga dirinya tiba-tiba tersesat di ruangan ini. Apakah karena tadi pagi ia mencoret tembok sekolah? Atau gara-gara ciuman itu? Aish! Mana mungkin!
Bu Beti sudah duduk kembali ke kursinya dengan map cokelat yang besar. "Kata Bu Yana, Sena bisa menggambar ya?"
Duh, apa bener gara-gara ia mencoret tembok tadi pagi? Kenapa bawa-bawa bakatnya itu sih? Padahal kan Sena melakukan itu ada alasan tertentu.
"Iya bu," jawab Sena gemetar.
Bu Beti menaikkan kaca matanya yang melorot ke hidung. "Ibu bisa minta tolong ke kamu Sena?"
Tentu Sena terkejut. Bagaimana tidak? Tidak ada hujan, tidak ada angin tiba-tiba wanita ini meminta tolong kepadanya? Minta tolong soal apa?
"Minta tolong apa ya bu?"
Wanita berjilbab itu menyodorkan map yang ternyata adalah sebuah rapot seorang siswa kepada Sena. "Lihat, ini daftar rapot milik Alex. Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, bahkan hampir semua mata pelajarannya mendapatkan nilai yang bagus,"
Sena membaca nama pemilik rapot itu sekali lagi karena ia pikir pendengarannya benar-benar terganggu seperti kata Jihan tadi ketika wanita itu menyebut nama Alex sebagai si empunya buku sakral ini. "Ini Alex baji—biang rusuh itu kan bu?"
"Biang rusuh?"
Sena membekap mulutnya dengan spontan. "Maksud saya yang jahil itu kan bu?"
Bu Beti mengangguk, jawaban yang tak diharapkan sama sekali oleh Sena. "Iya, Alex anaknya Pak Keylan."
Sumpah? Ini benar-benar tak bisa dipercaya. Lihatlah! Rapot Alex hampir semuanya nyaris sempurna. Bahkan semuanya diatas nilai 90! Hey mana mungkin? Alex terlihat suka membolos dan tak pernah belajar, tetapi kok bisa pintar begini? Apa ini semua manipulasi saja? Kan ayahnya pemilik sekolah. Ia pasti bebas ingin mendapatkan nilai berapa saja.
"Nah, saya mau minta kamu ajarin dia menggambar karena itu termasuk dalam tugas praktik kelas 12. Tapi Alex sendiri nggak mau menggambar. Kamu bujuk dia bisa? Biar dia mau menggambar lagi karena ujian prkatik ini sangat berpengaruh pada nilai rapot Alex selanjutnya."
Sena meneguk ludah dengan susah payah, menatap Bu Beti dengan sorot mata terluka. Ya ampun Bu Beti tersayang, Sena kan lagi mencari cara untuk menghindari lelaki jenis ini, kenapa engkau malah mempertemukannya lagi ha? Kenapa?
"Saya mohon Sena, ini amanat langsung dari Pak Keylan. Saya nggak berani menolak..." Bu Beti nampak memelas dan pasrah seolah-olah seluruh hidupnya ada di tangan Sena sekarang. Duh Sena kan jadi nggak tega."Kata Pak Keylan, bagi siapapun yang mampu membuat Alex mau menggambar lagi, nanti dikasih hadiah. Apapun akan diberikan. Itu janjinya!" imbuh Bu Beti.
Sena masih diam. Ia sama sekali tak tergiur dengan hal demikian. Hey, waktunya lebih berharga dari seluruh hadiah yang dapat Pak Keylan berikan! Apalagi semua itu untuk Alex, benar-benat big no!
"Sena? Gimana?"
Sena menggigit daging bibirnya dengan kuat, bingung harus memilih yang mana. Namun, melihat wajah tak berdaya Bu Beti membuat hati Sena luluh. Akhirnya, dalam sepersekian detik, perempuan itu mengangguk. "Baik bu, saya bersedia."
Wanita itu tersenyum, lalu mengambil map biru berisi kontrak perjanjian agar ditandatangani oleh Sena.
Setelah selesai, gadis itu berpamitan untuk kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
Ketika Sena sudah pergi, Bu Beti segera mengambil ponsel yang ada di lacinya untuk menelpon seseorang.
"Sudah. Sena mau jadi tentor kamu, Lex."
Sooooo? Persengkokolan apa ini wkwk
Maaf ya telat update
Next tidakk?
KAMU SEDANG MEMBACA
BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]
Dla nastolatków• COMPLETED || SEQUEL KEYLANDARA || BISA DIBACA TERPISAH • "Let see seberapa kuat lo nahan godaan dari gue, Arsena Lavenia Azura." -Alexander B. Zanuar- "Gue bersumpah kalau jatuh cinta sama lo itu adalah KUTUKAN! Lo sial b...