[4] penjelasan

559 77 1
                                    

Setelah kejadian itu, Hanin dan Tama break. Sepele sih, Tapi menurut Hanin itu sakit, Setelah Tahu wanita yang bernama Shakira itu, wanita pilihan Orangtua Tama.

Kemarin malam...

Drrttt

"Halo, Hanin." Sapa Tama,

"Kenapa?"

"Mau jelasin, Soal Shakira."

"Hm, iya."

"Jangan potong sebelum aku selesai, ya?"

"Iya."

"Jadi gini, Aku jelasin. Shakira Cuman temen aja, Aku sama dia baru kenal 1 bulan yang lalu, Lewat Mama–

–Iya, Mama ngenalin aku sama Shakira, Yang kamu liat chat itu adalah Adik Shakira. Yang isiin pulsa bukan aku, itu Mama. Dan yang nelepon Shakira setiap hari pun itu Mama, Katanya ngomongin bisnis–

–Tapi enggak, Aku udah sering cerita kamu ke Mama, Mama suka. Mama seneng sama kamu, Tapi mama tau yang baik buat aku, Nin–

–Iya, Shakira. Mama jodohin aku sama Shakira. Jujur, Aku belum tau Shakira yang mana, Kita baru kenal lewat chat aja. Ternyata Shakira seumuran sama kita, Nin–

–Disini, Aku bukan mau bohongin kamu, Tapi, Aku gamau kita jauh karena ini. Aku tau kita emang belum tentu bareng-bareng, Pasti akhirnya aku sama Shakira. Tapi, kita masih bisa kan lewatin ini sampai tahun sekolah kita juga selesai?–

–3 tahun kenal sampai sekarang sama kamu itu bukan waktu yang sebentar, Nin. Dan akupun gamau itu kebuang sia-sia, Tapi gimana? Tuhan berkehendak lain sama hubungan kita, Nin–

–Disini aku gamau kita putus, Tapi kita buat kenangan indah selama 1 tahun kedepan, ya? Aku jadiin kamu prioritas, Bukan Rayna lagi. Selepas itu, Prioritas aku bukan kamu, Tapi, Shakira–

–Habisin waktu kamu sama aku, ya? 1 tahun aja. Kita ulang dari awal lagi, sebelum Shakira datang. Hanin? Kamu masih disana, kan?"

"Tama..."

"Iya? Kamu nangis?"

"Ayo, Kita mulai dari awal sebelum kamu gak disamping aku lagi," Suara Hanin terdengar parau, dan sangat pelan.

"Sekarang, Hanin Alishia menjadi prioritas utama Adhitama Hadrian."

"Apasih, Tama!"

"Jangan nangis, Jelek."

"Kenapa nggak bilang dari dulu? Padahal tadinya aku udah mau mundur,"

"Kenapa mundur?"

"Capek, Kamu ngeselin. Bisanya jadiin aku pajangan aja, Bukan Prioritas."  Kesal Hanin.

"Ck, Maaf. Yaudah, Besok aku jemput kamu. Sekarang tidur, gih!"

"Gamau, Matanya sembab!" Jawab Hanin dengan nada ingin menangis lagi.

"Yaudah, Cuci muka dulu."

"Bentar,"

5 menit,

"Tama,"

"Hm? Udah?" Jawab Tama,

"Iya, Udah."

"Tidur, gih!"

"Kamu juga!"

"Iya, sayang. Malam, Hanin!"

deg

"Iya. Malam juga, Tama!"

Tutt tut

"Semoga 1 tahun kedepan tetep kayak gini ya, Tama." Saut Hanin menatap layar ponselnya yang barusan terdapat nama Tama.

💔

Pagi hari Hanin sudah bergegas pergi ke sekolah dan menunggu Tama yang akan menjemputnya.

"Cerah banget mukanya, Kenapa nih?" Tanya Mama Hanin dimeja Makan,

Hanin tersenyum, "Biasa juga gini, Ma." Jawab Hanin.

Tin tin!

Suara klakson motor, Hanin yakin itu suara motor Tama. Hanin pergi keluar, Dan terlihat Tama disana.

Tangan Hanin seolah-olah mengajak Tama masuk, "Sini, Sarapan dulu!" Panggil Hanin yang diangguki Tama.

"Ma, Ada Tama." Saut Hanin kepada ibunya,

"Eh, Ada nak Tama. Sini, Sarapan dulu." Saut Mama Hanin,

Tama tersenyum, "Gausah, Tan. Tama udah sarapan tadi." Tolak Tama.

Mama Hanin mengangguk.

"Hm, Yaudah. Ma, Hanin berangkat." Pamit Hanin kepada Ibunya.

"Tama juga, Tan." Saut Tama.

Lagi-lagi Mama Hanin mengangguk, "Hati-hati!" Sautnya yang diangguki keduanya.

"Sini helmnya!" Suara Tama kepada Hanin.

Tama memakaikan Helm kepada Hanin, "Kenapa gak dari dulu kamu kayak gini, Hah?!" Saut Hanin sambil memukul Helm Tama.

Tama tersenyum, "Mau nguji kamu aja, sih." Jawab Tama yang dapat tatapan Galak dari Hanin.

"Galak banget, sih!" Saut Tama mengecup sekilas hidung Hanin dengan Gemas.

Bugh!

"Ih, apasih! cium-cium!" Saut Hanin tidak terima.

"Kenapa? Kode minta dicium yang, ini?" Tanya Tama sambil menunjuk bibir Hanin dengan tangannya.

Plak!

Pukulan tangan Hanin terhadap tangan Tama yang didepan bibirnya.

"Apasih! Ngaco, ngomongnya! Udah ayo!" Saut Hanin Galak kepada Tama. Dan Tama hanya terkekeh.

Ternyata, kamu bisa Galak juga ya, Nin. —Adhitama Hadrian.

💔

sei, 2019

[✓] PRIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang