"Aku hamil. 2 weeks." Pengakuan Savina menguar di udara, menguak keramaian tanpa nada.
Disampingnya Lizzel terhenyak. Gerakannya yang hendak menyesap wine terhenti tepat saat gelasnya bersentuhan dengan bibirnya. Ia kembali meletakan gelasnya perlahan di atas meja, dan mengalihkan atensi sepenuhnya pada Savina. Ia mengira bahwa gadis itu tengah bergurau, tetapi ekspresi muram disana dan bibir yang menipis gelisah, itu sudah pasti bukanlah ekspresi orang yang sedang bercanda.
Saat ini mereka sedang ada di pesta kebun yang diadakan di halaman belakang kediaman keluarga Anderson. Mereka memilih duduk di salah satu gazebo di dekat kolam ikan di pojok taman yang sedikit menjauh dari keramaian pesta.
"Oh." Lizzel hanya bergumam untuk menanggapi, dengan sisa keterkejutan yang masih terpeta jelas diwajahnya. Tatapannya kemudian turun lamat-lamat ke perut Savina yang masih rata, diam disana beberapa detik dengan mata mengerjap pelan, kemudian kembali naik mengamati wajahnya. Ia sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat mendapati raut wajah Savina tampak murung, seakan tidak menginginkan kehamilannya itu.
"Aku sudah bertunangan dan berencana menikah di awal musim gugur." Savina melanjutkan, lalu mengangakat tangan kanannya dan menunjukan cincin berlian yang tersemat di jari manisnya.
Lizzel menatap cincin berkilauan yang tersemat disana beberapa detik, lalu kembali menatap Savina dan berujar. "Kau akan menikah dengan ayah dari bayi itu. Seharusnya kau...."
"Ini anak dari pria lain," potong Savina dengan cepat. Suaranya terdengar lirih dan kelam, seolah mengucapkannya sambil menahan napas.
Ekspresi terkejut kembali terlintas sepersekian detik di wajah Lizzel sebelum akhirnya ia hendak membuka mulut untuk bersuara, namun perkataan Savina membungkamnya.
"Ini benar-benar kacau dan rumit." Helaan napas panjang dan berat lolos dari bibir Savina sekedar mengurangi sesak yang menyebak dalam rongga dada sebelum melanjutkan perkataannya. "Aku mencintai A, tapi A tidak mencintaiku. Lebih tepatnya dia tidak tahu kalau aku menaruh hati padanya, karena dia sibuk mencintai wanita lain yang sayangnya tidak mencintainya." Ia tersenyum penuh ironi, dengan mata biru cemerlangnya yang sekali lagi terpaku pada sosok yang saat ini ia bicarakan. Pria itu ada disana. Berdiri dan bercangkrama hangat dengan beberapa gadis-gadis cantik mengerubunginya seperti semut. "Kemudian bulan lalu aku tidur dengan B hingga akhirnya aku hamil." Savina ikut tertawa miris, menertawakan ketololannya. Lalu menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya. "Dan masalah semakin kacau ketika aku diharuskan menikah dengan C karena suatu hal yang mendesak."
Mulut Lizzel menganga, sementara otaknya mencerna setiap kata yang Savina ucapkan. Dan kemudian ia hanya bisa berkomentar, " Oh, Wow! Aku...tidak bisa membayangkan kekacauan yang kau alami." Sekacau penjelasaanya, tentu saja, lanjutnya dalam hati.
Savina menggedikan bahunya lunglai. Jemari lentik dengan kuku yang bercat merah cherry itu bergerak meraih gelas berkaki berisi red wine yang isinya tinggal seperempat di atas meja bundar bertaplak putih gading itu, lalu memutar pelan gelasnya, menghirup aromanya sejenak sebelum menyesapnya dengan penuh ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Mr. Prosecutor
RomanceSavina Equeene Sharapova. Setelah berhasil terlepas dari kehidupan kelamnya di masa lalu, ia akhirnya kembali dipertemukan dengan saudari kembarnya, Serena Princessa Sharapova yang terpisah selama tujuh tahun sejak tragedi berdarah di malam ulang ta...