1.liburan pertama

217 6 4
                                    

Jesly sangat bahagia melihat pemandangan lewat jendela bisnya, walaupun ia tidak menyukai F1 tapi ini adalah jalan-jalan pertama ia setelah kedua orangtuanya meninggal.

"Woy miskin senengkan lo, dapet jalan-jalan gratis dari kita. Dibelakang banyak tas bawaan kita semua, lo bawain jangan sampe rusak ataupun ketinggalan di bis."

Jesly hanya tersenyum menanggapinya dan mengangguk-angguk kepalanya cepat.

"Mirip banget anjing peliharaan gue, cuma dikasih tiket dan tumpangan lo mau aja dijadiin babu kita. Kalo gue jadiin pelacur gimana? Berapa si harga lo permalem?" Tanya Gery si cowok bad boy yang duduk di sampingnya.

Jesly hanya mengerutkan keningnya tidak mengerti dan tanpa di duga Gery meremas kencang payudara kecil Jesly. "Gue ajarin cara jadi pelacur gimana"

"Anjir Ger serius lo mau jadiin dia pelacur? Dia jadi pelacur lo ketinggian kali, bukan selera lo banget muka jelek dada rata." Ucap Reya yang menarik tangan Gery menjauhi Jesly.

Jesly sudah biasa mendapatkan perilaku seperti ini, hanya karena ia berwajah jelek dan ia berasal dari keluarga miskin mereka semua menghinanya.

"Udah santai aja, ini hari terakhir kita bareng si miskin kan. Udah sampe nih, jangan ada barang yang tertinggal di bis. Gue selaku ketua kelas minta kerjasamanya guys." Ucap Dio pria rupawan yang menjabat sebagai ketua kelas.

Jesly yang mendengar ucapan Dio tersenyum makin lebar, setelah teman-temannya keluar dari bis ia menuju ke belakang untung mengambil tas teman-temannya. Namun tas yang ia bawa sangat banyak, hingga pada saat teman-temannya meninggalkan dirinya ia masih kesulitan membawa tas teman-temannya itu. Saat ia hampir merasa putus asa, ia menemukan plastik besar yang sepertinya bisa menampung tas-tas tersebut. Dengan sabar ia memasukan tas teman-temannya ke plastik dan memanggulnya. Saat keluar dari bis yang tersisa hanya pedagang kaki lima dan sisa sampah teman-temannya yang berserakan dimana-mana.

"Pak sirkuit dimana ya?" Tanya Jesly ke penjual siomay yang sedang berteduh dibawah pohon mangga.

"Oh itu neng lurus aja, terus belok ya soalnya pertandingan udah mulai ga bisa lewat jalur umum." Jesly hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Dengan memanggul plastik berisi tas teman-temannya akhirnya ia sampai di jalan yang dimaksud penjual siomay tadi, namun jalan ini menuju sebuah bangunan bukan tribun.

"Eh aku salah jalan ga ya, tapi udah ikutin saran bapak-bapak tadi ko." Jesly bergumam pelan.

Ternyata bangunan tersebut memiliki tangga samping menuju lantai dua, Jesly yang polospun akhirnya menaiki tangga tersebut.

Saat sampai di tangga teratas ia di kagetkan dengan seorang pria kemayu yang membawa kipas.

"Lo Jenniekan? Ngapain lo kek pemulung gini bawa-bawa plastik, ayo Alan udah nunggu bentar lagi dia tanding. Lo lama banget si, dia jadi marah-marah ke gue." Cowok kemayu itu menarik Jesly kasar dan membuang plastik yang Jesly bawa.

"Aku buk-" Jesly mengelak namun kalah cepat dengan cowok kemayu itu, ia sudah membawa Jesly ke sebuah kamar mewah.

"Udah mandikan lo? Gue tinggal makeup dan kasih lo baju doang tugas gue udah selesai."

Cowok kemayu itu mendandani dirinya dengan cepat dan sangat lihai sepertinya ia sangat profesional sekali dalam bidang ini.

"Aku Jesly bukan Jennie." Ucap Jesly.

Cowok kemayu itu terdiam dan menatap kagum sosok dihadapannya. Lalu ia berlari ke sebuah lemari dan loker.

"Ini pake bajunya, lo itu cantik jangan di tutupin dengan baju kumel lo. Sebelum itu gue harus memastikan lo minum obat ini dulu." Cowok kemayu itu langsung mencengkeram rahang Jesly kuat dan langsung memaksa Jesly untuk meminum obat tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KrisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang