Bab 25

622 62 0
                                    

Boston, Massachusetts
November, 2006

Malam di West End tampak ramai seperti biasanya. Dengan puluhan orang yang berlalu-lalang di jalur yang sama, Camaro hitam yang dikendarai Maggie tidak akan terlihat. Lampu-lampu berwarna keemasan menerangi jejeran toko di bahu jalan. Lebih dari tiga mobil terparkir di halaman depan sebuah toko pernak-pernik antik yang menempati satu bagain kecil di antara jejeran toko lainnya. Sementara itu, deretan lampu jalan berdiri dalam jarak beberapa meter dan menerangi jalur di sekitar sana. Hanya ada sedikit pengendara yang berlalu lalang. Jalur itu memang dikhususkan untuk para pejalan kaki yang berniat menikmati gemerlap malam di kota Boston.

Maggie merasa sesak, terutama karena pengelihatannya terbatas akibat terhalang oleh tiga pejalan kaki yang berdiri di depan mobilnya. Sebuah pohon tinggi yang berdiri tepat di samping toko perlengkapan telah menarik perhatiannya. Seseorang telah menggantung lampu susun LED di dahan pohon tersebut, menciptakan pemandangan yang elok di pandang. Bergerak turun dari camaro-nya, Maggie berjalan mendekati pohon itu. Ia berhenti tepat di dekat pohon kemudian menengadahkan tatapannya ke atas.
Musim dingin di bulan desember telah membawa udara dingin yang terasa menusuk kulitnya. Bahkan dengan mantel sutra berbulu tebal dan jeans yang menutup hampir seluruh tubuhnya, hawa dingin itu tetap terasa.

Maggie membuka ikatan rambutnya dan membiarkan rambut kecoklatan itu jatuh memanjang menutupi tengkuknya. Sembari melipat kedua tangannya, Maggie menyapukan pandangannya ke sekitar. Nyaris berharap menemukan Kate di tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang.

Saat itu hampir pukul sembilan malam, dan Maggie telah menghabiskan waktu tiga jam mengelilingi kota Boston untuk mencari adiknya yang hilang. Bodoh! Dadanya terasa sesak setiap kali ia membayangkan Kate. Ia telah membuang waktunya yang berharga dengan menangisi Kate. Menelan fakta bulat-bulat bahwa Maggie tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Kate.

Bill Russell akan kecewa padanya. Selama tiga puluh satu tahun dalam dalam hidupnya, Maggie selalu berusaha untuk tidak mengecewakan ayahnya, sosok yang begitu ia kagumi. Maggie mengenyam pendidikan selama bertahun-tahun, belajar untuk menjalankan bisnis perumahan dan hidup mengikuti aturan ayahnya. Hingga sekarang. Semua ia lakukan untuk menyenangkan ayahnya. Sampai Maggie tidak sadar kalau tindakannya telah membuat Kate kesal. Kalau saja Maggie bisa menjadi lebih baik, memberi Kate sedikit perhatian, mungkin Kate tidak akan melarikan diri darinya: mungkin Kate tidak akan jatuh dalam pergaulan hidup yang salah.

Kau bodoh sekali!

Sejak menghilangnya Kate, Maggie tidak pernah berhenti menyalahkan dirinya. Apa yang terjadi pada Kate adalah tanggungjawab Maggie. Kalau Kate tidak ditemukan dalam keadaan selamat, Maggie tidak yakin ia sanggup memaafkan dirinya.

Seluruh pemikiran tentang Kate buyar ketika Maggie secara tak disengaja menangkap sosok familier yang keluar dari jalur utama, menyeberang dan berdiri di trotoar jalan. Wanita dengan gaun satin berwarna merah terang itu adalah Tina Louise. Wajahnya tampak merenggut dan pakaiannya kusut seolah seseorang baru saja merusak suasana hatinya.

Tina Louise bukan seseorang yang cukup menyenangkan. Gadis itu terlalu banyak menuntut dan yang terpenting Maggie tidak menyukai sikap Tina yang suka menggoda staff di kantornya. Tina juga suka bergosip dan Maggie yakin sekali, wanita itu yang meyakinkan seluruh karyawan tentang betapa buruknya Maggie Russell. Maggie bermasalah dengan Tina sejak pertama ia menjejaki Russell Housetown sebagai pemilik sah. Wanita itu tidak bekerja mengikuti perintah Maggie. Bahkan, Maggie sempat terpikir untuk memecat Tina. Tapi tentu saja, itu tindakan tidak profesional yang dilarang oleh Bill Russell: melibatkan emosi pribadi dalam pekerjaanmu.

Selama beberapa detik Maggie masih berdiri di tempatnya dan memandangi Tina hingga sosok yang tak kalah familier di seberang mengalihkan perhatiannya. Maggie menatap Dale yang bergerak dengan tergesa-gesa ketika keluar dari jalur utama. Laki-laki itu berusaha mengejar Tina, tapi ia tidak cukup cepat ketika Tina menghentikan taksi yang melintas di sana, menaikinya kemudian bergerak menjauh meninggalkan keramaian kota.

Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang