Rintik hujan pagi ini, telah mengguyur sebagian kota Bandung. Aku berjalan gontai dengan kaki panjang mungilku menuju suatu tempat yang membuatku sangat nyaman disana. Taman belakang rumah, itu adalah tempat dimana semua keluh kesah. Secangkir kopi hangat kurasa sudah cukup untuk menemani setiap pagiku. Menghirup udara pagi bercampur dengan aroma tanah sisa air hujan pagi ini. Suara langkah kaki menuju taman, terdengar mengikutiku, ya itu kakakku. Dia bernama Alvaro Kaneko, seorang laki-laki tinggi, memiliki perut sispex, kulit putih, membuat perempuan mana pun akan tertarik padanya, termasuk aku?, tidak itu hanya gurauan saja. Al nama panggilannya, ia kerap kali mendapat julukan "eko" karena terlalu keren namanya. Al biasa aku memanggilnya, ia berjalan menghampiriku membawakan snack makanan kesukaanku dan yang terjadi:
Al:"Eh bocil, ngapain pagi² enak²an duduk di taman, sono noh bantuin bi Siti!!"
Dira: " Lah situ ngapain ngikut kemari, bantuin tuh pak seto malah enak² makan snack, sini mana jajannya buat aku aja"
Al: Adek tuh harus nurut sama abangnya, jangan ngelunjak kalau dibilangin.
Dengan rasa kesal, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan menuju dapur tempat bi Siti sedang memasak ayam goreng sambal balado kesukaan papa.
Namaku Adira Hikaru, gadis cantik, pintar, baik hati, namun sombong, jika didepan sahabatnya itupun hanya sebagai bahan candaan ketika aku merasa bosan.Aku dan Kakakku merupakan campuran jepang dan Indonesia, jadi itu sebuah keberuntungan bagiku memiliki kaki panjang dan mungil, hehehehe.
#Dapur
Aroma masakan bi Siti membuatku ingin segera memakannya,sesekali aku mencicipi ayam goreng yang dibuatnya.
Bi Siti: "Non, itu masakannya keburu habis gara² dimakan Non Dira."
Dira:"Hehehe, Enggak apa² bi, nanti bibi buat lagi yang lebih enak dari ini, abis bibi masaknya enak banget."
2 jam kemudian , semua makanan telah siap dihilangkan.
Dira: "Kak Eko, Papa, makanan udah siap nih, ayo makan."
Seperti keluarga pada umumnya kami melakukan ritual makan pagi bersama meskipun tanpa kehadiran mama. Beliau meninggalkan kami untuk selamanya, sudah 2 tahun terakhir rumah kami terasa sepi, rindu dengan senyumannya, masakan khas dengan aroma yang langsung membuat bulu-bulu hidung kami berdiri. Ah sudahlah, mungkin tuhan sedang membuat rencana tersendiri untuk kami.
Papa:" Dir, gimana sekolah kamu, nggak ada masalah kan?"
Dira:" santai pa, Dira nggak buat masalah apa2 kok, paling yang buat masalah tu si Eko"
Al:" Eh,, sembarangan aja kalo ngomong, Al itu orangnya pendiam pa"
Dira:" Alah pendiam apanya, bohong pa, dia mah kalo di kampus sukanya tebar pesona"
Al: " Shut........ Diam ( sambil menutup mulut Dira dengan telunjuknya)
Dira: "Ih eko, Tangan lo bau" ( melepas tangan Eko)
Papa:"Bentar2 papa ada telepon sebentar"
Sembari papa mengangkat telepon entah dari siapa, aku tak peduli, aku dengan eko masih asik dengan makanan buatan bibi dan kami saling menganggu satu sama lain.
Papa:"Papa berangkat dulu ya, kalian berdua jangan berantem terus, Eko jangan suka php-in cewek terus"
Dira:" Hahahahaha, Dengerin tuh Eko". ( ledekku)
Al:" Iya pa" ( sambil menggaruk kepala tersipu malu)
Ritual makan pagi telah kami lewati, semua penghuni rumah kembali menjalankan aktivitasnya masing- masing. Bibi menyapu rumah dan membersihkan ruangan, Pak seto mengantarkan Papa ke kantor, Eko pergi ke kampusnya dengan pacarnya yang super centil dan bawel, amit2 punya kakak ipar kayak dia, hiiii, kalau marah kayak nenek lampir.
Sedangkan aku, aku hanya duduk dengan membaca novel karangan tere liye ( sepotong hati yang baru) ditemani 3 kucingku.
Jam dinding cepat berputar, tak terasa sudah pukul 5 sore. Tanpa kusadari aku telah tidur pulas untuk beberapa jam yang lalu.
Tiba-tiba ada bunyi telepon dari ruang tengah, cepat ku ambil genggaman telepon itu:
Dira: Iya hallo,
Rima: Diraaaa......., lo kemana aja, katanya mau nemenin buat beli buku, gimana sih.
Dira: Ini siapa sih, teriak-teriak nggak jelas.
Rima: Bangun kebo, makanya jangan tidur terus kalau libur, keluar!! Jakarta itu luas, ayo cepetan mandi.
Dengan kondisi nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, aku hanya mengikuti semua perintah dari suara telepon tadi. Ku tutup telepon, dengan kaki gontai, mata setengah terbuka, tangan membuka lemari baju memilih pakaian sedapatnya hasil dari mata mengantuk.
Dira:" Bibi, aku keluar dulu ya, mau beli buku"
Bibi: " Sama siapa non?"
Dira:" Sama manusia Bi, "
Bibi: " Iya tau non sama manusia, masa sama kucing" (dalam hati)
Aku segera keluar dengan mobil hitam yang kuberi nama Moli. dengan kecepatan rossi, ku melaju entah kemana, pikiranku masih bingung .Hy hy hy, semua welcome back to my story , sorry
if my story is still messed up, wait for the story to continue with the meeting with Rima.Don't forget to make rate my story, like and share to friends.
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
Uneg-uneg
RomanceCerita ini berawal dari Aku dan Dia ketika bertemu di suatu tempat yang benar-benar aku benci seumur hidup. Setiap menit ketika memikirkan semua kejadian yang tak pernah aku lupakan sampai saat ini. Rema....,Sahabat ya sahabat memang namun dia telah...