Empat Puluh

56.8K 2.6K 30
                                    

Setelah menggunakan alasan yang cukup baik, Fano berhasil menghindar dari pertanyaan Raina yang benar-benar membunuhnya. sebenarnya dari tadi Fano memang sudah tahu bahwa Raina pasti akan menanyakan hal itu kepada nya. maka dari itu dia sudah menyusun seribu alasan agar terhindar dari topik membunuh itu.

Dan pada jam istirahat sekarang ini sudah terlihat Khei yang sedang sibuk bolak-balik dari gedung ke gedung hanya untuk mencari dimana kah kelas seorang gadis mungil yang bernama Geisha itu, dia berjalan sambil meremas kedua tangan nya sama sekali tidak ada rasa lelah mencari keberadaan gadisnya itu.

Degdegan.

"Lo dimana sih Ghei?" Gumam nya tidak jelas sambil berjalan menuju satu kelas yang dia harapkan kelas itu adalah kelas Geisha, karna ini adalah gedung terakhir dari tiga bersodara.

Kelas itu sangat berisik bersama suara cempreng dari seseorang yang menyebut nama "Dhea" . Khei sedikit tersentak dengan suara itu dan akhirnya langkah kakinya terhenti di hadapan pintu kelas.

"Ehem!" Khei berdeham dengan suara khas menggodanya itcuh. sontak mereka semua diam dan terkejut dengan kedatangan pentolan nya SMA pelangi alias kaka kelas mereka yang tamvan.

"Itu kak Kheiland kan Des?" Tanya seorang gadis yang langsung di jawab dengan anggukan oleh teman nya yang bernama Dessi.

"Anjir! kak Khei ngapain kesini?!" Seorang gadis berteriak dengan sangat histeris saat melihat Khei masuk kedalam kelas.

Khei mengedarkan pandangan nya keseluruh penjuru kelas, berharap semua murid berada di dalam dan tidak ada yang keluar atau ke kantin.

"Disini ada yang namanya Geisha Adelia?" Teriak nya cukup keras bersama suara khas laki-laki nya, dan setelah mengucapkan kalimat itu seseorang bangun dari duduknya bersama rambutnya yang seperti singa.

"Ada apa ya?" Geisha bertanya dengan mata nya yang masih tertutup sementara semua gadis disitu menatap nya iri. tidak pernah mereka mendengar rumor dari seorang Kheiland Anderson dekat dengan seorang wanita di SMA pelangi, bahkan rela mencari nya ke gedung sebelah.

"Lo yang namanya Geisha Adelia?" sadar akan suara itu, sontak Geisha membuka kelopak matanya untuk melihat siapakah makhluk ciptaan Tuhan yang mencarinya sampe kesini?

"Kam.. kamu." Khei tersenyum kegirangan saat melihat reaksi Geisha yang sedikit kaget saat melihat kehadiran nya dikelas gadis cerewet itu.

"Hai." Secara automatis mereka yang di dalam kelas jadi baper ketika mendengar kalimat itu sementara Geisha masih berdiri kaku melihat sosok yang sedang menyapa dirinya bersama senyuman manis khas laki-laki sejati.

Khei melangkah ke tempat duduk Geisha lalu menarik tangan mungil gadis itu untuk membawa nya pergi.
"Kalo ada yang nyari dia, bilang aja gue yang bawa."

"Iya kak." Dessi sebagai teman nya disitu hanya mengangguk dan bersuara seperti berbisik sebagai balasan dari kata-kata Khei.

SPECIAL WOMAN

Setelah sekian lama nya menguji kepandaian dalam pelajaran matematika akhirnya bel pulang berbunyi dan para murid pun mulai mengadakan acara saling desak-desakkan di pintu kelas.

sekian dan terimakasih.

"Kalian kenapa? kok pada bisu begini? nggak kek biasanya." Raina bersama alis nya yang bertaut itu menatap kelima satpam nya yang tampan. Khei hanya tersenyum sebagai jawaban dan ingin saja dia tabok si Fano yang dari tadi senyam-senyum sama layar ponsel miliknya.

"Ya allah, izikan hamba buat nginjek muka si Fano, emang dasar ni alien ! kita di sini udah pada bingung mau jawab apa sama pertanyaan Raina. eh dia malah senyam-senyum kek orang gila!" batin verant memaki Fano yang sedang asik melayani ponsel nya, tapi saat ini Fano tidak memperdulikan sekitar sehingga dia tidak mendengar celotehan dari teman nya.

"Hei.. kalian kenapa sih?" Sontak Ben berdeham lalu tersenyum. sekarang mereka sedang berada di tempat nongkrong Gos yang berada di belakang gedung sekolah, Biasalah mereka lagi males pulang jam begini.

Sebenar nya rumah itu khas untuk murid yang pulang terlambat mahupun tempat istirahat untuk orang lain, tapi karna sang ayah adalah pemilik yayasan sekolah. Fano meminta kepada sang ayah untuk menjadikan rumah itu tempat nongkrong mereka berlima, tapi menurut Raina ini bukanlah sekadar tempat nongkrong tapi ini bisa dibilang tempat tinggal

karna.

Disini ada kulkas yang isinya minuman soda dan beberapa buah-buahan di tingkat bawah nya dan ada juga makanan ringan seperti snack dan juga permen yang cukup banyak. bahkan disini ada sofa khas untuk mereka berlima dan juga televisi yang sederhana, yah disini lah mereka membuktikan, bahwa apa yang mereka inginkan mereka dapatkan.

Dalam sekelip mata.

"Kita gapa-pa Rai. cuman saricloudy aja." Raina langsung tertawa dengan alasan Ben yang tidak masuk di akal.

"Oke serius. kalian ada apa sih? kok pada ngejauh gini? liat.. kalian nggak kayak biasanya yang suka berisik. suka jail dan suka brant--bentar..." Raina berdiri lalu menatap wajah mereka satu-persatu

"Kalian berlima habis brantem ya?" Mata bulat nya menyipit saat ingin menggali kasus yang benar-benar membuatnya penasaran. Mereka berempat sudah menelan saliva nya susah payah.

1000 minute later.

"Brantem apa nya jangan ngaco Raina.." Suara Fano memecah dinding kesunyian namun matanya masih fokus terhadap layar ponsel nya. Raina menggigit hujung bibirnya bersama wajah cemberut nya.

"Aku nanya Khei bukan kamu." Batin Raina berbisik namun didengari oleh Fano, mata elang nya menatap lurus wajah polos Raina yang sedang cemberut.

"Udah nggak usah banyak omong, ayok pulang. ini udah mau sore apalagi kalian pada belum solat Dzuhur kan?" Setelah menyampaikan satu kebaikan verant berlalu pergi dan setelah nya Khei dan Ben juga pergi.

"Lo nggak solat Fan?" Tanya Marcel karna Fano masih dengan posisi nya yang duduk santai di sofa

"Gue udah solat tadi." Marcel sekadar mengangguk

"Terus lo mau disini dulu?..."

"Iya. lo pergi solat aja dulu, nanti lo kesini lagi soalnya ada yang mau gua omongin sama Rai..."

"Eits.. nggak boleh berduaan, entar yang ketiga setan." Cela Marcel yang dibalas oleh helaan nafas,

"Yaudah lo aja yang jadi setan." Celetuk Fano lalu berbaring di sofa sedangkan Raina sedang sibuk melihat foto mereka berlima yang masih kecil, ternyata Ben memang putih dari asalnya.

"Gue setan. lo pocong nya." Marcel cekikikan sebelum dia berlalu pergi untuk mengambil air wudu di sebelah gedung lama untuk melaksanakan solat zduhur

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang