Waktu terus berjalan. Tapi kehadiranmu masih terasa walaupun tinggal kenangan.
- Riken Aswanda.
***
"Mau permen?"
Aku menatap heran laki-laki urakan di sampingku. Tidak, lebih tepatnya teman sebangku ku.
"Permen?" ucapnya sekali lagi.
Ini pertama kalinya kami berbicara setelah seminggu hari pertama masuk sekolah. Dia tidak pernah masuk pada awal pelajaran dan selalu datang di jam-jam terakhir.
Dan aku baru tau juga kalau dia anak dari pemilik yayasan.
'Pantas saja dia nggak pernah dihukum ' fikir ku sebal.
"Maaf, tapi aku gak suka permen." tolak ku tanpa melihat wajahnya.
Ia terlihat bingung, "Loh kenapa? Permennya enak tuh. Apa lagi mint." dia menopang dagunya sembari menatapku.
"Entahlah, hanya nggak suka aja."
Dia mengangguk-angguk kan kepalanya mengerti, Lalu bangkit dari kursinya. Sebelum berlalu, dia kembali menoleh ke arahku.
"Oh ya, nama mu ken kan?" tanyanya dengan pelan.
Aku mengangguk mengiyakan dan dibalas senyum olehnya.
"nama mu keren"
***
2 tahun kemudian.
Langit sangat tidak bersahabat. Gelap dan sendu. Rintik hujan menambah kesan 'sesak' hati di hari yang seharusnya bahagia.
Dan disilah aku. Menatap kosong gundukan tanah pemakaman yang bertuliskan 'Daryan Prayoga' diatasnya.
Melihat makamnya saja membuatku sesak. Rasanya.. ingin menangis saja.
Aku mengambil permen di dalam saku ku. Entah kenapa, makanan yang satu ini tidak pernah lepas dariku sekarang.
"Mau permen?" ucapku pada makam iyan.
Tidak ada balasan. Hanya suara rintik hujan yang terdengar pilu di gendang telingaku.
Aku tersenyum hambar. Sejenak aku mengambil nafasku dalam-dalam. Menahan rasa ingin menangis setiap menatap makam itu.
Makam sahabatku.
"Ternyata rasanya gak seburuk itu. Bener apa yang kau bilang yan.. But, tetep aja aku gak suka mint. Rasanya aneh haha... "
"Aku jadi ke ingat dulu-dulu Yan," aku terkekeh geli mengingat kejadian dulu yang sekelebat muncul di fikiranku.
"Ingat gak ? dulu kita pernah berantem cuman karna permasalahan Jay dan Alvin haha.. "
Hening. Tak ada balasan.
Wajah ku menunduk dalam. Dadaku terasa sangat sakit. Bahkan untuk bernafas saja, rasanya sangat sesak.
"I miss you, really.. Apa kau baik-baik aja disana?"
Dan tanpa ku sadari, air mataku mengalir di kedua pipiku. Walau aku tak menginginkan menangis di depannya, tapi tetap saja aku kalah.
Daryan memilih mengakhiri hidupnya malam itu. Bahkan, tak satupun dari kami ada di saat dia membutuhkan.
'Sahabat macam apa kami ini?'
Sekarang, semua hanya tinggal kenangan. Kenangan pahit yang menyakitkan.
Daryan, seandainya malam itu aku ada disisimu, apakah kau masih ada disini? Apa kau akan tetap bersama kami?
Daryan, biarlah sejenak aku mengingat kembali cerita persahabatan kita. Biarlah aku kembali kepada masa lalu disaat kita bersama.
Daryan, i miss you.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO PAST
Teen Fiction" Waktu terus berjalan. Tapi kehadiranmu masih terasa walaupun tinggal kenangan. " -Ken Aswanda. " Mengenalmu adalah hal yang terburuk di dalam hidupku. Karnamu, aku jadi tau kalau kehilangan terasa sangat menyakitkan. " - Abdul Jaylani. " Hanya in...