Hyunri berani bersumpah jika dia tidak pernah berkencan selama ini. Sekalinya berkencan dia justru harus merasakan yang namanya terjebak di lubang hitam. Lubang hitam pesona sang muda. Iya muda, tapi tidak benar-benar muda juga. Hyunri dan dia hanya berbeda empat bulan dua puluh satu hari, yang pastinya Hyunri-lah lahir lebih dahulu.Walaupun si dia jauh lebih muda tapi dia itu benar-benar ‘rasa oppa’. Bukannya dia yang minta dimanja―mengingat dia yang lebih muda―tetapi dia yang memanjakan Hyunri. Lahir dan batin. Serius, lahir dan batin. Mulai dari memasakkan Hyunri makanan yang enak-enak sampai memanjakan batin Hyunri dengan senyuman dan perlakuannya yang semanis permen kapas. Benar-benar boyfriend―coret―husband material sekali si adik ini. Rasa-rasanya Hyunri akan langsung menjawab iya jika si dia mengajaknya ke pelaminan.
Tapi ya... jika benar Hyunri tidak bisa membayangkan keseharian mereka kelak. Mungkin saja si dia akan mengajak Hyunri berolahraga dua puluh empat jam non stop―mengingat si muda itu suka sekali berolahraga―dia bisa olahraga apa saja―makanya dia jadinya kelebihan kalsium seperti itu. Sangat bertolak belakang dengan Hyunri yang jagonya tidur―makanya tinggi badannya hanya sebahu si muda. Jika mereka bersisian, Hyunri benar-benar terlihat kecil dan menggemaskan―itu dikutip dari perkataan si muda.
Dan lagi-lagi tapi ya, Hyunri itu selain jago tidur dia jago mengkhayal, belum apa-apa sudah memikirkan rumah tangga, bangun pagi saja dia kalah dari ayam, bagaimana mengurus si muda kelak. Belajar bangun pagi dulu gih sana, baru sok-sokan mengkhayal berumah tangga dengannya. Mungkin itu yang inner Hyunri teriakkan sekarang.
Dan mungkin sangking nyaringnya si inner berteriak hingga Hyunri tidak bisa mendengar teriakan lain yang lebih nyata. Mengabaikan sang kekasih muda yang kini berjalan kearahnya dengan bibir ter-pout lucu. Sungguh-sungguh-sungguh menggemaskan!!!
Dengan hoodie abu-abu―omong-omong itu sepasang dengan Hyunri―membalut tubuh kekarnya, celana training yang sederhana menjadi nampak mewah dikaki jenjangnya, juga rambut sewarna jeruk mengintip malu-malu dari balik topi dan kupluk yang menutupi kepalanya. Sempurna. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.
Dan keindahan ciptaan Tuhan itu masih betah memasang wajah menggemaskannya. Karena Hyunri yang nampak khusuk melamun.
“Noona~~~” si muda memanggil namun terdengar seperti rengekan bayi. Membangkitkan jiwa keibuan siapa saja yang mendengar itu. Ingin rasanya menimang dan mencurahkan seluruh kasih sayang untuk si bayi besar.
Hyunri mendongak―matanya menyipit otomatis saat sinar matahari pagi dengan lancang menerpa wajahnya. Sedikit mengerinyit sebelum membuka mulutnya untuk bertanya. “Kenapa?”
Si muda bergerak kesamping, menghalau sinar mentari dengan punggung lebarnya―seperti di drama-drama langganan Hyunri. “Ayo olahraga!” Serunya riang. Berbanding terbalik dengan si noona yang memasang wajah malasnya.
Ini minggu, dimana harinya untuk bersantai, bukannya berada di lapangan outdoor seperti sekarang, menerima dengan suka rela matahari pagi menghantam tubuhnya. Begitu lah yang ada dipikiran Hyunri. Si muda hanya sedang beruntung saja bisa membawa Hyunri ketempat ini sepagi ini.
“Kau saja,” sahut Hyunri. Lalu berdiri dari duduk bersilanya―sesekali menepuk bagian belakang celananya. “Aku duluan ke apartemen ya~” ucapnya diikuti tangan kanan melambai cantik. Namun belum selangkah tangannya sudah ditahan si muda, lalu sedikit menyeret Hyunri ketengah lapangan basket. Oh ya, omong-omong mereka tengah berada di lapangan outdoor yang difasilitaskan oleh tempat tinggal mereka.
“Noona tidak boleh kembali duluan.”
“Lantas apa yang ku lakukan?”
“Tentu saja ikut berolahraga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru Haru | Kim Mingyu
Short StoryHanya cerita singkat tentang keseharian Song Hyunri dengan sang kekasih muda-Kim Mingyu. Cerita pertama : Olahraga...?!