Satu

486 34 1
                                    

Fajar melangkah dengan gontai keluar dari lift hotel. Setelah acara resepsi di hotel Permana dan di hadiri banyak kolega dari papa dan papa mertuanya. Acara masih berlangsung meriah di bawah. Tapi fajar sudah tak tahan berdiri dan memasang senyum palsu di acara pernikahan yang tak diinginkannya ini.
Percaya atau tidak pemuda berumur 18 tahun itu sudah menjadi suami Mega. Yang notabene nya adik kelas dan adik temennya sendiri. Akibat perjodohan dari sang papa, membuat pemuda yang biasanya mengenakan kacamata itu terjebak di dalam hotel dengan istrinya.
Tanpa banyak bicara, fajar langsung menyambar kaos dan celana pendek di koper yang sudah ada di hotel, dan masuk ke kamar mandi. Dia lelah seharian berdiri dan menyalami para kolega-kolega papa dan papa mertuanya.
Mega, gadis yang masih mengenakan dengan warna putih beraksen pertama perak terdiam saat fajar membanting pintu kamar mandi. Mega menatap pantulan dirinya di cermin besar. Ia tau jika fajar tak setuju dengan perjodohan ini sama dengan dirinya. Dia baru menginjak kelas 11,dan umurnya belum genap 17 tahun.
Diam-diam Gadis itu menangis. tangannya mengepal erat. Apa jadinya 2 orang yang tak pernah bertegur sapa sekalipun diikat dalam hubungan pernikahan. Selama ini mega hanya sebatas tahu nama sang ketua OSIS yang sekarang menjadi suaminya. Ia tahu jika Fajar adalah teman bahkan sahabat kakaknya. Tapi sekalipun begitu Mega tak pernah bertatap muka dengan Fajar.
Deritan pintu kamar mandi membuat Mega buru-buru menghapus air matanya. Dari pantulan cermin Fajar yang baru keluar kamar mandi menatap Mega dengan alis terangkat. Dengan buru-buru Mega menyambar piyamanya dari koper dan berjalan menuju kamar mandi. Gadis itu bernafas lega setelah menutup pintu kamar mandi apa dia salah lihat barusan matanya kembali bertemu dengan tatapan tajam Fajar lewat cermin. Ia baru sadar jika suaminya itu termasuk orang yang memiliki keseriusan tinggi.
Hampir 30 menit Mega berada di kamar mandi. Dia bingung, masalahnya di kamar itu hanya ada satu tempat tidur. keduanya masih muda untuk tidur bersama. Gadis itu menggeleng cepat. Membuat rambut hitam kecoklatan nya itu bergoyang mengikuti gerakan kepalanya. Dengan takut-takut gadis itu membuka pintu sedikit mencari di mana Fajar dari celah pintu.
Mega menghembuskan nafas lega saat melihat fajar sudah pulas di sofa. Dengan pelan-pelan gadis itu keluar dan berjalan menuju kasur. Tunggu, Fajar hanya menggunakan bantal  tanpa selimut. Ragu-ragu mereka berjalan menuju sofa dengan selimut di tangannya. Perlahan Gadis itu menyelimuti tubuh Fajar yang meringkuk karena kedinginan.
Bagaimana Jingga,jika tau idolanya sudah menikah dengan sahabatnya sendiri? Jika dirasa kehidupan mereka sama dengan cerita cerita di novel,menikah Dini karena perjodohan. Mega tersenyum miris saat melihat jari manis Fajar dengan emas putih yang melingkarinya. Apa mereka bisa saling mencintai dan bahagia kelak di kemudian hari?

Mega mengerjap saat secercah sinar mentari masuk dan mengenai wajahnya. Baru saja Mega mimpi buruk. Gadis itu bermimpi menikah dengan fajar, si ketos beku. Baru saja Mega merasa lega, tiba tiba matanya menangkap pemuda yang ada di mimpinya Tengah tidur di sofa.
"Aaaaa......" teriak Mega.
Membuat Fajar terperanjat dan menatap Mega malas.
"apaan sih ?" Dengus fajar dengan suara khas bangun tidur.
"Ngapain lu di sini?" teriak mega lagi.
Fajar memutar bola mata malas.
"Lo lupa? Kemaren kita udah nikah, bodoh!" Jawabnya malas dan berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.
Mega terdiam jadi dia tak bermimpi? Buru-buru Mega menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia malu. Benar-benar malu.
Setelah mandi, Mega turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Papa, Mamanya, Anta dan orang tua Fajar juga Fajar. Semuanya menatap Mega saat Gadis itu dengan malu-malu duduk di kursi samping fajar. 
"Maaf Mega telat!" ujarnya dengan kepala menunduk.
"Nggak apa-apa kok. Namanya juga pengantin baru. Fajar nggak macem-macem kan sayang?" tanya Rossa Mama Fajar alias mertuanya.
Mega tersenyum kikuk dan menggeleng pelan.
"Ma....." Panggil Fajar. pemuda itu masih menatap ponsel di tangannya dengan sekali-kali merengek kepada mamanya. Mega tak faham, semua sudah mengambil nasi goreng atau roti kecuali Fajar. Padahal suaminya itu sudah turun dari 20 menit yang lalu. Vega tertawa kecil membuat Mega bingung.
"Anak mama itu memang manja. Makan kalau nggak diambilin, Ya udah diem aja nggak bakal makan atau gerak. Sekarang tugas Mama sudah menjadi tugas Mega. Ayo Mega, Ambilin makanan buat fajar!".
Semuanya tertawa kecuali Fajar dan Mega. Apalagi Anta dialah yang paling keras tertawa sampai sampai tersedak ludahnya sendiri. Fajar yang tadinya melotot pada Anta terpaku saat tiba-tiba Mega bertanya
"nasi goreng atau roti?" dengan cepat Fajar mengubah mimik wajah kagetnya dengan mimik biasa.
"Selai coklat" Jawab Fajar sekenanya. Mega mengangguk paham dan mengambil roti dan selai.
"susu atau jus?"
" jus "
Dengan telaten Mega mengolesi 2 lembar roti dengan selai coklat dan menuangkan jus untuk Fajar. Sebelum mengambil roti buatan Mega, Fajar terlebih dahulu berdehem.
"Thanks" lirih fajar yang masih bisa didengar oleh Mega dan diangguki oleh Gadis itu.
"Cieee...pakai kode kodean!!" seru Anta yang mendapat cubitan dari Vega mamanya.
"Ma.. Mega ke kamar dulu ya!"
Dua wanita paruh baya yang tadinya seru bergosip menoleh.
"Nanti siang kalian berdua pindahan loh! udah dikasih tahu Fajar?" tanya Rossa,mama Fajar.
Mega menggeleng "Tuh anak !! Ya udah Sayang kamu siap-siap ya, Fajar  nanti mama suruh nyusul!"
Mega mengangguk kecil lalu berjalan menuju lift.
Gadis yang memakai dress biru dengan polkadot putih itu berjalan dengan malas masuk ke dalam kamar hotel . Dia hanya harus membereskan pakaian nya di koper juga milik suaminya. Mega terdiam lama.
"Kembali pada kenyataan! Lu udah bersuami di usia yang belum genap 17 tahun, mega" ucap Mega pada dirinya sendiri.
Beruntung hari ini hari Sabtu, jadi besok masih ada waktu untuk istirahat. Jika boleh jujur Gadis itu lelah. Ia butuh tempat curhat saat ini. Jingga, Tari ? mereka pasti sibuk dengan ekskul masing-masing saat ini.  Langit? ya. Mega membutuhkan Langit saat ini. Tapi dimana benda pipih dengan case menyerupai hujan itu? Ketemu!! Mega berjongkok di samping tempat tidur memungut ponselnya. Gadis itu baru ingat jika ponsel nya sudah mati sejak kemarin malam. Saat ponsel itu sudah menyala , ada puluhan pesan yang masuk juga puluhan panggilan tak terjawab dari Jingga, Tari dan Langit? Baru saja Mega akan meletakkan kembali ponselnya di nakas, tiba tiba ada panggilan suara yang masuk. LANGIT.
"Halo Lang..." sapa Mega pelan.
Terdengar seruan lega dari seberang.
"Kemana aja sih lo! Gue cari ke mana-mana juga. Lu Nggak apa-apa kan?".
Mega tersenyum kecil .
"Baik-baik aja lang..! gue mau...." ucapan Mega terhenti saat melihat Fajar barusan masuk ke kamar. Sejenak tatapan keduanya bertemu. dan terhenti saat Mega mengalihkan pandangannya.
" Nanti gue telpon lagi!" Ucap Mega  lalu memutuskan sambungan telepon.
"Disuruh mama siap-siap!" Seru fajar.

Mega mengangguk. Mobil Honda Jazz putih hitam itu tampak sepi. Hanya deru mesin yang mendominasi. Fajar yang mengemudi fokus dengan jalanan. Sedangkan Mega, Gadis itu lebih memilih diam dan menatap Jalanan macet ala ibukota.
"Turun!" Titah Fajar.
Mega menoleh. Sudah sampai ternyata. Dengan diam keduanya menyeret koper masing-masing kedalam apartemen. Barang-barang Mega sudah sampai terlebih dulu di apartemen Fajar kemarin. Jadi sekarang ia tinggal menyeret koper sedang yang kemarin dibawa ke hotel.
Keduanya masih diam sampai tiba di depan Apartemen yang mungkin dalam jangka waktu yang lama akan ditinggali Mega dengan Fajar. Mega terkesiap saat masuk apartemen ga. semuanya tertata rapi. Dibagian kanar Mega pun tak kalah rapi dengan. Dan satu lagi, Mega baru sadar kalau apartemen yang baru 3 bulan ditinggal suaminya itu adalah apartemen kelas atas.
"Itu Kamar lo! sebelumnya kamar gue" ujar Fajar singkat. Tanpa menunggu jawaban dari Mega, Fajar sudah masuk ke dalam kamarnya.

Gadis itu tersenyum saat melihat kamar barunya. Kasur dengan ukuran King size dengan bed cover biru muda aksen putih. Siapa yang mendesain kamar ini? Hampir semua barang dan ornamen-ornamen kamar adalah kesukaan Mega. Pakaiannya sudah tertata rapi di lemari Putih 3 pintu. Semua kebutuhannya juga sudah tertata rapi di tempat seharusnya.

Setelah menata Pakaiannya yang ada di koper, Gadis itu terdiam. Ada Yang Terlupakan. Tangannya merogoh dasar koper. Sebuah figura dengan bingkai merah muda garis biru berhasil dikeluarkan Mega. Ada foto dirinya saat hujan di sore hari. Mega terlihat tertawa senang oleh guyuran air hujan. Tangan kirinya menutupi mulutnya yang terbuka karena tertawa bahagia sedangkan tangan kanannya tengah digenggam oleh tangan dengan jam hitam aksen putih yang melingkari lengannya. Pemuda yang memotretnya itu.

Diatas kasur dengan bed cover putih Bergariss hitam itu, Fajar menggeliat. Setelah masuk kedalam kamarnya 4 jam yang lalu, pemuda itu Langsung tertidur pulas . Hingga ia terbangun karena cacing-cacing di perutnya tengah demo menuntut untuk asupan makan. Dengan muka bantal pemuda itu berjalan keluar kamar menuju dapur. Tapi langkahnya terhenti karena Indra penciumannya menangkap aroma masakan lezat. Fajar menepuk jidatnya pelan, Ia lupa kalau dia sudah memiliki istri. Baru saja Fajar hendak membuka pintu kamarnya, tapi sudah diketuk dari luar oleh Mega.

Mega dengan ragu mengetuk pintu kamar Fajar. Ia ingin memanggil nya tapi dengan sebutan apa? Kak, bang, atau dengan namanya langsung ?
Lama menunggu, Gadis itu baru saja akan mengetuk pintunya lagi tapi pintu yang tadinya tertutup itu sudah terbuka dan menampakkan sosok Fajar dengan wajah segar sehabis cuci muka.
"Gue masak capjay sama ayam goreng"  Fajar  mengangguk dan berjalan melewati Mega. Setelah mengambilkan makanan untuk Fajar, Mega duduk di kursi seberang dan ragu ragu menatap Fajar. Gadis itu memang hobi memasak, Tapi semua makanan hasil karyanya hanya pernah dimakan oleh orang-orang di rumahnya. Fajar terdiam sesaat setelah menyuapkan nasi dan lauk buatan Mega. ENAK. Bahkan bisa melebihi masakan Mamanya.
"Gimana asin ya ?" Tanya mega. Fajar menggeleng. Bahkan Ini adalah masakan terlezat yang pernah Fajar makan. Sebuah senyum tipis muncul di bibir Fajar, membuat Mega tersenyum lega.

saking leganya,Mega sampai lupa ia belum menyentuh makanannya.
"Nggak makan?" pertanyaan dari Fajar membuat Mega tersadar.
Dengan cepat ia memakan makanannya. Tapi ada yang berbeda dari Fajar. Mata Mega meneliti dengan diam-diam. Oh, Mega baru menyadarinya . Kacamata berbingkai hitam tak ada di atas pangkal hidung mancung milik Fajar. Fajatr terlihat lebih tampan jika tanpa kacamata. Mega tersentak apa yang dia pikirkan? Buru-buru gadis itu menggeleng cepat dan melanjutkan makan. Setelah acara makan sore, Fajar berjalan menuju depan TV. Ada banyak pekerjaan yang belum selesai sebelum dia didomisioner dari jabatan ketua OSIS SMA Galaxy. Alalagi sekarang ditambah dengan status barunya sebagai suami. Fajar harus pandai-pandai mengatur waktu.
"Mama Titip anak gadis Mama. Tuntun dia, jaga dan Ingatkan jika salah. Mama sama papa percaya sama kamu Fajar!" Bisikan itu masih terdengar di gendang telinga Fajar.  bisikan Mama mertua nya sebelum melepas keduanya ke apartemen.





Yeeee.. akhirnya selesai juga bagian satu. Author minta dukungan kalian ya!!
Jangan lupa buat vote dan komentar!!!

Mega untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang