─a,

682 164 8
                                    

Katanya, ketakutan yang dilebih-lebihkan dalam pikiran itu bisa saja menjadi kenyataan.















Awalnya Jimin tidak percaya. Tapi hari ini, ia tengah menyaksikan ketakutan terbesarnya tepat di depan matanya sendiri.








Hal yang sama seperti ia lihat bertahun-tahun lamanya, kembali disaksikannya hari ini. Ia melihat dengan mata kepalanya─bukan lagi telinganya. Tapi mata kepalanya. Terlihat jelas bagaimana sosok yang begitu dicintanya tengah melakukan sesuatu yang sudah dijanjikannya untuk tidak dilakukan lagi. Terlihat nyata bagaimana orang yang menjadi alasannya untuk hidup seketika menjadi alasannya untuk mati. Terlihat gamblang bagaimana mereka melakukannya tanpa menyadari kehadiran Jimin.





Jimin terpaku. Bergeming di tempatnya berdiri, meski kakinya mati rasa. Meski dadanya sesak bukan main. Meski air mata mulai menggenang di pelupuknya.

Dikepalkannya tangan saat adegan di hadapannya kian memanas. Tubuhnya gemetar, seluruh dunianya kembali hancur entah untuk yang keberapa kali. 



Ia ingin beranjak, ia ingin pergi dari tempat ini─ingin sekali. Tapi kakinya enggan melangkah. Kakinya seolah ditancap paku agar ia tidak bisa kemana-mana. 








Dalam hati Jimin menangis─karena entah mengapa, ia tidak bisa menangis sekarang. Dalam hati Jimin menyumpahi dirinya yang terlalu membesar-besarkan ketakutannya. Seharusnya ia percaya pada ibunya. Seharusnya ia tidak berpikiran buruk tentang ibunya.









Tapi semuanya sudah terlambat.

to be continued.

❛anxiety❜ ─ pjm.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang