Tersenyumlah, kamu istimewa

60 9 4
                                    

                                                                

Dering ponsel mengalihkan fokusku dari catatan harian. Akupun melihat ponsel, tanpa sadar bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman. Tanpa pikir panjang akupun mendekatkan ponsel ketelinga.

"Nindiii," sapa orang disebrang sana.

"Kebiasaan deh kamu, ucap salam dulu Ga," aku pun terkekeh dibuatnya.

"Astaga gua lupa, assalamu'alaikum Nin." Nin? Ya namaku Nindi Amalia.

"Wa'alaikumussalam, tumben nih nelpon. Ada apa?" Sebenarnya aku heran, tumben sekali Braga menelpon. Biasanya kalau ada apa-apa dia selalu datang kerumahku karena kami bertetangga.

"Hehehe, gak ada apa-apa kok Nin. Oh iya, sore ini lu santai gak?"

"Santai sih, emang ada apa?"

"Bisa temenin gua ke toko buku gak?"

"Boleh, kapan?"

"Sekarang ya, gua tunggu didepan. Assalamu'alaikum."

"Eh iya, wa'alaikumussalam." Sambungan telepon pun selesai. Tanpa pikir panjang Nindi pun langsung bergegas mengganti pakaiannya, dan segera berlari kedepan.

Ternyata benar saja disana sudah ada Braga yang duduk diatas motornya dengan cool.

"Ayo cepat Nin," dia seperti terburu-buru.

"Sabar Ga, buru-buru amat sih."

"Keburu dia nya pulang Nin," ucap Braga tak sabaran. Akupun terpaku, dia siapa? Jadi Braga mengajakku keluar hanya ingin menemui seseorang? Hatiku perih sekali, apakah Braga sudah memiliki kekasih?

"Dia siapa Ga?"

"Eh bukan siapa-siapa Nin, ayo cepet buruan." Dengan terpaksa aku pun menaiki motor Braga, dan tak lama motor itu pun melaju untuk membelah macetnya jalan.

Tak butuh waktu lama karena jarak rumah kami dekat dengan toko buku, dengan tidak sabaran Braga menarik tanganku dan cepat-cepat memasuki toko buku. Disana tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang mungkin sedang mencari buku. Braga mengedarkan pandangannya, sebenarnya apa yang dicari Braga? Aku masih memikirkan hal itu hingga detik ini. Dengan tiba-tiba braga menarik tanganku kebagian novel remaja.

"Ga sebenarnya kamu mau cari apa sih?"

"Lu kalau mau beli buku nyari aja dulu, ntar gua yang bayar deh," tumben sekali dia mau membelikanku buku. Aku pun melihat-lihat buku terbaru yang belum ku miliki. Sekali-sekali ku melirik Braga, sepertinya dia sedang memperhatikan seseorang. Dengan penasaran aku pun melihat arah pandangan Braga. Bukannya itu Meli anak kelas sebelah? Jadi Braga kesini hanya untuk melihatnya. Aku segera menyimpan buku yang sedang ku lihat dan segera berlari keluar. Apa-apaan Braga ini? Apakah dia masih tidak sadar kalau aku menyukainya dari sejak lama? Akupun memberhentikan taxi dan memasukinya dengan air mata berurai.

Setelah sampai rumah aku buru-buru memasuki kamar, tanpa mengindahkan panggilan mama. Aku mengunci pintu, dan ku tumpahkan air mataku sejadi-jadinya. Mama mengetuk-ngetuk pintu dan memanggilku dengan khawatir. Aku pun membukakan pintu. Setelah kubukakan pintu aku pun langsung memeluk mama dengan erat. Mama mengusap-usap kepalaku dan menggiringku duduk dipinggir ranjang.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya mama sambil mengusap air mataku.

Akupun menceritakan semuanya pada mama, mama tau semua tentangku. Aku sangat terbuka pada mama, bahkan mama tau aku menyukai Braga sejak lama.

"Mama sarankan mending kamu jujur sama perasaan mu sayang, kalau kamu pendem terus yang ada malah kamu yang sakit." Ucap mama sambil mengelus rambutku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tersenyumlah, kamu istimewaWhere stories live. Discover now