Kelembutan itu membuat seorang menjadi nyaman, tetapi sebaliknya.
Yuda langsung sigap membopong tubuh mungil gadis kecilnya kekamar dengan tergesa-sega. Membaringkannya di ranjang lalu menarik selimut hingga menutupi setengah tubuh gadis kecilnya.
"Apa maksud yang Ayah lakukan tadi? Aku sangat tidak mengerti dengan ini semua?!" Tanya Bayang tangan terus memegangi lehernya yang masih teramat sakit mungkin besok akan menimbulkan bengkak.
Yuda tersenyum menatap anaknya, walaupun umurnya hampir empat puluh tahun tapi ketampanannya masih melekat disana wajah tak berubah sedikitpun saat ia masih muda.
"Dengar sayang, ini hanya sentuhan kecil yang diberikan seorang Ayah pada anaknya. Membuktikan seorang Ayah sangat menyayanggi gadis kecilnya ini," bisik Yuda sesekali ia menggigit kecil daun telingga anaknya.
"Tapi Yah.. aku ini bukan anak kecil lagi aku sudah dewasa ja---"
"Kamu ini masih kecil! Belum tau apa-apa! Tugas kamu hanya diam sudah itu aja!!"
Bayang hanya memejamkan matanya ia sangat takut di bentak-bentak seperti tadi, tak sanggup lagi membendung air matanya akhirnya ia menangis meluapkan semua ketakutannya.
Kemana sikap Ayahnya yang pelembut dan penyayang itu, ia merasa itu bukan Ayahnya yang dulu lagi. Sikapnya sangat beda, kenapa semua jadi seperti ini sejak ibunya tiada rasanya ia ingin menyusulnya sekarang juga.
"Jangan beri tau semua ini pada kakakmu!" Ancamnya sebelum pergi meninggalkannya.
Bayang hanya terdiam merasakan tubuhnya yang terus bergemetar, tangisnya semakin menjadi. Ia memeluk kedua lututnya kepalanya menunduk meratapi nasibnya kini.
Fata membuka pintu rumahnya. Sepi ya itu kata yang sangat tepat untuk rumahnya sekarang. Fata melihat ke sofa kosong ternyata tak ada adiknya disana biasanya Bayang selalu disana sambil memainkan rubiknya.
Kamar!
Fata sangat yakin Bayang ada disitu, dimana lagi kalau bukan kamar disitulah menjadi tempat utamanya. Fata terkejut saat Bayang sedang terisak sambil memeluk lututnya. Ia langsung menghampirinya dan duduk disampingnya. Fata mengusap rambut Bayang ia langsung mendekap Bayang dalam pelukannya agar sedikit tenang.
"Siapa yang bikin kamu nangis?" Tanya Fata lembut, tangannya mengelus bahu adiknya agar bisa sedikit tenang.
Kepala Bayang menyelusup ke dada bidang kakaknya, ia masih terdiam mulutnya tak bisa kekata saat ini hanya isakan yang bisa ia luapkan. Berada di dekapan Fata membuat Bayang sedikit tenang.
"Siapa yang bikin adik kakak ini nangis?" Tanya ulang Fata karna sekarang Bayang sudah tak terisak lagi.
Bayang melepaskan pelukannya, ia menggelengkan kepalanya saat kakaknya bertanya lagi. "Nggak kok kak, nggak ada," ucapnya. Ia buru-buru mengusap pipinya bekas air mata tadi, lalu mengukir senyum di pipinya.
Sebenarnya Bayang tak ingin lemah di depan kakaknya, ia terus berusaha tersenyum walau ada luka dihatinya. Ia sangat tak mau di sebut cewek lemah, udah manja lemah lagi. Cukup kata manja untuk dirinya possessive juga sih.
"Kakak tau kamu bohong, cerita Yang ya anggap aja kakak ini temen curhat yang selalu ada buat kamu, kalau punya masalah jangan dipendem sendirian gak enak, mending ceritain aja siapa tau kakak bisa bantu,"
"Aku gak punya masalah apa-apa kak," sahutnya dengan tertawa lepas.
Fata menatap Bayang aneh. Ada apa dengan adiknya ini? Setelah barusan menangis sekarang sudah tertawa renyah. Ia tahu bahwa adiknya ini menyembunyikan sesuatu tapi ia tutupi dengan keceriaan dan senyumannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE SISTER
Romance"Mau kemana kak Ata?" "Ke rumah temen sebentar." "Cewe apa cowo?!" Kalau penasaran langsung deh baca jangan lupa add ke library kamu!! Aku akan update terus secepatnya.... ●Don't Copy