Selamat membaca❤️
"Kalau pacaran jangan disini, masih murid baru juga udah mau melanggar peraturan sekolah. Hei kalian masih kecil belum waktunya pacaran!!"
Suara itu terdengar tidak keras namun sangat dingin dan tajam. Alif dan Fia otomatis membenarkan posisi mereka dan menoleh ke belakang dan mendapati Kak Arlan yang sedang berdiri tegak dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Fia sangat tidak suka dituduh apalagi yang bukan perbuatannya. Mungkin semua orang juga merasakan hal yang sama. Namun, Fia memiliki alasan tersendiri, ia tidak suka dituduh karena dulu ia pernah mengalami fitnah yang menyebabkan hubungannya dan Mirna menjadi renggang bahkan bermusuhan.
"Oh, ternyata Kak Arlan." Gumam Fia pelan. Kekagumannya terhadap Kak Arlan tiba-tiba menghilang begitu saja berganti dengan amarahnya.
Tentu saja saat ini Fia marah, Alif yang mengerti perubahan raut wajah Fia pun mencoba menenangkannya dengan mengedipkan matanya pelan, seolah meyakinkan tidak akan terjadi apa-apa.
"Bukan begitu kak, Kakak salah paham terhadap kami, kami tidak berpacaran, tadi Fia hampir terjatuh karena terpeleset dan saya otomatis bergerak untuk menolongnya. Kami tertawa juga bukan karena kami sedang bermesraan, kami bersahabat dari kecil, kami sudah biasa seperti ini. Jadi jangan salah paham ya kak terhadap kami." Jelas Alif panjang lebar.
"Saya tidak meminta penjelasan mu, tapi baiklah saya akan mencoba percaya, dan jangan coba-coba melanggar peraturan sekolah" Ucap Kak Arlan dan berjalan menjauhi mereka berdua. "Dasar murid baru"
·•°•· ·•°•· ·•°•· ·•°•· ·•°•·
Saat ini mereka sedang berjalan untuk pulang. Alif tau kalau sekarang Fia sedang murung karena peristiwa tadi. Pasti Fia sedang memikirkan kejadian yang pernah menimpanya dulu.
Inilah kelemahan Fia, ia akan marah jika ada seseorang menuduhnya tanpa alasan atau tuduhan akan suatu hal yang bukan ia yang melakukan. Ia juga sangat menghargai suatu ikatan hubungan, apalagi persahabatan, ia akan sangat sedih jika kehilangan sahabatnya. Satu lagi Fia tidak akan menangis ketika ia terjatuh, terluka, diejek, dibully, atau hal lain yang biasanya ditangisi oleh cewek-cewek, apalagi menangis karena putus cinta, itu bukanlah seorang Fia. Fia akan menangis ketika ia sedang sangat-sangat marah, karena ia tidak bisa marah besar kepada seseorang. Jadi jika Fia hanya berteriak dan membantah, Fia bukan marah tapi sedang kesal, dan pasti setelah itu ia akan normal kembali.
Terkadang Alif terkagum dengan sifat Fia yang unik, Fia bisa menjadi gadis yang periang dan menyenangkan di depannya apalagi saat moodnya sedang baik, sekesal-kesalnya Fia pada Alif, itu hanya berlaku sebentar saja paling lama hanya satu hari. Namun terkadang Fia akan terkesan sangat dingin, cuek, judes kepada orang yang belum ia kenal. Bagi Alif sikap Fia yang seperti itu tidak cocok dengan wajah manisnya, apalagi mengingat betapa periangnya gadis itu didepannya.
"Fi, ayo beli es krim, sudah lama kan kau tidak makan es krim."
"Hmm, baiklah kurasa itu ide yang bagus."
Mereka kemudian pergi menghampiri penjual es krim di pinggir jalan itu. Alif memesan es krim rasa vanilla dan Fia memesan es krim rasa coklat. Oiya Fia sangat suka dengan cokelat, ia juga suka berbagai macam olahan coklat atau makanan yang mengandung rasa coklat. Itu akan sangat membantu mengembalikan moodnya. Setelah itu mereka membayar dan melanjutkan perjalanan pulang.
"Oh iya, tadi katanya kau lapar"
"Tidak lagi, sepertinya"
"Hmm kalau begitu roti rasa coklat ini untukku saja ya" ujar Alif sambil menyembunyikan kantong plastik yang Fia yakini berisi roti coklat itu.
"Aaaaaaaaa, tidak! Aku juga mau, aku tiba-tiba lapar." Fia sangat tertarik pada coklat hingga segitunya.
