"Ke kantin yok, cepet!!" panggil Seli bersemangat sambil menunggu dua temannya.
"Sabar woy, gue naro buku dulu," sahut Putri lalu menutup resleting tasnya.
"Dah ayo!!" balas Mira tersenyum lebar.
Mereka keluar kelas bertiga. Beberapa cowok menatap ketiganya termasuk Putri. Wajahnya yang memang terlahir dingin, semakin dingin ketika hatinya kini tidak seperti dulu lagi.
Beberapa cewek-cewek berbisik nyinyir akan sikap Putri yang berubah sejak setahun yang lalu. Mereka menganggap Putri hanya drama dan caper karena akhirnya berhasil populer.
Putri melirik salah satu gerombolan cewek yang membicarakannya. Saat hendak melewatinya dia berhenti, membuat Seli dan Mira ikut berhenti.
Gerombolan cewek-cewek itu tampak agak terkejut tapi ada beberapa yang tambah sinis.
Putri berdecih. "Seru ya ngomongin gue?" tanyanya sambil menyunggingkan bibir.
"Apaan sih lo, keren lo begitu?" ucap salah satunya sambil maju mendekati Putri dengan wajah mendangak.
Putri menyengir. "Menurut lo?" decihnya lagi.
"Dasar caper, merasa bangga lo ditembak banyak cowok? Ewh!" sahut lainnya.
Putri berdecih remeh. "Gini ya, gue gak mau ngomong sama orang bego lama-lama tapi kalo lo semua punya mata, lo bisa liat kalo mereka yang ngedeketin gue, sedangkan gue gak berbuat apa-apa," tukasnya dengan nada rendah.
"jadi tolong mata sama otaknya dipake ya." Putri melengos lalu melenggang pergi disusul dua temannya.
Seli dan Mira melirik sinis kearah mereka yang termenung tidak bisa berkata apa-apa.
"Wlee!!" ledek Mira.
"Huu!" sahut Seli sambil menodong jempol kebawah.
Sesampainya di kantin Putri dan dua sahabatnya duduk di tempat yang biasanya mereka duduki setiap hari. Di sebelah pilar dengan kursi panjang berhadapan. Beberapa cowok dan cewek melirik mereka saat melewatinya.
Seli dan Mira mengedarkan pandangan memerhatikan tatapan orang-orang pada ketiganya, sedangkan Putri tidak peduli karena sedang membaca menu mini.
Seli menghela napas dan menyender ke kursi. "Hah, gak terlalu enak ya jadi populer!" eluhnya sambil membenahi poninya.
Mira mengangguk setuju. "He'em, capek." sambil memainkan rambut ikalnya.
Walau semua tahu bahwa yang populer bukan mereka tapi tetap saja mereka selalu merasa begitu. Sedangkan yang populer sungguhan malahan biasa saja.
"Eh eh kalian pesen apa nih?" tanya Putri sambil menyodorkan selembar laminating menu.
Seli menerimanya dan Mira ikut melihat. Tampak Mira menunjuk dengan jari telunjuknya sebagai pakuan.
"Gue mie goreng sama teh, paling enak!" Mira mengacungkan jempolnya.
Seli pun menaruh menu. "Gue bakso aja deh, sama teh lemon biar gue kurus, mwehehe," tuturnya sambil memainkan tawanya.
Putri mengangguk. "Oke, gue ke bu kantinnya dulu ya." Dia pun bangkit seraya meraih laminating menu itu.
Gadis itu pun berjalan santai dengan wajah datar khasnya. Rambut lurusnya menggontai disetiap langkah membuat banyak menyita perhatian yang melewati dirinya.
Disela perjalanan ke kios utama, dia berpapasan dengan cowok yang sedang memakai seragam basket khas sekolah. Sambil mengapit bola berwarna jingga di tangan kiri, cowok itu menyisir rambutnya dengan sebelah tangannya.
Cowok itu melirik tak peduli namun saat tepat lewat disamping Putri, gadis itu langsung menyernyit.
"Bau banget ketek tuh cowok," lontarnya menggerutu sambil mengusap hidung.
"Apa lo bilang?"
Mata gadis itu seketika membulat. Putri terkejut dan menoleh ke belakang. Melihat ternyata cowok yang cukup tampan menatapnya dengan wajah perhitungan.
"Apa?" tanya Putri balik berlagak tidak tahu apa-apa.
"Lo bilang gue bau ketek?" tanya cowok itu dengan wajah kesal.
Bukannya takut, Putri memasang wajah datar. "Gak." dia lalu melengos dan lanjut berjalan.
Beberapa orang di dekatnya langsung terkejut dan menggeleng lalu berbisik.
"Gila, cowok terganteng di angkatan ini digituin," bisik salah satu cewek pada temannya.
Cowok itu mendengarnya lalu merasa direndahkan. Dia pun mengejar gadis itu tetapi langkah Putri malah semakin cepat.
"Heh tunggu!" ucapnya masih dengan tangan menenteng bola.
Putri tidak menjawab sampai pada akhirnya cowok jangkung itu berhasil menyusulnya dan meraih tangannya.
"Heh--"
Putri yang merasa tangannya dipegang langsung menepis tangan cowok itu sampai genggamannya terlepas.
"Apaan sih?! Gak jelas," tukas cewek itu lalu berbalik, namun dicegah lagi.
Cowok itu tak habis pikir, selama ini tidak ada satupun cewek yang menolaknya kecuali cewek kurang ajar ini.
"Berani banget lo bilang gue bau ketek," ucap cowok itu dengan wajah memerah.
"Siapa yang bilang sih?! Lagian kalo seandainya ada yang bilang, lo emang bau ketek kok," jawabnya sambil menatap berani pada mata cowok tinggi itu.
Cowok itu mengerjap tak habis pikir. "Lo--enak aja lo ngomong gitu!" tukasnya tidak terima.
"Apasih?" ucap Putri lalu melenggang pergi. "lebay," lanjutnya menggerutu.
Cowok itu mengerjap menahan kesal, tidak terima diperlakukan seperti itu. Sungguh benar-benar tidak terduga. Dia pun menatap sekeliling lalu mencium disekitar ketiaknya. Memang cewek itu berkata jujur, tapi kenapa berani sekali dia.
Lalu cowok itu menatap kebawah dan menemukan gelang berwarna merah tua yang jatuh dihadapannya. Dia pun mengambil gelang itu dan menatap liontin lonceng kecil yang bertengger di tengahnya.
"Woy!! Woy cewek! Gelang lo jatoh nih!" teriak Angga pada Putri.
Putri tidak mendengarnya dan lanjut berjalan menjauh entah kemana. Angga hanya memandangi punggung gadis itu dengan rambut hitam panjang yang terurai.
"Angga!!"
MATSA
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶
Teen FictionHanya cerita si cewek yang mati rasa bernama Putri. Sudah berkali-kali dikecewakan oleh cowok-cowok yang selalu mempermainkan dirinya, membuat Putri menutup diri dan tidak peduli lagi dengan apapun yang berhubungan dengan laki-laki, apalagi ternyata...