Jun duduk di dalam mobilnya sendirian. Air mata turun membasahi pipinya yang putih. Ia melipat tangannya di atas kemudi dan membenamkan kepalanya di sana. Tubuhnya bergetar. Air matanya yang tak kunjung berhenti membuat mata sipitnya membengkak.
Hancur. Hanya itu yang dirasakannya saat ini. Tidak ada lagi yang akan menemaninya lagi di saat seperti ini. Mengusap punggungnya ketika ia sedih. Mengelus kepalanya ketika ia berhasil melakukan sesuatu yang dulu belum bisa dilakukannya. Menghapus air matanya ketika ia menangis. Memeluknya ketika ia kedinginan. Karena, orang yang selalu melakukan itu semua sudah menikah dengan orang lain yang merupakan sahabatnya sendiri.
Menikah? Sahabat? Bukankah terdengar sangat menyakitkan?
Jun masih terisak di dalam mobilnya. Sesekali ia tersedak air liurnya sendiri dan terbatuk. Rambutnya sudah acak acakan sejak ia pulang dari pesta pernikahan itu.
Ia menegakkan kepalanya dan menatap lurus pada jalanan yang kosong. Ia menengok ke samping kanannya. Seseorang yang telah menikah itu dulu sering menggenggam tangan kanan Jun saat Jun sedang menyetir.
Sekarang tidak ada lagi pria tinggi yang akan menggenggam tangan kanannya lagi saat ia sedang menyetir. Hanya tersisa wangi dari pria itu. Wangi yang membuat Jun merasa aman dan nyaman.
Pria itu Kim Mingyu. Orang yang sudah sering mengalihkan dunia Jun. Orang yang selalu melindunginya. Orang yang selalu mengucapkan "Kau anak baik, kau manis, jangan nakal ya" atau "Sudah jangan menangis. Jika ibumu yang di China tahu bahwa sekarang putranya yang manis ini menangis, ia akan marah padaku karena aku tidak bisa membuatmu selalu tertawa dan bahagia".
Kalimat kalimat itu dulu sering terlontar dari mulut seorang Kim Mingyu. Tapi, Jun tidak pernah mendengar kalimat itu lagi sejak Mingyu berkencan dengan sahabatnya, Jeon Wonwoo.
Jun mencintai Mingyu tapi Mingyu mencintai Wonwoo dan Wonwoo juga mencintai Mingyu. Sedikit rumit tapi itulah yang terjadi.
Jun sendiri hanya bisa diam dan menerima kenyataannya bahwa orang yang dicintainya kini hidup bahagia bersama orang lain. Berjanji sehidup semati dalam sebuah acara sakral –Pernikahan–.
.:: Flashback On ::.
Jun dan Mingyu kini berada di dalam mobil Jun. Mingyu menatap Jun yang fokus menyetir. Tangan kirinya terulur untuk menggenggam tangan kanan Jun. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Hari ini Jun dan Mingyu akan pergi ke rumah orang tua Wonwoo untuk menjemput Wonwoo dan mengajaknya tinggal di apartemen mereka.
Mingyu semakin mengeratkan genggaman tangan Jun seolah olah tidak ingin melepaskan tangan itu. Bukankah seharusnya Jun yang melakukan itu? Menggenggam erat tangan Mingyu dan tidak membiarkan Mingyu berkencan dengan Wonwoo yang notabenya adalah sahabatnya.
Andai saja Jun bisa menolak keinginan Mingyu untuk mengajak Wonwoo tinggal di apartemen mereka, Jun akan lakukan itu. Tapi pada kenyataannya, Jun sama sekali tidak bisa menolak apapun keinginan orang tercintanya.
Jun tau apa yang ingin Mingyu katakan kepadanya. Tapi hatinya menginginkan agar Mingyu tidak mengatakan apapun kepadanya saat ini dan dirinya kini sengaja mengulur waktu agar semakin lama untuk sampai di rumah Wonwoo.
Tapi bagaimanapun juga, Jun dan Mingyu akhirnya sampai di rumah Wonwoo. Mingyu keluar dari mobil Jun dan menghampiri Wonwoo yang sudah menunggu di teras rumahnya.
Jun memejamkan matanya. Kata hatinya menuntutnya agar tidak melihat apa yang Mingyu lakukan. Memeluk dan mencium kening Wonwoo. Ia sama sekali tidak menginginkan untuk melihatnya. Hal itu hanya membuat hatinya sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
이러지마 제발... (Please Don't) | 김민규 × 문준휘
FanfictionAntara aku yang terlalu berharap, atau dia yang sengaja membuatku sakit. Atau justru dia sengaja mempermainkanku dengan cara berkencan dengan sahabatku, di depan mataku? Aku mohon, jangan lakukan ini. Seventeen Mingyu Kim as TOP Seventeen Junhui Wen...