Hari sudah pagi. Aku melihat cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar ku. Sinarnya sangat menyilaukan. Hari ini ada jadwal ujian di sekolah ku. Aku beranjak keluar dari kamar ku yang berantakan menuju meja makan.
"Eh jagoan ibu sudah bangun ya, sini sarapan dulu biar ujian nya tenang." Aku melihat ibu sedang mempersiapkan makanan untukku. Disana juga ada ayah yang sedang menyiapkan makanan.
"Sebelum makan mari kita baca doa. Baca doa mulai" pinta ayah mengawali untuk baca doa sebelum makan.
"Baca doa selesai, silahkan makan" terlihat dengan rapih aneka makanan di meja makan. Semuanya aku suka karena aku tidak pilih pilih kalau makan. Setelah makan aku mandi bersiap untuk ke sekolah. Ayah mengantar ku menggunakan motor.
"Hati hati nak. Jangan nyontek kamu harus jujur. Berapapun hasilnya asalkan jujur ayah bangga padamu." Sahut ayah sambil menepuk pundak ku sembari tersenyum.
"Oke siap ayah." Balasku.
"Oke ayah pamit dulu ya, assalamualaikum." Aku lihat senyum ayah yang begitu ikhlas untukku membuat semangat ku berkobar.
"Wa'alaikumsalam ayah." Jawabku sambil melihat ayah pulang dari gerbang sekolah. Bel sudah bunyi itu artinya ujian segera dimulai. Aku berdoa agar diberi kemudahan untuk mengerjakan soal. Aku lihat banyak sekali yang mencontek. Aku ingin, namun aku teringat nasehat ayah.
"Ingat nak, jangan mencontek. Berapapun hasilnya ayah bangga padamu asal kamu jujur." Itu kalimat yang selalu aku ingat di kepala aku.
"Waktu ujian 10 menit lagi." Terdengar suara pemberitahuan dari pengawas ujian. Aku cek kembali jawaban ku. 10 menit berlalu. Aku menyelesaikan ujian hari pertama dengan jujur. Aku percaya ini lebih baik dari mereka yang mencontek. Kecurangan menimbulkan penyesalan, Kejujuran menimbulkan harapan. Itu yang aku yakini. Ujian selesai. Aku lihat ayah sudah menunggu di gerbang depan sekolah. Namun kali ini dengan raut wajah yang sedih. Seakan sedang ada masalah yang disembunyikan dariku.
"Ayaaaah." Aku menghampiri ayah sambil berlari ceria. Seketika raut wajah ayah berubah menjadi bahagia. Senyuman dari bibirnya terlihat lagi yang bisa membuat hariku menjadi semangat nan indah. Kali ini ayah tidak mengatakan apa apa dia hanya tersenyum manis. Beberapa menit kemudian kita sampai dirumah. Namun ada yang janggal.
---------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond the Hope
General FictionAku adalah seorang anak yang berbeda. Masa kecil ku sangat suram. Hari demi hari aku lewati dengan secercah harapan. Tidak ada yang dapat menjadi panutan, hanya bisa mengandalkan diriku sendiri. Dunia ini terlihat samar samar di mata ku. Namun aku y...