Dasi

397 56 19
                                    

Dasi

Sinopsis: Tahapan terakhir adalah memakai dasi. Kita semua tau betapa bencinya Brett dan Eddy untuk menggunakan dasi (entah itu dasi pita atau yang biasa)—rasanya mencekik!


==========

Setelah sibuk berlatih 7 hari seminggu, 40 jam sehari tanpa henti, akhirnya sampailah mereka dihari yang dinanti.

Hari-H konser mereka!

Brett dan Eddy bangun sedikit lebih pagi hari ini tanpa harus bertempur dengan tombol snooze di alarm ponsel.

Mengucapkan selamat pagi satu sama lain (Ya hari ini Brett menginap di apartemennya) dan membagi tugas dengan telepati. Brett yang memanggang roti dan Eddy yang membuat secangkir kopi.

Kemudian mereka berdua duduk bersama di meja makan yang sudah menyediakan lembaran musik (kemarin malam mereka tidak sempat membereskannya). Mengunyah, meneguk, membaca. Pergerakan sinkron satu sama lain tanpa harus mengucap kata-kata yang tidak perlu.

Selanjutnya kamar mandi. Tentu saja mereka tidak akan masuk dan mandi bersama. Maka dari itu, saat Eddy melakukan ritual paginya, Brett disatu sisi menyelesaikan persiapannya.

Mengepak biola kedalam tas beserta kawan-kawannya. Memilih satu jas berekor warna hitam (meski Brett hanya memiliki satu), dan saat itulah gilirannya mandi datang.

Lima belas menit kemudian mereka sudah dibalut jas hitam dan terlihat tampan.

Dihadapan cermin, Eddy dan Brett saling mengoreksi. Seperti, hey rambutmu berdiri. Atau, kau masih punya iler disudut mulut mu. Atau bahkan menghujat—parfummu menyengat!

Tahapan terakhir adalah memakai dasi. Kita semua tau betapa bencinya Brett dan Eddy untuk menggunakan dasi (entah itu dasi pita atau yang biasa)—rasanya mencekik!

Inilah saat dimana mereka saling berkomunikasi melalui tatapan—dan entah kenapa lebih intens dibanding berbagai macam jenis komunikasi lainnya pagi itu.

Brett kecil dengan cekatan menggerakkan tangannya. Bersyukur perbedaan tinggi mereka tidak begitu signifikan jadi Brett tidak perlu mendongakkan kepala.

Disaat seperti ini, Eddy selalu tersenyum menyaksikan wajah khusyuk Brett memasang dasi untuknya dari atas. Terdengar menjijikkan mungkin, tetapi Brett terlihat manis saat begitu serius.

Saat Brett yakin dasi Eddy sudah dalam kondisi primanya, kali ini giliran violinist tinggi yang memakaikan.

Eddy tidak perlu sedikit berjongkok untuk memakaikannya—tenang, seperti tadi yang sudah dikatakan perbedaan tinggi badan mereka tidaklah terlalu jauh. Dan sejujurnya Eddy tidak ingin melakukan itu lagi. Terakhir kali Eddy memperlakukan Brett seakan-akan jauh lebih pendek darinya, kepalanya ditempeleng.

Disaat seperti ini Brett selalu merasa Eddy seperti seorang ayah yang memakaikan dasi untuk anaknya—yang langsung ia tepis jauh-jauh karena tidak suka disama-samakan dengan bocah.

"Voila" ucap Eddy.

Sekali lagi, mereka berhadapan dengan cermin. Saling menatap sosok sahabatnya disana. Tersenyum simpul kemudian—inilah tanda terima kasih mereka.

==========

K/n:

Phew! Mungkin ini pertama kalinya dalam work CRESCENDO Kyuu nulis cerita dibawah 500 words wwww.

CRESCENDO [TwoSetViolin Oneshots]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang