Kang Seulgi.
"Maria, halo....." Aku memanggilnya berkali-kali tapi dia lebih memilih berbicara dengan ahjumma jelek. Sebel.
Aku kembali melanjutkan memainkan ponselku. Membuka Instagram kemudian menutupnya kembali. Lalu kembali pada Maria yang juga tidak peduli.
"Nona, aku kan punya kulit yang gelap, kira-kira warna lipstik apa yang cocok ya?" Aku menoleh malas pada gadis yang bertanya, dia sibuk melihat ke etalase kemudian kembali melihat ke arahku.
Memang hitam,
Aku menggeleng, "Tidak merubah apapun." Kataku dengan cepat lalu kembali membuka instagram.
"Maksud nona?"
Apa dia benar-benar tidak paham apa yang aku katakan?
"Tidak ada satupun warna yang cocok, masih kurang paham?" Kataku dengan keras. Setelahnya aku menghela nafas karena matanya terlihat berkaca-kaca. Pun, Maria buru-buru meminta maaf.
"Maaf-maafkan kami, anda tadi tanya apa ya?" Maria menunduk untuk melihat tepat ke mata pelanggan kulit hitam itu. Dia kemudian menepuk bahunya.
"Tidak perlu, aku tidak berniat lagi berbelanja di tempat ini. Aku sumpahkan semoga produk kalian tidak akan pernah laris!" Dia pergi sambil membuang muka.
"Aku tidak takut!" Balasku.
Maria menyeretku menuju bagian dalam store, mendudukkan ku di sebuah kursi empuk dimana aku sering beristirahat siang di atasnya. Dia berkacak pinggang, "kau sebenarnya kenapa sih?"
"Kenapa apanya?" Kataku.
Ya, memang aku berkata jujur. Daripada penampilan gadis itu semakin jelek. Terkadang, kita memang harus sadar diri agar benar-benar tidak di permalukan.
Maria memijit keningnya, aku tahu, dia pasti marah sekali. Dia bahkan meminum segelas mineral yang diberikan pegawai yang menghampiri. Kemudian dia menatapku intens, "Kau baru datang dan mengatakan dress salah satu pelanggan kita terlalu panjang, terlihat pendek. Kemudian tadi, kau melakukan bodyshaming! Kenapa Seul? Seharusnya kau cerita. Ada masalah kan?"
Aku tidak menjawab. Maria terlihat frustasi, lagi. Mungkin dia akan menghabiskan satu galon di dispenser ujung ruangan jika aku terus mendiamkannya. Dia orangnya gerahan.
"Huh, panas." Katanya, "Kenapa? Sekali lagi aku tanya kalau tidak ada jawaban juga, aku akan tanya ke Jim--"
"Ait, jangan! Oke. Oke. Tapi tolong jangan tanya apapun padanya."
"Iya kalau begitu kau kenapa? Malhae!" Maria membentak. Bukankah dia sekarang berlagak seperti bos? Ibu? Selalu seperti itu ketika aku sedang tidak dalam mood baik.
Saat aku terlihat hendak memulai cerita, Maria duduk di sebelahku, "aku hanya mengajarkan mereka untuk sadar dengan dirinya sendiri."
"Hah?" Maria terkejut seperti tidak paham ke arah mana pembicaraanku ini, "...ok-oke, tapi untuk apa? Tumben sekali. Ini bukan kau Seul."
Memang bukan diriku. Seulgi yang kemarin terlalu santai dan bangga memiliki suami seorang dosen yang akan segera meraih gelar proffessor sedang dia banyak menghabiskan waktu sia-sia, tidak berniat menyamakan gelar. Tapi itu, dulu.
"Jangan berputar-putar Seul. Aku tanya masalahmu apa?" Dia kembali bertanya.
"Maria, kau lulusan mana?" Tanyaku. Ketika melihat tepat ke mataku, dia menghela nafas kemudian menjawab, "Harvard."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute's Wife [Seulmin ✅]
Fanfic[BOOK: 1] Rank 277 from 15k story use #Redvelvet Aku semakin tidak mengerti kepada diriku sendiri, dari sekian banyak wanita kenapa harus dia? ada apa dengan standar untuk menjadi wanitaku? gila. ~ Pjm