Maaf menjadi bencana

27 5 2
                                    

"Padahal cuman hanya menyebutkan kata 'maaf' saja, tapi rasanya sulit seperri ada yang menyangkut di tenggorokan"

---
Seminggu Rainey mendiamkan Aiden dan selama itu pula Aiden mencari cara agar Rainey mau berbicara kepadanya lagi. Padahal yang Aiden lihat, Aksa sudah kembali membaik dengan Rainey padahal sempat beradu mulut dengan panasnya. Sudah berbagai macam cara Aiden berusaha membuat Rainey seperti dulu.

Aiden
Rain, ini sudah seminggu loh lo diemin gue
Aiden
Ga cape Rain?

Rainbow
G

Nah, jawaban yang seperti diatas lah yang Aiden terima setiap kali dia berusaha berbicara melalui apapun.

Aiden
Jangan marah Rainn.. Sama Aksa aja udah baikan masa sama gue beda😑

Rainbow
Bd mt

Aiden
Gue telpon ya?

Rainbow
G w sbk

Aiden
Pliss,, lo dengerin kata² gue dulu(

Rainbow
Cpt paan

Aiden tersenyum lega, berarti Rainey mau mendengarkannya sekarang.

Aiden
Bukan kemauan gue gak satu jurusan sama lo, abang lo yang sentimetal sama gue jadi beda jurusan sama lo.

Rainbow
Basi!
G d kt lain selain itu?
Ok.

Rainbow block you

Aiden menghela nafas kasar, ya selalu seperti itu akhir perdebatan tidak ada ujungnya itu. Selama seminggu juga Rainey memblock nomornya dan segala hal yang bersangkutan dengan sosial medianya. Padahal sudah banyak waktu yang Aiden luangkan untuk meminta perhatian dari seorang Rainey.

Aiden melihat siluet Rainey yang sedang menatap langut tersenyum sendu. Entah kenapa, rasanya Aiden merasa sangat besalah dengan kejadian kemarin. Dengan gerakan gesit Aiden keluar kearah balkon kamarnya.

Rainey yang tak tahu Aiden akan keluar segara bangkit meninggalkan tempat. Tapi suara Aiden yang lirih membuatnya tetap tinggal.

"Rain... " lirih Aiden. Rainey dengan tatapan malasnya menatap Aiden balik.

"Paan njir. Gue sibuk." setelah mengatakan itu, Rainey meninggalkan Aiden yang masih berdiri di balkon kamarnya.

Aiden menghela nafas pasrah, ini semua gara-gara Aksa sialan. Selama seminggu ini Aiden rela untuk memutar balik arah jalan ke kelasnya namun hasilnya nihil.

"Woy! Ngelamun aja lo, ada apa nih?" pertanyaan itu membuat Aiden terkejut.

Aiden mengangkat bahu, "Dia belum mau bicara sama gue." jawab Aiden lesu. Ray terbahak ketika mendapati jawaban yang menurutnya sangat lucu itu.

"Lo tau? Kalau cewe marah kayak gitu hanya satu kata yang si cewe mau denger kata-kata lo" Ray dengan santai mengeluarkan pepatah yang memang sudah diluar kepalanya.

Aiden memiringkannya kepalanya menatap Ray yang mulai serius.

"Apa?" tanya Aiden datar.

Dengan senyum yang mengembang Ray melanjutkan, "Cewe cuman mau kata 'maaf' cuman itu tidak lebih." dengan mengutip kata maaf, Ray dengan percayadirinya menepuk pelan pundak Aiden.

"Kalau Rain tetep ga mau maafin gue gimana?" pesimis Aiden. Ray menggeleng pelan, "Kemarin gue liat Aksa cuman minta maaf ke Ney terus mereka baikan."

Aiden melongo menatap Ray yeng cengengesan menatap dirinya. Jadi kata-kata mutiara tadi terbukti bohong kan?

🌷🌷🌷

"Gak ada usaha banget sih tu cowok, kesel gue" batin Rainey kesal.

Rainey sebenarnya sudah melupakan kejadian yang telah terjadi waktu itu. Namun rasa kesalnya terhadap Aiden masih saja belum hilang. Karena Aiden belum mengucapkan kata-kata yang dia mau dengar.

Dering teleponnya membuat Rainey segera menggambil handphone kesayangnnya.

Ai jelek 😈 is calling

Dengan perasaan tak karuan Rainey mengangkat telepon.

"Apa sih?!" Rainey berusaha masih sewot kepada Aiden.

"Untung udah dibuka blok nya Rain."

Rainey memutar matanya malas, "Lembet bat sih lo. Cepet mau ngomong apa, gue sibuk nih."

Rainey mendengar kekehan Aiden yang menurutnya sangat tidak enak.

"Sibuk atau so disibukin sama diri lo sendiri?"

"Bodo amat njir"

"Sore ini gue tunggu ditaman biasa, jangan telat. Sore bakal hujan jangan lupa"

Setelah itu Aiden mentup telponnya membuat Rainey terkaku. Hujan dan dirinya memang sudah bersahabat, jadi dia penasaran sejak kapan Aiden mulai menyukai hujan yang turun. Suara guntur mulai terdengar membuat Rainey tersadar dan dengan cepat mengganti pakaiannya dengan jas hujan berkupluk kesayangannya.

Aksa yang melihat Rainey memakai jas hujan berkupluk dengan cepat menuruni tangga.

"Kemana lo sat?" tanya Aksa yang penasaran.

Rainey memutar matanya malas, "Kepo bat sih lo jadi orang"

Aksa mendengkus, "Gue peduli sama lo sat"

Rainey hanya mengendikan bahunya dan dengan gesit keluar dari rumahnya. Hujan deras membuatnya tersenyum ketika sekelibat memori terekam dengan jelas. Hari dimana dia dipertemukan oleh semesta dengan seorang Aiden.

Gemercik air hujan membuat hatinya semakin tentram, entah kenapa semua hal yang berada dipundaknya lepas.

"Hujan, kali ini senyumku belum luntur mengingat kau jatuh dengan bebasnya. Entah waktu yang akan datang aku masih menyukaimu atau tidak."

Sesampainya ditaman, Rainey langsung mencari keberadaan seseorang yang sudah menunggunya. Senyumnya semakin lebar ketika mendapati punggung yang selalu ingin ia peluk daru belakang. Namun, perlahan senyum yang terbit itu luntur ketika Rainey mendengar suara lembut dari depan Aiden.

"Aiden... I miss you so much" setelah mengatakan hal itu, Rainey melihat dengan jelas si cewek yang mengatakan itu mencium Aiden tepat dibibirnya.

Rainey tergugu dibelakang punggung Aiden yang belum menyadari kehadirannya. Kata-kata yang ingin dia ucapkan lenyap ketika kejadian tadi terputar dalam memorinya. Dengan nafas yang tercekat Rainey berusaha memanggil Aiden.

"Ai...." lirih, bahkan sangat lirih sampai Aiden tidak menyadari ada Rainey dibelakangnya.

Dengan senyum getir, Rainey membalikkan tubuh menjauh dari kawasan yang menyakitkan itu. Dia salah, hujan kali ini bukan kenangan manis yang didapatkan. Tapi kenangan buruk yang akan selalu dia ingat sampai kapan pun.

---
Come back nii Wkwkw

Ikutin terus ya kisahnya Aiden dan Rainey, semoga semakin cinta sama mereka berdua:))

RaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang