Suara itu membuat Sowon berlari ketakutan.
Bagaimana tidak? Dirinya kini dikejar oleh seekor anjing yang entah siapa pemiliknya.
Dengan membawa kanvasnya yang belum kering serta kuas cat yang diselipkan di telinganya, Sowon berlari dengan kencang hingga kuas yang ia gunakan untuk melukis itu terjatuh.
"Andwae!" Ia berhenti sejenak dan melihat kuas yang dengan malangnya terdampar di atas trotoar. Ketika dirinya ingin mengambil kuas tersebut, anjing itu makin dekat. Sowon tak punya pilihan selain membiarkan kuas itu.
Setelah berlari cukup jauh, Sowon kelelahan. Ia berjongkok dan menstabilkan nafasnya yang terengah. Ia memandang lukisannya yang sudah hancur karena terciplak pada pakaiannya.
"Andwae, kenapa ini semua terjadi?" Sowon menghela nafas. Sepertinya menggambar rumah orang asing bukanlah ide yang bagus. Sowon jadi dikejar anjing gara-gara berhenti terlalu lama di depan rumah majikannya.
"Kenapa tidak ku foto saja dulu rumahnya dan melukisnya di rumah? Aish Sowon kenapa kau begitu bodoh!" Sowon baru kepikiran. Ia pun membanting kanvas itu dengan ganas.
"Anjing itu juga salah! Siapa dia sampai melarangku melukis rumah itu?!" tanyanya geram.
"Nona?"
Sowon membulatkan matanya dan berdiri tegap. Ia berbalik dan menatap pria yang baru saja memanggilnya. Matanya berkedip dua kali lantaran melihat seorang pemuda yang benar-benar tampan. Sowon tersenyum sedikit.
"Ne? Ada apa?" tanya Sowon.
"Apa ini punyamu?"
Pandangan Sowon jatuh pada tangan kanan pria itu. Ia bisa melihat sebuah kuas, tak lain adalah miliknya.
"Bukan!"
Loh?! Kenapa kau bilang bukan? Batin Sowon pada dirinya sendiri.
"Bukan? Tapi tadi anjingku mengejarmu dan mendapatkan ini."
"Ah, tidak apa-apa. Aku juga sudah tidak suka dengan kuas itu. Kau bisa membuangnya," jawab Sowon dengan senyuman kikuk.
Pria itu menggaruk kepalanya dengan tangan kirinya. "Kau merasa jijik karena ini dari mulut anjing?"
Sowon terbelalak. "Aniya, aku memang mau membuangnya."
"Kanvas itu juga?" tanya lelaki tampan itu.
"N-ne.." jawab Sowon ragu.
Pria itu tersenyum. "Kalau begitu aku akan mengambilnya juga."
"Eoh?"
"Tidak masalah, kan?" tanya pria itu. Alisnya diangkat satu, membuatnya semakin mempesona.
Sowon memandang kanvas yang tadi dia banting. "Arasseo." Sowon berjalan mengambil kanvas itu dan menyerahkannya pada Seokjin. Cukup canggung. Ia melirik sekilas. Modus. Jarang-jarang ia berinteraksi dengan pria tampan.
"Kamsahamnida. Maafkan anjingku ya." Ia membungkuk 90 derajat.
Sowon tersenyum dan balas membungkuk. "Tidak masalah."
Pria itu pun tersenyum dan pergi meninggalkan Sowon. Tentunya dengan tangan yang tidak kosong. Ia mendapat sebuah lukisan abstrak beserta kuas.
"Aish, eottoke? Padahal kuas dan kanvas itu mahal." Sowon menepuk keningnya berkali-kali. Tentu dia melakukannya saat pria itu sudah tidak melihat lagi.
"Oh!? Kenapa aku tidak tanya namanya? Kenapa aku tidak tanya nomor teleponnya?"
Sowon tersenyum sendiri. Ia kembali mengingat kejadian tadi. Bayangan pria itu muncul di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanfictionbangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020