22 - Awal

19.5K 1.3K 50
                                    

#SENJA#

Setelah puas berfoto, kami semua mulai membereskan piring, gelas dan sisa makanan yang ada. Beberapa lainnya ada yang langsung masuk ke dalam kamar mereka masing-masing untuk tidur.

Saat aku mau ikut membantu beres-beres, Jingga malah menarik tanganku, mengajakku kabur masuk ke dalam rumah.

"Nakal ya kamu, kabur"

"Nggak ada yang ngelarang"

"Udah 18 tahun, kurangin nakalnya," ujarku sambil mencubit hidungnya.

"Masih 16 tahun mending diem aja"

Oh. Mentang-mentang lebih tua trus membully aku yang lebih muda.

Aku akhirnya memilih mengalah dari agenda rutin perdebatan yang tidak penting ini.

Kini aku dan Jingga sudah berada di dalam kamar.

Oiya di kamar ini sudah terdapat kado dari anggota keluarga termasuk dari Kak Lily dan Kak Sarah. Kado tersebut ditata rapi diatas kasurnya.

Bukannya membuka satu per satu, Jingga malah hanya memindahkan kado tersebut ke lantai.

Ia kemudian duduk tepat disebelahku, di pinggir ranjang.

Ia menadahkan tangannya kepadaku.

"Dari kamu, mana ?" Ia menanyakan kado dariku untuknya.

"Apanya ?" Tanyaku balik pura-pura tidak mengerti.

"Kado"

"Oh, nggak ada," sengaja ku jawab gitu.

"Bohong," ujarnya mencubit kedua pipiku.

Yaudah deh aku berdiri mengambil scrapbook yang kusimpan rapi di tas.

Semoga Jingga suka ~

"Nih," kataku sambil memberikan scrapbook yang ku bikin kemarin semalaman.

Jingga mengamati sampul scrapbook buatanku. "Buat sendiri ?"

Aku mengangguk. Ia tersenyum kepadaku, mencubit satu sisi pipiku sambil berkata, "Pacarku kreatif"

Yaiya dong ~ Senja gitu loh, haha.

Ia mulai membuka scrapbook itu, mengamati satu per satu foto yang tertempel disana. Ia juga membaca tulisan-tulisan yang ku tulis disana. Aku memandangnya yang sesekali tersenyum kecil.

Ia kemudian tiba di lembar terakhir yang berisi foto kita berdua saat merayakan ulang tahunku. Di lwmbar terakhir itu pula aku menuliskan ucapan selamat ulang tahun, doa dan harapanku untuknya.

Wajahnya tampak serius ketika membaca tulisanku itu hingga akhirnya ia kembali tersenyum. Ia menutup scrapbook tersebut, meletakkannya di atas nakas yang terletak disamping ranjang kemudian kembali duduk disampingku.

"Terimakasih," ucapnya kemudian mengecup keningku.

Ia mengambil tanganku dan mengusap punggung tanganku. Ia memandangku lekat. Dari tatapannya, aku tau masih ada yang ia ingin ucapkan kepadaku.

"Ada apa ?" Tanyaku.

"Boleh aku minta satu kado lagi ?"

Aku mengerutkan keningku, berpikir ia meminta kado apalagi. "Apa ?"

Jingga Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang