12. bagian dua belas

378 9 1
                                    

Setelah selesai menikmati minuman dan makanan yang disajikan oleh istri Ki Buyut, maka kemudian Arya Wirayuda dan Gupita beranjak meninggalkan pendopo rumah Ki Buyut menuju banjar desa yang akan mereka pakai untuk bermalam.

Tak lama kemudian malam pun menjelang, dan Arya Wirayuda kemudian menyalakan lampu sentir yang ada di banjar itu sehingga suasana menjadi tidak gelap gulita.

Tak berapa lama muncul seorang anak muda menemui Arya Wirayuda dan Gupita di banjar desa. Anak muda itu ternyata anak Ki Buyut yang memanggil Arya Wirayuda dan Gupita agar ke rumah Ki Buyut untuk diajak makan malam.

"Permisi, perkenalkan saya Sancoko, anaknya Ki Buyut, kalian berdua dipersilahkan ke rumah untuk makan malam bersama" ujar anak Ki Buyut

"Wah, kami malah jadi merepotkan saja, oya perkenalkan saya Arya Wiguna dan ini Kakang Gupita" ujar Arya Wirayuda menanggapi undangan dari Ki Buyut

"Ah tidak, memang menjadi kebiasaan sejak dulu jika ada yang menginap di banjar ini ya harus makan malam di rumah kami, soalnya di desa ini tidak ada kedai atau warung" ujar Sancoko

Demikianlah maka kemudian ketiganya beranjak masuk ke rumah Ki Buyut untuk makan malam. Sampai di ruang tengah tampak Ki Buyut dan istrinya sudah menunggu di meja makan.

"Kakekmu tidak sekalian makan bareng Sancoko?" tanya Ki Buyut begitu melihat Sancoko masuk ruang tengah bersama dengan Arya Wirayuda dan Gupita

"Tidak Ayah, Kakek masih kenyang katanya, nanti setelah latihan kanuragan saja baru mau makan malamnya" jawab Sancoko

"O, ya sudah kalau begitu, kita makan saja sekarang, biar nanti kakekmu makan sendiri sehabis melatih kanuragan" ujar Ki Buyut

Maka demikianlah berlima mereka menikmati makan malam sambil berbincang-bincang melanjutkan perbincangan di pendopo tadi sore.

"Wah, kalau boleh aku ingin ikut Kakang Arya Wirayuda dan Kakang Gupita Yah, biar ada pengalaman, sukur-sukur nanti bisa mendaftar jadi prajurit ke kota seperti kakek dulu" ujar Sancoko setelah mendengar cerita Arya Wirayuda yang sedang memulai pengembaraan mencari pengalaman hidup.

"Kalau aku sih tidak melarangmu jika ingin ikut berkelana, tapi apakah mereka tidak repot jika kamu ikut nantinya, lalu apakah ibumu mengijinkan jika kamu pergi dari rumah ini, apalagi kamu malah punya keinginan jadi prajurit" ujar Ki Buyut

"Kalau ingin mencari pengalaman, aku tidak keberatan dengan rencana Sancoko, apalagi nantinya dia yang akan menggantikan menjadi Buyut di desa ini, tapi kalau soal jadi prajurit, aku tidak mengijinkan, cukup kakeknya saja yang dulu jadi prajurit" ujar istri Ki Buyut

"Nah kamu dengar sendiri Sancoko, ibumu keberatan kamu pengin jadi prajurit" ujar Ki Buyut

"Tapi khan tidak melarang untuk mengembara Yah" ujar Sancoko

"Baiklah, tapi semua tergantung kepada Arya dan Gupita, apakah mereka tidak keberatan jika kamu ikuti" ujar Ki Buyut

"Kalau kami justru senang Ki Buyut, jadi makin banyak teman di perjalanan, cuma ya itu, perjalanan kami ini bukan perjalanan yang selalu menyenangkan, kadangkala kami menginap di banjar, di lain waktu kami tidur di tepian sungai, kadang tidur di padang rumput, kadang di pinggir hutan, nah kira-kira Sancoko mau apa tidak" ujar Arya Wirayuda.

"Wah, bakal jadi pengalaman yang menarik jika seperti itu Kakang" kata Sancoko

"Baiklah, tapi sebelum aku mengijinkan, terakhir kamu harus minta ijin kakekmu dulu, kalau kakekmu membolehkan, baru kamu boleh ikut mengembara" kata Ki Buyut

Demikianlah, makan malam itu justru berkembang menjadi perbincangan tentang keinginan anak Ki Buyut melakukan pengembaraan ikut dengan Arya Wirayuda  dan Gupita.

Paregreg, Senjakala WilwatiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang