Kinan
Gue gak tau kebiasaan orang rumah ini bangun jam berapa.
3.30
Gue yang semenjak semalem dateng dan lihat taman depan rumah ngerasa gregetan sendiri. Bagus, tapi banyak yang gak keurus.
Mumpung gue lagi gak solat, gue memutuskan buat langsung ke taman yang untungnya gue bawa gloves garden yang sebenernya gue juga gak ngira bakal kepake.
Udah sekitar setengah jam gue mindah-mindahin taneman sampai akhirnya gue ngerasa haus banget.
Gue masuk ke rumah untuk kemudian jalan ke dapur.
Begitu gue melangkah masuk ke dalam rumah, aroma kopi menyengat ke hidung gue. Dari jauh gue bisa lihat orang yang dengan lucu dan anehnya nyebut nama gue berulang dan lirih sambil ketawa.
Gue mematung di tempat gue berdiri. Gak bergerak dan bahkan gue menahan nafas. Gue tersenyum simpul di saat ingatan gue membawa gue kembali ketika gue berumur entah sepuluh atau sebelas, "call my name, i case you miss me," itu yang akan gue katakan kalo gue mau pergi jauh.
"Terus? Lo bakal muncul? Percaya banget sama keajiban?"
"Yeuu... gue kan penuh keajaiban."
Gak mau sakit kepala lagi, gue melangkahkan kaki gue mendekat. Sambil merangkai semua kata yang ada di kepala gue. Sampai akhirnya yang keluar dari mulut gue adalah, "pagi-pagi udah ngopi."
Gue berharap bawa kamera saat ini juga karena ekspresinya bikin gue pengen ketawa sampe pluto. Dia ada di bawah lampu dan muka dia yang cengo, kemudian matanya yang menyipit kelihatan begitu jelas sejelas jelasnya.
"Apa kabar dev?"
Matanya terbelalak ketika gue rasa dia udah bisa ngelihat gue dengan jarak segini.
"Pagi tuh minum susu," dan lagi dia cuma diam. Lama dia buka suara, "kin..."
"How's your day my annoying boyfriend?"
Dia berjalan cepat ke arah gue dan memeluk erat tubuh gue. Lama. Rasanya lama banget gue gak ngerasain perasaan kayak gini.
Gue pengen ketawa rasanya ketika dia melepas pelukannya dan bilang "jahat!" Sambil memanyunkan bibirnya.
"Pas lo inget gue, lo malah pergi. Cewek emang ribet."
"Pfftt. Hahahahhaaha," tawa gue pecah seketika. Gue masih inget gimana sok cool nya dia dulu. Apa jangan jangan martabat cool nya udah ancur ya.
Kita berdua berakhir dengan duduk di ruang tengah sambil nonton tv dan makan pancake buatan Aldev yang rasanya masih sama persis kayak dulu.
Rasanya aneh karena kurang lebih 2 tahun lamanya kita gak ketemu... gak ada yang bisa gue omongin. Kita sama-sama diam.
"Kin, lo udah ada cowok?"
"Kan lo boy-friend gue," jawab gue sambil gigit beng-beng max yang dari tadi gue anggurin di tangan.
"Serius, Kin."
"Kalo yang lo maksud cowok kayak pacar gitu, gue gak punya. Kalo cowok yang bisa gue andalin. Gue punya," gue berhenti gigit beng-beng max gue lagi.
Kemudian diam lagi. "Lo, gimana kuliahnya?" Gue rasa dia masih betah diam.
"Siapa?" Gak nyangka malah kata itu yang keluar dari mulutnya.
Gue tahu betul apa yang dia maksud saat ini, "Apanya, Dev?" Cuma gue pengen lebih ngeh aja.
"Cowok lo?" Tanyanya yang kini makin hati-hati tanpa menoleh ke arah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinanti
RandomNot sure about anything that she have to walk trough. She learns anything from everyone. She will always be maybe Never be yes Yet never be no