25

3.4K 58 7
                                    

ANIN POV

Sudah 4 hari aku kembali ke Indonesia mengurus berbagai macam hal mengenai pernikahan Bunda dan Om Dyo. Setelah malam itu aku berjalan jalan dengan Michelle siang harinya aku berangkat kembali ke Indonesia.

Cukup rindu dengan seluruh keluarga ini sebenarnya haha. Gimana besok kalau aku pergi ke eropa ya? "Anin"

"Ah iya Bun?"

"Makan?"

"Bentar ya Bun" Aku meletakkan laptopku, kemudian berjalan keluar kamar menuju ke ruang makan. "Masak apa Bun?"

"Kesukaan Devi"

"Anaknya sekarang udah Devi ya" Bunda mencubit lenganku. Aku meringis sakit. "Sakit ah Bun" Aku menarik kursi dan duduk di depan Devi yang tengah melahap masakan kesukaannya. "Kalo Bunda nikah. Rumah ini gimana?"

"Buat kamu"

"Aku kan...."

"Bebas. Kamu boleh kontrakin atau apa. Asalkan jangan dijual. Kamu ga harus tinggal disini kok. Kalo kamu emang pengen ke eropa"

"Sebenernya semua tergantung Boby sendiri sih Bun.." Aku terdiam menghela napas. "Tergantung Boby?"

"Iya"

Bunda tersenyum kearahku. "Oke Bunda ngerti. Kamu mau Boby mati?"

"Kok Bunda ngomongnya ngawur banget!!! Hish bukan begitu! Maksud aku.. Nanti aku juga nikah sama Boby..." Bunda tertawa. "Bunda juga bercanda kok"

*****

AMEL POV

Aku baru saja menghirup udara segar. Akhirnya keluar dari rumah sakit. Aku merangkul tas kecilku dengan Lala yang menggeret koperku. Hehe maklum habis sakit jangan bawa yang berat berat banget.

"Mel"

"Apa Kalala"

"Ngga usah ikut ikutan Brielle sama Yori ngapa sih" Aku tertawa kemudian mendekatinya memeluk tangannya. "Kenapa sih?" Tanyaku sambil menyentuh hidungnya.

Lala tersenyum kesal. "Lu mau berantakin hati gw ya Mel?" Aku tertawa dengan kata katanya lalu melepas pelukanku dari tangannya. "Perasaan dulu lu yang mepet mepet gw deh La"

"Ya kan moveon gitu. Bosen juga mepetin pacar orang trus"

"Kemajuan ya. Sekarang mau mepet adek sendiri"

"Eh ngawur Lu Mel! Tar Ajee denger gw yang pusing" Aku tertawa mendengarnya. Dia sahabatku kini memilih untuk melupakan perasaannya padaku dan dia malah menjadi gila dengan menyukai Azizi adiknya sendiri.

"Gimana sih ceritanya?"

"Ah nanya mulu lu Mel!"

"Hehe. Iya iya yang akhirnya ngeliat buku diary adiknya. Gak nyangka gw cowo kayak Zee begitu nulis diary" Aku tertawa. Ya Zee tampang tampang orang yang sangat polos serta tengil tapi siapa sangka jauh didalam hatinya malah menyimpan perasaan pada kakaknya sendiri?

"Udah ah ribet lu mah" Lala berjalan cepat membawa koperku ke mobil yang sudah di sediakan di parkiran. Itu mobil Lala. Ia akan mengantarku ke rumahku tentunya. "Gw kangen Erilll"

"Tinggal telpon kali" Lala mulai membuka bagasi mobilnya dan memasukkan koperku ke dalamnya. Aku membuka pintu depan sebelah kiri mobil dan masuk ke dalamnya.

Aku membuka ponselku dan mulai menekan videocall ke line milik Eril. "Halo?"

"Dih kok lu sih Ip yang ngangkat! Kan gw mau ngomong sama Eril! Cepet kasih Eril buruan!"

"Eh buset santai kali ngomongnya ka! Ini ci Erilnya lagi tidor!"

"Bangunin!"

"Ga! Tadi ci Eril habis minum obat. Bangunnya 2 jam lagi"

"Ah yaudah"

"Yaudah!"

"Oke!"

"Ya oke!"

"Tutup nih"

"Bodoamat ah ka!" Dia menutup panggilan video kami aku terkekeh dengan wajah kesalnya itu. "Haduuu punya adek begitu amat si Eril"

Lala masuk ke dalam mobil. Dia melirik ke arahku yang masih tersenyum senyum. "Ga kesetanan kan lu Mel?"

"Ya gak lah. Buset"

"Gw mau ngejemput adek gw dulu"

"Adek nih serius nih?"

"Bawel!" Lala melempar botol mineral di sebelahnya ke arahku kemudian mulai menjalankan mobil itu menuju sekolah Zee.

*****

Michelle tertunduk lesu. Air matanya mengalir begitu deras. "Ini semua cuma omong kosong kan?" Sementara itu, orang yang tengah ia tangisin sedang berada di ruangan lain. Setelah detak jantungnya berdenyut semakin lemah Elaine memilih membawa Boby ketempat yang lain. Tapi setelah satu jam penuh Elaine kluar dari ruangannya memberitahu bahwa Boby telah tiada.

Gracia yang ditelpon Michelle satu jam sebelumnya sudah berada disana memelu erat Michelle berusaha menenangkan gadis itu. "Boby..."

Yuri menatap ke arah Boby melalui kaca tengah terbaring tak berdaya dengan infus yang sudah di copot dari seluruh tubuhnya. Tangannya menekan ponsel miliknya menelpon seseorang yang tengah jauh disana.

"Ka Anin"

"Kenapa Yur?"

"Ka Boby..."

Tbc

Pendek amat yak
Dah lah gpp ya

Jangan marah ntar ga disayang oshi

Trip 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang