Ini untuk kalian yang merasa digantung, aku udah nepatin janji yaa🤗
Seharusnya ini oneshoot, malah jadi twoshoot deh. Semoga aja gajadi threeshoot dan seterusnya ya😅
Rasanya aku juga mau deh punya pacar bohongan seganteng Hunter... Tapi apalah dayaku yang cuma bisa berkhayal ini😢
Anw, enjoy and happy reading💙
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Sorry for the typos.***
Hunter meninju asal tembok di hadapannya, tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Kalimat apa yang sudah ia keluarkan semalam?!
'Terima kasih sudah mewujudkan fantasiku'?!
Gila, kenapa ia bisa sebodoh itu?! Hunter benar-benar tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Ia terlalu senang bisa bertemu bahkan sampai memeluk Sofia saat gadis itu sedang sedih.
Kemarin saat Sofia menanyakan maksud perkataannya, ia mengalihkan pembicaraan dan langsung mengantarkan gadis itu pulang saat itu juga.
Sekarang Sofia pasti mengira dirinya aneh dan menyeramkan. Hancur sudah harapannya untuk bisa bersama dengan gadis itu.
Pemuda itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit kamarnya dengan gamang.
Flashback on
Hunter mengerang bosan di dalam kamarnya. Mau mengerjakan tugas tapi rasanya malas. Mau pergi juga malas.
Akhirnya karena terlalu bosan, ia memilih untuk berolahraga asal di balkon kamarnya. Mulai dari push up, sit up, plank dan lainnya.
Ia keluar menuju balkon dan memincingkan matanya ketika melihat tetangga menyebalkannya sejak kecil sedang bersama seorang gadis seumuran mereka.
Hunter berpura-pura melakukan pemanasan sambil terus menatap gadis cantik berambut cokelat keemasan yang terlihat sangat halus dan lembut. Membuat tangannya gatal untuk menyentuh rambut itu.
Hunter lebih terkesima lagi melihat gerakan lembut gadis itu saat menyampirkan rambutnya. Tawanya yang lepas namun tetap terlihat cantik. Sungguh, baru kali ini ia menemukan seorang gadis berwajah bak malaikat.
Keningnya mengernyit kecewa saat kedua gadis itu mulai masuk ke dalam pekarangan. Ia merasa belum puas memandangi gadis tercantik yang pernah ia temui itu.
Akhirnya Hunter berdoa dalam hati lalu berseru kecil dengan riang saat dua gadis itu tidak jadi masuk ke dalam rumah, dan malah berjalan ke arah gazebo.
Hunter mulai melakukan push up sambil terus memandangi gerak-gerik gadis itu bak penguntit. Setelah ini, ia harus memaksa tetangganya-Janice-untuk mengenalkannya. Atau setidaknya memberitahu dirinya semua hal tentang gadis cantik berambut cokelat itu.
***
Begitu Janice kembali dari entah kemana bersama gadis itu, Hunter langsung mendatangi rumahnya dengan terburu-buru.
Ia mengetuk pintu rumah Janice bak orang kesetanan. "Jan, Jan, buka pintunya!"
Sambil mengerang kesal, Janice membuka pintunya dan melotot. "Kau mau merusak pintu rumahku atau apa?!"
"Siapa dia?"
"Huh?" Janice mengernyitkan dahinya, tidak mengerti apa maksud tetangganya sejak kecil itu. "Dia yang mana?"
"Temanmu tadi. Yang berambut cokelat, cantik seperti malaikat."
Janice terdiam beberapa detik sebelum tertawa dengan cara yang tidak anggun sama sekali. "Jangan bilang... Kamu menyukai Sofia?"