12. JANJI

763K 66K 50.1K
                                    

12. JANJI

Bad boys ain’t no good. But good boys ain’t no fun.” — Galaksi Aldebaran

“Gal kamu di mana?” tanya Kejora saat tiba di rumah Galaksi.

Detak jantung Kejora seperti berlomba. Napasnya tak teratur. Begitu mendapat pesan dari Galaksi. Kejora dengan terburu-buru datang ke rumah cowok itu meski sempat terjebak macet di angkot. Hari sudah menjelang malam dan Kejora begitu senang karena Galaksi kembali membuka diri hingga menghubunginya. Itu sudah kemajuan yang sangat pesat bagi hubungan keduanya.

“Galaksi jangan bikin aku takut. Ini udah malem, Gal,” ujar Kejora. Takut dan cemas bercampur menjadi satu.

“Gue di sini,” Galaksi bersuara berat. Kejora menoleh padanya. Cowok itu sedang tidur di sofa.

“Kok tidur di sini? Kamu sakit?” tanya Kejora.

“Enggak cuman lagi nungguin lo dateng,” ujar Galaksi tenang mencoba bangun meski badannya sakit. Hal itu membuat Kejora dengan refleks membantunya agar bisa duduk dengan benar.

“Kamu udah makan?” tanya Kejora.

Galaksi hanya diam. Memandang perempuan itu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Pasti Kejora buru-buru untuk sampai ke rumahnya. Pantaskah Galaksi terus-terusan bersikap egois pada perempuan ini? Sementara perempuan ini selalu ada, tulus bahkan selalu bersikap baik padanya?

“Di rumah kamu sama sekali gak ada orangnya Gal?” tanya Kejora.

“Udah beberapa bulan tinggal sendiri,” ujar Galaksi.

“Loh? Bibi ke mana? Bang Nova juga ke mana?” tanya Kejora, terkejut.

“Disuruh tinggal sendiri sama Kakek,” jelas Galaksi membuat Kejora langsung mengerti.

“Dihukum ya?” tebak Kejora membuat Galaksi terdiam lalu mengangguk.

“Kenapa malah senyum?” tanya Galaksi.

“Gak pa-pa.” Senyum Kejora makin mengembang. “Kangen aja. Kita kan udah jarang ngobrol kaya gini. Biasanya selalu bertengkar sih,” lalu Kejora tertawa pelan. Membuat Galaksi menatapnya dalam.

“Pasti kamu berantem lagi gara-gara aku ya?” ujar Kejora.

“Enggak siapa bilang berantem gara-gara lo?” ujar Galaksi. Raut mukanya kembali mendingin.

“Aku tau Gal. Kamu gak usah bohong. Kamu pasti marah kan karena aku makanya kamu berantem? Aku itu selalu tau sifat buruk kamu Gal. Setelah tenang kamu pasti selalu manggil aku,” ujar Kejora.

Galaksi tidak menyahut. Cowok itu diam. Kebiasaan itu. Mungkin sudah dihafal sekali oleh Kejora. Memang benar apa yang dikatakan Kejora. Galaksi semakin sering cari ribut. Bahkan masalah yang dialami temannya pun Galaksi akan ikut campur. Asal ada saja yang bisa ia jadikan pelampiasan kemarahannya. Bahkan samsak di ruang karate rusak karena Galaksi membuat Bams dan Septian—temannya berjaga-jaga agar Galaksi tidak tumbang apalagi sampai merusak lebih dari itu.

“Kamu pasti belum makan kan? Aku masak ya? Ada bahan makanan gak?” tanya Kejora beruntun. “Bentar aku ke dapur kamu dulu.”

Beberapa menit kemudian Kejora datang. Membawa air putih, nasi serta telor buatannya. Perempuan itu duduk di samping Galaksi yang sedang bersender ke sofa sambil memejamkan matanya. Wajah cowok itu tampak babak belur. Di dahi, sudut bibir serta pelipis Galaksi sedikit membiru.

“Di kulkas kamu ada mie sama telor aja tapi aku buatin kamu telor aja. Aku simpen jauh mienya biar kamu gak makan instan terus. Ini makan dulu nanti baru aku obatin,” ujar Kejora.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang