Deruman suara mobil terdengar samar, begitu Kongpob menepikan kendaraannya pada halaman rumahnya. Di lihatnya sisi sampingnya Krist yang tertidur. Kongpob mendekatkan diri pada Krist, menatap wajah sang adik dengan seksama, sembari tidak lupa mengulum senyumnya ke arah pria manis itu. Hingga akhirnya jemari Kongpob terulur untuk menyentuh pipi Krist dengan lembut.
Tidak menyangka Kongpob akan melihat Krist ketika ia dewasa, sesuatu yang dulu Kongpob inginkan. Hingga saat ini Kongpob takut jika ini mimpi, bagaimana ketika Kongpob membuka matanya suatu saat nanti ternyata segalanya hanyalah hanyalannya saja.
Kongpob takut kehilangan seseorang yang tengah di tatapnya ini untuk yang ketiga kalinya, meskipun Krist memiliki kebiasaan yang buruk bahkan sikap yang buruk bagaimanapun ia tetap adik Kongpob, sampai kapanpun akan seperti itu, hingga rasa itu benar-benar menghantuinya, takut jika Krist ikut pergi dengan pria yang menculiknya dulu, meninggalkannya disini sendirian lagi.
Rasa rindu yang selama ini Kongpob simpan untuk Krist tidak bisa dengan mudahnya teratasi, meskipun Krist setiap hari ada di sampingnya, tetapi tetap saja Kongpob masih merindukan Krist, karena waktu yang terenggut dari keduanya itu bukan waktu yang singkat.
Di rapikan Surai rambut Krist yang sedikit berantakan, lalu menundukkan wajahnya ke arah Krist, mengecup pipi sang adik yang tengah tertidur itu. Kongpob keluar dari mobil sebelum berjalan berputar ke arah Krist, mengendong sang adik perlahan-lahan tidak mau membangunkan Krist untuk membawanya masuk ke dalam rumah.
"Ini dimana phi?" Tanya Krist dengan suara yang parau bahkan mata yang masih terpejam, sedikit guncangan dari Kongpob mampu membuatnya bangun sejenak.
"Di rumah. Tidur saja, phi akan membawamu ke kamar." Jelas Kongpob yang membuat Krist memeluk tubuh sang kakak sembari meneruskan tidurnya.
Setiap gerakan kecil yang Krist lakukan tidak terlewatkan oleh pandangan Kongpob, di bawanya sang adik ke dalam kamarnya, membaringkan tubuh Krist di atas tempat tidur, tidak lupa menyelimuti setengah badan sang adik.
Yang Kongpob lakukan hanyalah mencoba untuk mengerti bahkan memahami segala hal tentang Krist sedikit demi sedikit, hal yang tidak pernah dirinya ketahui sebelumnya. Ingin mencoba menjadi seseorang yang patut untuk di banggakan saudaranya sendiri. Jika bukan Kongpob yang mencoba hal itu siapa lagi?
Mereka hanya tinggal berdua saja, tidak punya orang tua bahkan sanak saudara. Mereka hanya bisa saling memiliki satu sama lainnya, dan Kongpob tidak mau jika Krist merasakan dirinya sendiri lagi, sebab perlu Krist tahu ada Kongpob akan selalu menjadi seseorang pertama yang ada di belakang Krist, mendukung sang adik dan juga selalu bersama dengannya.
.
.
.
"Sudah siap?"
Kongpob menatap ke arah sang adik yang kini berdiri bersisian dengannya, Krist mengganggukan kepalanya, membuat Kongpob langsung membuka kenop rumah tua itu. Hawa dingin dan pengap menyentuh indera keduanya begitu memasuki rumah yang sudah belasan tahun tidak berpenghuni itu.
"Masih sama seperti dulukan?"
Pandangan Krist tertuju pada sekelilingnya, mencoba mengamati dan menyamakan apa yang di ingatnya dengan apa yang di lihatnya saat ini.
"Iya. Ini masih sama."
Tanpa menunggu waktu lama Krist berlari menuju ke arah kamarnya dulu ingin melihat apa keadaannya masih sama seperti ketika dirinya meninggalkannya dulu, dan ternyata segalanya tidak ada yang berubah hanya saja barang-barang dan keadaan di dalam sana terlihat sedikit usang. Begitu Krist membuka pintu kayu kecoklatan yang terlihat cukup rapuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[27]. ETHEREAL : Unforgettable
Fanfiction[ completed ] Ketika kedua kakak beradik yang sudah terpisah sangat lama bertemu kembali ketika mereka dewasa. apakah sang kakak masih bisa mengenali sang adik yang masih mengharapkannya? Warning ! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / Boyslove / Boyx...