🎧 Anitta ft. Swae Lee - Poquito
--
Nastya pun beranjak bangun dari seatnya dan mulai berjalan mengikuti Tasha yang dengan lihainya menyediakan jalan keluar untuk mereka berdua tentunya. Berusaha secepatnya meraih tangga untuk menuju ke pintu pagar kecil tepat di ujung bawah tembok dekat seat penonton paling pojok.
Tasha menepuk pelan bahu seseorang yang berjaga dekat pagar itu, "Hey, Fin! Wie geht's?*"
"Hei, Tasha! Gue si lebih seneng kita ngangkat trofi Champion League sebenernya, but this one it's oke lah." Pria bertubuh tinggi yang Tasha panggil Fin itu terkekeh. "Do you wanna get in? Uh, wo ist das?*" Tanya Fin. Dagunya menunjuk Nastya yang sedang mengecek ponselnya.
"Haha, ya. Uh. Das ist meine freund, Nastya.* Dave waiting for me." Balas Tasha memperkenalkan Nastya. Sadar namanya dipanggil, Nastya hanya tersenyum manis.
"Oh, okay. Have fun, there!" Fin membukakan pagar besi yang dijaganya itu lalu membiarkan Tasha dan Nastya masuk.
"Yo! You, too!" Seru Tasha pada Fin yang mulai menutup kembali pagar besi tersebut.
Nastya yang menyadari dirinya sudah ada dalam satu tempat dengan Kimmich pun tersenyum senang. Matanya mulai mencari - cari sosok yang sejujurnya tak sabar untuk ia temui.
"Eh, Nas. Dave ada dideket panggung tuh, gue kesana dulu ya? Lu mau ikut gue atau duduk disitu aja?" Tasha menunjuk bench FC Bayern yang kosong, hanya ada sebuah kotak kubus untuk menyimpan es batu yang ia rasa milik tim medis.
Tasha tampak berpikir. 'Kalo gue ikut Tasha, nanti gue kayak pelakor. Terus nanti gue kena siram bir, baju gue kan putih. Kan galucu kalo kesiram terus nyeplak semua.'
"Gue tunggu disini aja deh, Tash." Jawabnya tak begitu yakin.
"Yaudah. Gue ke Dave dulu ya!? Kasian anjir dari tadi udah manggil-manggil." Tasha sedikit terkekeh melihat Dave yang duduk di bibir panggung dengan segelas besar bir untuk perayaan dipelukannya.
Nastya hanya mengangguk. Dalam hatinya ia menyesali memakai top crop berwarna putih ini. Tadi pagi, ia hanya memikirkan outfit yang menurutnya cute untuk berfoto didepan Marienplatz. Ia lupa bahwa ini Jerman. Dimana ada keramaian, pasti disana ada bir.
⚽⚽⚽
"Ya Tuhaaan. Nyebelin amat si tuh si Javi. Ngejar-ngejar gue mulu, anjir. Gue kan gak mau kena bir, mau ngabarin ke Aline aja susah bener. Buset dah." Gerutu Kimmich yang mulai fokus ke layar ponselnya mencari kontak Aline dengan terburu-buru, takut tiba-tiba seorang Javi Martinez* berada didekatnya lalu menyiramkan segelas raksasa bir sambil tertawa-tawa seperti orang idiot.
Nastya mengucek-ucek matanya, merasa tak percaya. Ia yang sedari tadi hanya celingak celinguk mencari Kimmich pun terkaget-kaget plus terpukau. Bagaimana tidak? Didekat gawang sana, seorang Joshua Kimmich -aka mantan gebetannya- itu sedang menyender pada tiang dengan ponsel di genggamannya. Mimik mukanya terlihat sangat serius.
Tak pakai ba-bi-bu lagi, Nastya dengan senangnya berjalan cepat menghampiri Kimmich. Uh, sayangnya ia perlu waktu yang tak sebentar untuk sampai kesana karena heels sialannya itu. Tapi itu tak menghilangkan sedikitpun rasa senangnya.
"Hei!" Teriak Nastya pada Kimmich setelah susah payah berjalan dengan heels sialannya itu.
Jari jemari Kimmich berhenti mengetik, terinterupsi dengan teriakan dari seorang perempuan yang dilihatnya sedang membersihkan baju putihnya itu. "Was? Wer bist du?*"
KAMU SEDANG MEMBACA
KIMMICHED
FanfictionBergelut di bidang sepakbola dan mencintai sepakbola, tapi tak pernah percaya dengan cinta dari pesepakbola itu sendiri. Nyatanya, Aline telah terkena virus cinta dari Joshua Kimmich. Berbagai permasalahan terus saja menyerang benteng percintaan m...