Malam yang begitu dingin, cuaca saat ini memang musimnya hujan. Tapi meskipun begitu, orang-orang masih ramai melakukan aktivitas diluar. Tak peduli hujan badai menyerang kalau kesenangan nomer 1, ya terus diterjang.
Yah, seperti sekelompok laki-laki ini. Kawan-kawan Andra. Saat ini mereka berada di sebuah kafe. Ngomong-ngomong soal kafe, kafe angkasa ini baru saja resmi dibuka satu bulan yang lalu. Kafe dengan suasana hitam putih dan banyak coretan abstrak membuat kafe menjadi menarik. Ditambah lampu kuning yang tidak terlalu mencolok itu membuat suasana menjadi santai.
Cowok berjaket kulit berwarna coklat itu, masuk kedalam kafe angkasa. Pelayan kafe dengan senyum merekah mempersilahkan cowok itu "Selamat datang" sapa pelayan dengan ramah.
Andra masuk kedalam kafe tersebut. Ia mencari keberadaan ketiga temannya, matanya meliar melihat ke sekeliling. Saat dirasa itu adalah mereka, Andra melangkahkan kakinya kesana.
Suara obrolan dan canda tawa dari ketiga cowok itu terdengar jelas ditelinga Andra. Tanpa salam Andra duduk di bangku kosong yang memang dikhususkan untuk nya. Bibir yang tak pernah luput dari senyuman, membuat sahabatnya mengernyit keheranan.
"Buset dah, kenapa lo dateng sambil senyum-senyum sendiri?" Ucap Juna terheran-heran.
"Kesambet mungkin nih orang" Kata Reno acuh. Dibukanya pemantik api dan dinyalakannya rokok yang ada di tangan.
"Palingan ditembak sama Juminten" kata Gilang ngawur. Reno dan Juna tertawa terbahak mendengar pernyataan Gilang barusan.
Asal kalian tau Juminten itu teman seangkatan mereka yang nerd, parahnya gadis bernama Juminten itu suka ngupil dan ingusan. Andra yang geram dengan perkataan Gilang, lantas langsung menoyor kepala cowok itu gemas 'pletak'.
"Aduh!! Sakit goblok, tega bener jadi orang" kesal Gilang mengusap kepalanya yang sakit berkat toyoran keras dari Andra.
"Makanya kalau ngomong itu dijaga" ujar Andra sok bijak. Diambilnya puntung rokok milik Reno yang ada dimeja, dan langsung menyalakannya. Rokok itu dihisapnya dan dikeluarkan dengan perlahan lewat hidung dan mulut, sangat menghayati.
"Syudah syudah kasihan, masa ketua geng di bully terus" bela Juna menghentikan debat antara Andra dan Gilang. Tuh kan, Juna memang teman ter-the best hari ini.
"Cerita dong, apa yang bikin lo kayak gini?" lanjut Juna memaksa. Andra tarik ucapannya tadi kalau Juna teman yang ter-the best.
"Kepo" Jawabnya cuek. ia mengangkat sebelah tangannya untuk memanggil pelayan kafe. Sambil menunggu pesanannya datang, ia memakan pesanan milik temannya yang sudah datang. Teman pengertian banget kan?
Tak ingin memperpanjang soal tadi, mereka menikmati kebersamaan malam ini dengan ngobrol dan bercanda tawa. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.45 PM. Hanya ada mereka berempat yang belum pulang, pengunjung lainnya sudah pada pulang sedari tadi. Memang sih kafe ini tutup jam 12 malam. Tapi mereka tidak mau pulang sebelum jam 12 tepat, "katanya bantu beresin juga"
🌼🌼🌼
Sampai di rumah, Andra langsung merebahkan tubuhnya ke kasur ukuran king size itu. Tangannya mengambil hp yang ada di sampingnya. Ia membuka aplikasi Instagram dan mulai mengetikan sebuah nama seseorang pada kolom pencarian. Saat dirasa itu adalah akun orang yang dicari, Andra langsung mengeceknya. Untung tidak di privat oleh pemiliknya.
Di skroll nya, foto foto yang ada disana. Sampai pada 3 foto bagian akhir postingan, foto yang ditampilkan adalah seorang gadis yang diyakini itu adalah Rann sedang dipeluk oleh laki-laki yang umurnya tak jauh beda darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDRA [COMPLETED]
Teen FictionCERITA INI MASIH DALAM MASA PERBAIKAN⛑️🛠️ Ada beberapa kata dan kejadian yang aku perbaiki. Supaya lebih rapi dan gak bikin sakit mata😄 __________________ 🖤🖤🖤___________________ Mencintai seseorang tidak harus tergantung dengan berapa lama kita...