"Tapi aku hanya punya satu, bagi dua ya??"
"Tak apa, aku juga ingin makan roti itu dengan es krim ku, pasti rasanya sangat enak, kau juga begitu ya, aku rasa roti coklat dengan es krim vanilla rasanya juga enak. Meski masih lebih enak coklat sih."
Alif sangat senang, ia berhasil mengembalikan mood dari sahabatnya itu dengan mudah. Ia kemudian membagi rotinya sama besar. Fia saat ini terlihat begitu manis dan lucu.
"Emmm, baiklah, ini rotimu." Ujar Alif sambil tersenyum lebar.
Mereka duduk sejenak untuk memakan roti dan es krim mereka. Setelah itu mereka langsung berjalan pulang kerumah masing-masing, mereka berpisah di perempatan, Fia belok ke kiri dan Alif lurus.
·•°•· ·•°•· ·•°•· ·•°•· ·•°•·
Hari ini adalah hari terakhir MOPDB, tentu saja Fia saat ini merasa sangat lega. Hari ini dirinya dan temannya yang lain akan terbebas dari omelan kakak pengurus OSIS di kelas.
Kegiatan hari ini hanya demo ekskul yang dilaksanakan dari pagi sampai siang. Penampilan dari setiap ekskul sangat membuat para siswa baru terpukau. Apalagi dengan adanya para cogan yang sedang tampil mewakili ekskul mereka masing-masing membuat banyak siswa perempuan teriak-teriak.
Fia saat ini duduk sendirian di pinggir lapangan basket dan hanya bisa memilih bergumam pada dirinya sendiri daripada harus teriak-teriak.
"Hmmm, bagus" "Lumayan juga" "Ganteng juga, gak ah"Dari tadi hanya kata semacam itu saja yang Fia katakan. Sebenarnya ia ingin mencari gebetan saat ini, tapi ia urungkan, teman aja belum punya mau cari gebetan. Please lah ya.....
Fia bukannya tidak ingin mencari teman tapi ia tau kalau setelah MOPDB berakhir, kelasnya akan diacak lagi, dan perlu perkenalan lagi. Jadi ia pikir gak perlu kenalan sekarang, nanti aja setelah mendapat kelas yang sudah pasti.
Fia saat ini bosan, dia menengok kanan kiri, mencoba untuk menemukan Alif, tapi saat ini lapangan basket sangat ramai. Jadi ia tidak bisa menemukan sahabatnya itu. Fia pun hanya bisa melamun saja. Namun, tiba-tiba ada seorang cowok yang datang menghampirinya.
"Hai"
"Eh, Hallo, siapa ya? Temannya Alif?" Fia kaget sekaligus bingung dengan siapa cowok yang ada dihadapannya ini. Mungkin Alif punya teman baru dan menceritakan tentang Fia ke teman barunya? Ge er sekali. Tapi hanya itu yang Fia pikirkan.
"Alif? Bukan, gak kenal sama anak namanya Alif tuh, oiya kamu anak kelas 7 ya? Kenalin aku Reinald, panggil aja Kak Rei. Aku kelas 8, salam kenal ya." Ujar kakak kelas itu sambil duduk disampingnya.
"Emm, i-iya Kak Rei." Dalam hati Fia ia gugup, karena disebelahnya ada kakak kelas, dia harus bisa jaga image, tapi ia juga kesal kenapa Kak Rei duduk disebelahnya padahal ia tidak mempersilahkannya.
Jangan lupakan bahwa fakta kalau Kak Rei ini memiliki wajah tampan, tinggi, gagah. Kalau dilihat dari segi fisiknya menurut Fia, Kak Rei sempurna, namun ia tidak akan semudah itu menilai orang dari luarnya saja.
"Nama kamu siapa?"
"Fia kak."
"Oh, Fia nama yang bagus." "Fia aku mau bilang kalau aku suka sama kamu."
Hai guys🤗
Waduuuu kira-kira ada yang bisa bayangin raut muka si Fia gak??
Ada yang nunggu cerita ini?
Kalau ada Alhamdulillah, kalau tidak juga tidak apa-apa.Aku minta vote nya ya guys🙂
Tunggu part selanjutnya ya...
Love you❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
FiAlif
Teen FictionBerawal dari masa kecil. Semoga si cowok cepat peka. Atau si cewek yang harus cepat peka. Judul awal: "Akhirnya Peka" Note📝: » Kadang slow update, kadang fast update, kadang double update. (Jadi readers harus sabar😂) » Alurnya panjang, mungkin s...