Hari minggu kebetulan aku dan teman teman jelas sudah janjian untuk berkumpul didaerah pamulang. Menyelesaikan tugas kuliah bersama sama dan bersuka riaa. Aku dan eka sudah ada kesepakatan untuk berangkat bersama kesanah. Aku bergegas dari rumah dan langsung menjemputnya. Alhamdulillah tidak lama aku sampai dia sudah siap untuk berangkat dan naiklah dia dikendaraanku.
Berjalan didesa desa bojong, menikmati lalu lalang kendaraan tukan koran tukan sapu jalanan dan tukang asongan yang tidak pernah merasa kurang, dengan semangat yang mereka jalankan aku selalu suka memandangnya.
Banyak pelajaran yang bisa aku terapkan salah satu rasa syukur yang selalu tuhan berikan atas semua kecukupan yang ada padaku.Sampailah aku dirumah temanku bernama dio, dia teman sekelasku pria gagah rupawan, ada juga fadil sama tingginya dengan dio tak berbeda dengan kulit putih semua serba kecukupan kadang membuat mereka lebih sombong.
Aku rifki, biasa dipanggil iki oleh teman temanku. Aku berbeda jauh oleh dio dan fadil yang tinggi putih dan gagah. Tapi mereka banyak biacara aku sesikit tidak suka. Karena hanya bualan saja yang keluar dari para mulutnya.
Beberapa jam aku telah mengerjakan tugas tugas kampua, dan kepala sedikit nyut nyutan karena terlalu serius. Tiba tiba fadil mengajak eka dengan tidak mengindahkan tugas tugas yang belum selesai.
"Eka, ayo dong kita kepuncak"
Aku yang mendengar pernyataan fadil langsung tersinggung, karena dengan lancang dia mengajak teman baiku eka perempuan pula sembarangan.
"Ngapain lu ngajak cewe gua kepuncak"? Aku memang selalu itu selalu berlaga seolah olah aku pacarnya karena aku tidak mau ada seorang yang macem macem dengannya.
"Hehh,, santai gua ngajak eka sama cowonya, bukan ngajak lu bolot"dengan senyam senyum dia berkata seperti itu.
"Tenang ajah gua sendiri udah kaya cowonya" aku balas dengan senyum sinis.
"Yaelah,, gua tusuk pake sumpit lu"hahaha
"Yahh jangkan sumpit clurit gak mempan di badan gua"hahaha dengan nada sok blagu aku keluarkan.
"Hemm,, songong".katanya.
"Songong kenapah gua?"dengan tampang kebingungan.
"Hahaha ajak keluarga lu juga gua gak takut"katanya dengan menantang balik dan kali ini membawa bawa keluarga. Hah. Keluarga ku dibawa bawa? Aku mulai geram dengan tingkah lakunyaa saat ini.
"Sinih sinih"
"Ngapain brantem?" Haha dengan nada songong dia katakan seperti itu.
Temanku dio dan eka hanya terdiam melihat tingkah laku kami berdua yang bercanda keterlaluan."Bacot kalian" kata eka dengan membentak kita berdua yang sudah mulai saling geram.
"Heh wanita diam aja enggak usah ikut campur" kata fadil yang membuat aku makin geram.
"Enggak usah bentak bentak eka bisa gak lu"kataku dengan nada tinggi.
"Lu gak suka?" Katanya
"Jelaslahh"
"Brantem lu sama gua"
"Yahh songong sama yang tuaan"haha aku ketawa dengan nada meledek.
"Gak usah ketawa lu, ayo ikut gua keluar kita selesaikan"
"Ayoo siapa takut"kataku dengan nada santai.
"Ayo cepat ikut gua"katanya dengan serius.
Sepertinya dia benar venar menanggapi omonganku lantas bagaimana aku menanggapinya? Sudahlah anak seperti memang sesekali harus diberi pelajaran supaya tahu apa arti dari sebuah pertemanan, cuma karena masalah yang tidak jelas dia rela seperti ini. Tak habis pikir aku dengannya.Aku sampai di depan gang sampung setu ditempat yang sepi dengannya, aku hanya terdiam melihatnya, aku hanya ingin tahu apa yang akan dia benar benar lakukan sekarang.
"Jalan lu bangsat"katanya dengan nada kasar dan penuh dengan dendam.
"Ko gua? Ya elu lah. Lu kan orang sinih yang tau jalan, bego lu".
Dia hanya terdiam melihatku juga menanggapi dengan serius. Mungkin dia bingung apa yang harus dilakukan sekarang.Tidak lama kemudian eka datang dengan dio menyusul ku, kenapah dia bisa tahu aku disinih dan siapa yang memberi tahu semuanya?
"Eh kii udah gak usah diladenin si fadil kaya gitu" eka meneriakiku dengan perasaan kecewa mungkin melihat tingkah kami berdua yang seperti anak kecil.
"Kalian itu udah dewasa gak penting banget brantem karena masalah gak jelas, tadi gua telvon mas gun dia benar benar kaget mendengar aku bilang seperti itu.
"Hah serius lu?" Kata fadil dengan nada syok entah kenapah dan tak tahu aku yang ada dipikirannya.
"Lu ngapain telvon mas gun?" Tanya fadil seolah merasa bersalah atas kejadian ini.Oyya mas gun adalah sosok orang yang membuat kami kenal baik bahkan sebelum perkuliahan, dia teman dekat ku, juga teman dekat fadil. Kira kira 4 tahun lebih tua dibanding kami semua. Memang seperti itulah jika orang tua ikut campur, pasti semua akan kena bawelan ceramahannya. Mungkin itu yang membuat fadil merasa tidak enak hati takut panjang dinasehati dan aku tentu juga sama.
Digang dekat setu tempat kami saat ini hanya bisa terdiam saling pandang, entah apa yang ada dalam pikiran saat ini. Yang jelas tidak ingin bicara dan tidak ingin bergerak kemanapun. Hanya ada pikiran pikiran renungan.
Persetan memang dengan emosi yang selalu menguasai. Dan persetan dengannya yang mengajaku berkelahi. Sudahlah tak ingin pula aku teruskan dan tak ingin pula aku terlihat arogan.
Fadilpun hanya diam, mungkin karena ucapan eka yang sudah memberi tahu mas gun.
Aduh akupun sama terlintas memikirkan. Sudahlah."Yaudah ayooo, ngapain kita disinih"kata dio dengan tujuan mengajak kembali kerumahnya.
"Ayo lanjutkan mengerjakan tugas, jangan gak jelas kaya gini"Tanpa bicara akupun jalan, dan yang lain jalan. Hanya tatap tatapan.
Dan tanpa ucapan.
Kesalah fahaman memang sering terjadi didalam pertemanan, ego yang besar dan merasa hebat memang harus disingkirkan.
Aku harus lebih banyak menyendiri untuk intropeksi.
Harus mengatur emosi...
KAMU SEDANG MEMBACA
salah
Short Storymenceritakan seorang teman yang tampan tapi sedikit arogan. salah salah kata bisa berantakan untuk berkelahi. dia memang seperti itu memang, entah apa yang ada dalam pikiran selalu ingin menunjukan bahwa dia hebat dan kuat. padahal menurutku bukan s...