"Nalarku meragu, hatiku bimbang. Sungguh, ilusinya tak mampu ku terawang."
Gadis itu kembali melihat jam arloji ditangan kirinya. Pukul 06.20 WIB. Sekolah belum terlalu ramai, itu artinya ia tidak terlambat. "Tumben banget nih, gue gak terlambat," batinnya.
Resti tertawa geli mengingat kalau di sekolah lama nya dulu, ia sangat sering terlambat. Padahal jarak rumah neneknya kesekolah yang ini lebih jauh di bandingkan jarak rumahnya ke sekolahnya yang di Jakarta.
Ia berjalan di koridor sekolah mencari ruang guru. Tadi ia sudah bertanya pada pak satpam di depan gerbang arah ke ruangan guru , tapi ia sama kali tidak menemukan ruangan tersebut.
"Hadeuh... Ruang guru nya dimana sih," resti bertanya entah pada siapa. Biasanya siswa yang datang sepagi ini adalah piket.
"Apa gue tanya sama pak satpam tadi lagi, ya," ujarnya. Sambil berbalik badan dan berlari menuju kearah gerbang sekolah.
Belum sampai langkahnya ke gerbang sekolah, pandangan nya tertuju pada seorang cowok yang duduk sendirian dibangku taman. Wajahnya terlihat pucat, tatapan nya kosong. Cowok itu sepertinya anak kelas 12, dilihat dari simbul seragamnya.
'Ngapain tuh cowok sendirian aja di taman.'
Resti menghentikan langkahnya. "Gue samperin aja kali, ya. Takutnya kesambet tuh cowok." Resti berujar. "Sekalian gue tanya ruang guru dimana."
Resti menghampiri cowok tersebut dan berdiri disampingnya. "Permisi," sapa Resti. Cowok itu tidak menanggapinya. Pandangannya hanya lurus ke depan.
'Ini cowok tuli kali ya, kok gak nyahut sih,' batinnya.
Resti pun berpindah tempat berdiri di depan cowok tersebut, supaya cowok itu dapat melihatnya."Hai, lo siswa SMA ini kan." ucapan Resti akhirnya mendapat respon. Cowok itu memandang Resti.
"Klo boleh tau ruangan guru dimana ya? Gue murid baru di sini," lanjut Resti.
"Kamu ngomong sama saya." respon cowok itu dengan wajah datarnya. Sedetik kemudian raut wajahnya berubah seperti orang kebingungan.
"Emang disini ada orang lain apa selain Lo!" Hampir saja Resti emosi mendengarnya. Jelas-jelas disitu hanya ada mereka berdua.
Namun, cowok tesebut tidak menyahutinya. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan tanpa memperdulikan Resti.
Resti sangat kesal karena cowok itu malah pergi meninggalkanya. Ia pun mengejarnya.
"Eh,eh. Lo mau kemana?" Resti mengikuti dibelakang cowok itu. Karena langkahnya yang kecil, ia sesekali harus berlari.
Resti menabrak punggung cowok itu yang tiba-tiba berhenti.
"Kenapa berhenti." tanya Resti yang masih berdiri di belakang cowok itu.
Cowok itu berbalik badan menghadap Resti.
"Ini ruangan nya." Cowok itu menunjuk kearah pintu yang ada disamping kanan nya.
Resti menoleh kearah yang ditunjukkan cowok itu. Ada tulisan 'RUANG GURU' yang tertera didepan pintu itu.
"Masuk aja, biasa nya sudah ada guru piket didalam," tambahnya. cowok itu masih dengan sikap dinginnya.
"Iya."ujar Resti.
"Oh iya, makasih ya udah...."
Ucapannya terhenti. karena saat iya berbalik badan, cowok itu sudah tidak ada disitu lagi."Mana cowok tadi, udah hilang aja. Gak sopan banget sih," ketus Resti. Ia pun masuk ke ruangan itu.
Resti tidak mau ambil pusing dengan hilang nya cowok itu.
...
Duh, kira-kira cowok itu siapa ya?
Baca terus lanjutannya dan temukan jawabannya, oke!Untuk typonya mohon dimaafkan ya... Author nya baru belajar.
Kasih votenya juga donk 😉.
Resti butuh banget dukungan kalian..
Thanks you all😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination In Love
Подростковая литература"Kau pernah mendekapku di sela-sela mimpimu. Selayaknya lirik lagu romansa yang hanya sekedar bualan belaka." _Resti Amalia Berawal dari kecerobohannya, Resti terjebak dalam masalah yang tidak diduga. Ia bertemu seorang siswa di sekolah bar...