BaW#29 Lepaskan atau lupakan

74.6K 4.1K 123
                                    

Ini perasaan aku aja apa gimana? Cerita ini kayaknya makin ke sini makin sunyi :'(

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Logan baru saja keluar dari kamar mandi. Handuk berwarna coklat menutupi setengah tubuhnya yang tidak terbalut apa-apa, dan tangan kanannya menampik rambutnya yang masih basah untuk menghilangkan sedikit air yang melekat di kepala.

Hari sabtu selalu menjadi hari yang melelahkan bagi Logan. Karena selain belajar, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah membuat aktivitasnya semakin bertambah. Namun setelah mandi, ia merasa kembali segar.

Pria itu berjalan ke lemari untuk meraih baju yang akan dikenakan, tapi belum sempat ia mengambil kaos hitamnya, seseorang lebih dulu membuka pintu kamar hingga Logan terperanjat menutupi setengah tubuhnya.

"Bunda! Kau melanggar privasiku!" Pekik Logan dengan tangan yang menyilang di depan dada.

"Ups, ini tidak terkunci." Wanda terkekeh melihat kelakuan Logan, ia kemudian tetap berjalan masuk ke dalam kamar lalu duduk di atas kasur. "Tidak usah malu, Bunda sudah pernah melihatnya."

"Ya, tapi aku bukan anak kecil lagi, Bunda." Rengek Logan. Tangan kananya menarik satu kaos hitam dan boxer dari dalam lemari. "Jangan melihat ke sini."

Wanda memutar kepalanya membelakangi Logan, membiarkan putranya itu memakai baju lebih dulu. Selang beberapa detik, pria itu berjalan mendekati Wanda dan ikut duduk di atas kasur dengan pakaian yang sudah melekat di tubuh.

"Kau tidak bermalam minggu?" Tanya Wanda. Logan mengangkat bahu.

"Tidak. Aku sudah janjian sama anak-anak untuk main ps. Yaaa, seperti biasanya." Kata Logan ada jeda. "Bunda datang ke sini hanya untuk menanyakan itu?"

Wanda menggeleng, "Bunda ingin membicarakan sesuatu yang serius denganmu."

Logan mengangkat kedua alisnya. "Serius? Aku tidak melakukan kesalahan, bukan?"

"Bunda harap begitu."

"Oke. Jadi, apa yang ingin Bunda bicarakan?"

Wanda mengubah letak duduknya, memposisikan badan menghadap Logan seraya menatap wajah anaknya itu dengan seksama.

"Kau ada hubungan apa dengan Jeni?"

Logan terbelalak tidak menyangka, lalu detik kemudian tertawa. "Bunda, kau tidak berniat untuk mencampuri urusan pribadiku, bukan?"

"Sebenarnya tidak, tapi Bunda harus."

"Oh, ayolah... Bunda tidak perlu melakukan ini, aku bukan anak kecil lagi, ingat?"

"Logan. Bunda hanya tidak ingin kau menyakiti hati wanita lagi. Bunda ingat, dulu kau sering membawa wanita yang berbeda-beda untuk menemui Bunda, dan Jeni bukanlah satu-satunya."

Logan menghembuskan napas pelan. "Tapi Bun, Jeni berbeda. Aku tidak bermain-main dengannya. Dan ya, lagipula itu dulu... Sekarang aku tidak seperti itu lagi."

"Kau tidak bisa membohongi Bunda, Logan."

"Siapa yang berbohong?"

"Oke, katakanlah kau tidak berbohong. Tapi kau harus terbuka dengan hatimu. Coba tanyakan lagi pada lubuk hatimu, apa kau benar-benar mencintai Jeni?"

"Tentu saja."

"Benarkah? Kau berpacaran dengannya bukan hanya karena dia cantik dan... Bertubuh bagus?"

"Bunda, pertanyaanmu tidak masuk akal." Logan menggelengkan kepala.

"Tidak. Bunda mengatakan sesuatu yang benar. Logan, mungkin kau tidak pernah menyadari ini, tapi Bunda jelas tau. Kau selalu memperkanalkan pacarmu kepada Bunda, dan Bunda selalu memperhatikan setiap wanita yang kau bawa. Selama ini, kau selalu mengejar wanita hanya karena fisiknya, kau tidak pernah benar-benar mencintai mereka. Hingga akhirnya kau berakhir dengan melukai hati mereka. Dan Bunda tidak mau kau melakukan hal yang sama kepada Jeni, dia gadis yang baik."

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang