Bab 30

484 53 2
                                    

Boston, Massachusetts
November, 2006

Dan Morris telah duduk berhadap-hadapan dengan Gail Martha selama lima belas menit, dan selama itu, ia hanya terheran-heran memandangi tingkahnya. Sambil menunduk, Gail menautkan jari-jarinya yang kecil, menggerak-gerakkannya dengan gelisah dan diam melamun seolah menunggu bom jatuh dan meledakkan tubuh mereka jadi berkeping-keping.

Marie Christie, ibu Gail, dengan setia menunggu putrinya di luar ruang interogasi. Wanita itu tidak berhenti menatap ke dalam untuk memastikan putrinya aman. Marie berkali-kali memaksakan diri untuk ikut masuk ke ruang interogasi, tapi wanita itu telah ditahan oleh dua orang polisi yang berjaga di depan. Hasilnya tidak begitu baik, Dan Morris merasa terganggu terutama ketika melihat Marie mondar-mandir di depan ruangan sembari menatap waspada ke arah putrinya dari balik kaca transparan seolah Morris mengundang Gail ke sana dengan maksud buruk. Ia sudah muak tiap kali diminta untuk berurusan dengan keluarga korban. Selama dua puluh tahun pengalamannya dalam kepolisian, Morris tidak pernah lulus untuk yang satu itu.

Akhirnya, setelah lima belas menit berkutat dengan berkas-berkas, Morris memutuskan untuk memulai sesi wawancara itu.

"Baiklah aku akan membuat ini meneyenangkan, tapi aku butuh kerjasamamu. Apa kau mengerti?"

Gail mengangguk, tapi masih enggan menatap Morris. Tingkahnya membuat Morris menyadarkan tubuh dengan lelah dan menghela nafas panjang. Dibutuhkan kesabaran untuk menghadapi hal ini.

Sialan. Dimana Hart?!

"Baiklah, kita mulai dari yang pertama, sebutkan nama jelasmu dan katakan alasan mengapa kau datang ke sini."

Bibir Gail bergetar hebat. "Aku Gail Martha dan aku datang sebagai saksi mata yang bersama Kate sebelum Kate menghilang."

Morris memastikan alat perekam yang diletakkannya di atas meja itu berfungsi dengan baik sebelum ia melanjutkan. "Tolong jawab setiap pertanyaanku, dan kau bisa menambahkannya jika hal itu berkaitan dengan Kate Russell." Morris berdeham. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk berkas yang ia letakkan di hadapannya. "Jadi, apa benar kau disekap di sana bersama Kate Russell?"

"Itu benar."

"Apa ada gadis lain?"

"Tidak. Hanya kami berdua."

"Apa kau tahu alasan mengapa kalian di sekap dalam bangunan itu?"

Wajah Gail memerah dan Morris merasakan kekhawatiran kalau-kalau ia telah menyinggung topik yang terlalu sensitif untuk dibahas. Gail masih trauma, tapi Morris membutuhkan penjelasan detail dan Gail adalah satu-satunya harapan pihak kepolisian untuk menemukan jejak Kate juga menelusuri sejauh mana jejak kejahatan itu telah berlangsung.

"Aku melihat mereka membawa gadis-gadis itu," jawab Gail akhirnya. "Mereka diseret dan dipaksa untuk melayani seseorang."

"Apa kau mengenal gadis-gadis itu?"

Gail menggeleng ketakutan. "Tidak."

"Kau mengenal Kate sebelumnya?"

"Tidak."

"Jadi, penculikmu memilih korbannya secara acak?"

"Mereka mencari gadis-gadis yang masih belia."

"Apa kau tahu siapa saja yang terlibat dalam aksi kejahatan ini?"

"Aku hanya tau dua orang."

"Kau tahu nama mereka?"

Gail tertegun. "Aku hanya mengenal Javier. Dia mendekatiku dan mengajakku ke suatu tempat. Aku pikir niatnya tulus, ternyata dia hanya bermaksud menculikku. Kemudian dia membawaku ke pria lain. Pria yang lebih tinggi dan mirip dengannya. Saat itulah aku bertemu Kate. Dia mengalami ketakutan yang sama sepertiku. Kami telah dibohongi."

Boston Highway (seri ke-1) PULCHRITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang