20% When The Seeds of Love Begin to Grow

552 74 3
                                    

Son Wendy telah memikirkannya matang-matang, ia harus menjauhkan Jennie dari hacker yang sedang dekat dengan dirinya dengan membawa lari Jennie pergi berlibur ke suatu negara.

Wanita itu melirik jam dinding diruang tengah apartermen Jungkook, pukul 17.20 pm. Berarti Jennie sudah tertidur selama 3 jam. Ia berjalan ke kamar Jungkook tempat sahabatnya itu tertidur dengan hati-hati, ia tidak mau pemilik apartermen ini mencegahnya.

Dan berhasil, Wendy berhasil masuk ke dalam kamar yang mendominasi warna krem dan matanya terfokus pada Jennie yang tertidur ke samping dengan selimut yang menyelimutinya.

"Jane," panggil Wendy pelan. Tanpa ia sangka, mata kucing itu langsung terbuka dan melihat sang pemanggil nama dengan tatapan sendu, khas bangun tidur. "Ada apa Son?" tanyanya serak.

"Jennie, ayo kita pulang," ajak Wendy menarik tangan Jennie. "Apa? Tidak Son, Son! Argh sakit..." jerit Jennie membuat Jungkook yang berada di luar segera masuk ke kamarnya.

Wendy membulatkan matanya ketika matanya dan mata Jungkook bertemu. "Tidak Jennie! Sekarang pulanglah bersamaku. Ayo," ajak Wendy namun Jennie menolak, "Son, aku bukan anak kecil lagi, lagipula ada yang harus kami selesaikan," rengeknya.

"Ada yang harus diselesaikan? Tidak ada yang perlu diselesaikan! Aku yang akan membantumu, bukan dia! Jadi ayo pulang denganku!" Wendy menarik Jennie secara paksa.

"Hey, bila dia tidak mau jangan dipaksa! Dia sedang sakit!" seru Jungkook mengikuti langkah kedua wanita beberapa langkah di depannya.

"Ini bukan urusanmu!" hardik Wendy. Tangannya tak sengaja menyenggol guci dan membuat benda itu terjatuh berkeping-keping di lantai. "AHH...!" teriak Jennie ketika salah satu pecahan guci mengenai telapak kakinya.

Dirinya hampir saja terjatuh bila Jungkook tidak cekatan memeluk Jennie. "Lihat apa yang kau lakukan Son Wendy! Pakai otakmu!" ujar Jungkook marah. Genggaman tangan Wendy yang mencengkram lengan Jennie melemah, Jennie menggunakan kesempatan itu untuk menarik tangannya dan mengcengkram kaos putih yang Jungkook kenakan.

"Ah." Jennie berusaha keras menahan tangisnya. Luka di kakinya benar-benar sakit dan mengeluarkan banyak darah. Jungkook kembali menggendong Jennie dan mendudukkan gadis itu di sofa.

"Bibi! Ambilkan Jungkook kotak P3K!" seru pria itu sembari menyusun bantal sofa sebagai tumpuan untuk kaki Jennie yang terkena pecahan guci.

Jennie menangis semakin kencang ketika melihat banyak sekali darah keluar dari kakinya. Traumanya kambuh. "Jungkook... aku.. aku takut..." rengeknya sambil menangis. Ia menutupi wajahnya yang memerah akibat menangis dengan kedua telapak tangan mungilnya.

Bibi yang bekerja di rumah Jungkook segera memberikan tuannya kotak P3K, Jungkook menerimanya dengan cepat. Secara telaten, ia membuka dan menata semua keperluan yang akan ia pakai untuk mengobati Jennie.

"Aku akan mencabut beling ini, Jen. Lemaskan kakimu," pintanya. Jennie menggeleng kuat, "Tidak! Kumohon jangan lakukan itu Kookie, kumohon.." katanya menangis kejar.

Jungkook menatap perempuan di hadapannya tidak percaya, "Kau ingin kakimu diamputasi? Kau akan kekurangan darah!" serunya khawatir. "Tenang saja, Bibi akan memegangmu ya...," ujar Bibi mengelus pundak Jennie. Jungkook tersenyum melihat keduanya mulai akrab. "Terimakasih Bibi Choi," ujar Jungkook.

Bibi Choi mulai memeluk Jennie, begitupun sebaliknya, Jennie juga memeluk Bibi Choi tak kalah erat. "Berteriaklah untuk melampiaskan kesakitanmu." Jungkook telah mengambil ancang-ancang mencabut beling.

"Si.. Siapkan dulu perbannya. A.. Aku belum siap," rengek Jennie. Jungkook hanya dapat menghela napas kasar lalu menata perban yang di tempelkan kapas yang telah di campur dengan betadine. "Well done. Bersiaplah,"

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang