Bab 1

285 9 1
                                    

            Namaku Mandala dan aku adalah seorang pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Entah sudah berapa banyak perusahaan yang menolaku. Memang zaman sekarang lulusan dengan ijazah SMA sulit mencari pekerjaan namun aku harus terus berjuang. Maka, hari ini kulangkahkan kakiku menuju Month Mart yang merupakan supermarket terbesar di kota Soul. Aku sudah menyiapkan semua berkasku di dalam tas pagi ini. Tidak lupa semua atribut yang menunjukkan keeleganan dan kesopanan seorang laki-laki sudah kukenakan. Aku berdiri di samping lampu merah, hendak menyeberang jalan. Kubuka catatanku yang berisi jawaban interviu sembari menanti lampu hijau. Perlahan, kurasakan orang – orang di sekitarku mulai bergerak maju. Aku mengikuti mereka sembari membaca catatanku. Tiba – tiba kudengar suara klakson truk berbunyi sangat kencang. Aku menoleh ke kiri dan tampaklah sebuah truk merah besar hendak menyundulku. Aku terdiam membeku tak bisa bergerak. Truk besar itu perlahan memperlambat lajunya hingga akhirnya berhenti beberapa inci di depanku. Aku menghembuskan nafas lega karena nyawaku tidak jadi melayang. Tanganku yang masih gemetar mencoba mengembalikan catatanku tadi ke dalam tas. Namun catatanku tadi sudah berubah warna menjadi merah. Kulihat perutku robek terluka mengeluarkan darah. Pandanganku menjadi samar - samar lalu hanya kegelapan yang bisa kusaksikan. Sejenak masih bisa kurasakan tubuhku jatuh di atas kerasnya aspal zebra cross.

Beberapa jam kemudian aku membuka mataku di sebuah ruangan gelap. Tubuhku terbaring di atas kasur. Seorang wanita berkacamata dengan pakaian serba hitam sedang berdiri menatapku.

"Kalau kau sudah tidak merasakan sakit lagi, segeralah berdiri lalu ikuti aku", ucapnya.

Wanita itu kemudian memungut berbagai macam peralatannya yang ada di lantai lalu memasukannya ke dalam koper. Aku segera berdiri dari kasur itu lalu kuraba perutku. Benar dugaanku, lukaku sudah hilang dan tidak terasa sakit lagi. Ribuan pertanyaan mulai muncul dalam benakku namun aku tidak berani bertanya pada wanita itu. Ia memandangku sejenak dengan tatapan serius lalu bergegas berjalan keluar ruangan. Aku mengikuti wanita itu berjalan melewati sebuah lorong. Tempat ini gelap namun bukan gelap berwarna hitam melainkan berwarna biru. Aku terus mengikutinya keluar dari bangunan. Kami berjalan menyusuri jalanan yang tampak sepi hingga akhirnya ia berhenti di sebuah gang. Ia membuka kopernya lagi lalu memakai sebuah sarung tangan berwarna metal dari dalam kopernya.

"Carilah rumah dengan gerbang kayu berukir gambar matahari, jika kau menemui makhluk selain manusia segera lari", ucapnya.

Ia memberikan kopernya padaku lalu berjalan perlahan masuk ke dalam gang tersebut. Aku mencoba mengikutinya namun ia sudah menghilang di salah satu belokan gang. Aku pun berjalan tanpa arah sambil mencari rumah yang ia maksud. Kampung ini terasa sepi meski banyak sekali rumah. Seperti kota mati yang kehilangan penduduknya. Aku terus berjalan hingga tiba – tiba aku menabrak seekor anjing yang sedang berlari didepanku. Anjing itu terjatuh lalu tubuhnya bergetar – getar seperti sedang kejang –kejang. Karena merasa bersalah, aku mencoba mendekati anjing malang itu. Belum selesai langkahku mendekati hewan itu, ia sudah berubah menjadi makhluk lain. Tubuhnya membesar diselimuti angin yang berwarna hitam. Ia berdiri dengan dua kaki layaknya manusia dan kedua matanya mengeluarkan cahaya merah. Aku dapat merasakan angin dingin berlarian berkumpul menyelimuti badan makhluk itu. Teringat ucapan wanita tadi, aku segera mengambil langkah seribu menjauhi makhluk itu. Baru beberapa langkah kuambil, tangan besar makhluk itu sudah menggenggam perutku. Ia mengangkatku ke udara lalu melemparkan tubuhku ke tanah seperti anak kecil yang membanting mainannya. Aku terlempar beberapa meter lalu tergeletak lemas di atas tanah.

Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhku. Aneh, kulihat badanku masih utuh dan hanya ada sedikit lecet di beberapa bagian. Aku mencoba bangkit namun badanku tidak seimbang hingga akhirnya aku tergeletak lagi. Kuarahkan pandanganku sepanjang jalan mencoba mencari pertolongan. Nihil, jalan ini sepi sekali. Makhluk itu mulai bergerak mendekatiku. Aku mencoba bergerak ke salah satu rumah yang ada di kananku. Ku seret tubuhku yang sudah tidak berdaya itu sembari mencoba mengetuk gerbang rumah itu. Belum selesai tiga ketukan, gerbang rumah itu terbuka. Gerbang kayu dengan ukiran bergambar matahari itu perlahan bergerak menampilkan sesosok penghuninya. Seorang laki – laki berusia empat puluh tahunan dengan baju serba hitam dan ikat kepala berwarna coklat muncul di depanku. Kedua tangannya memegang dupa dengan bara api yang masih menyala. Tatapannya tajam namun tenang. Ia menatapku sejenak lalu mengalihkan pandangannya menuju makhluk tadi. Kulihat makhluk itu seperti mengaum ke arah laki – laki itu seakan – akan terintimidasi. Ia memasang kuda – kudanya bersiap bertarung sambil mengucapkan mantra ajiannya.

4 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang