Backsong; SEVENTEEN-HUG
Sebulan yang lalu,
Sehun terlihat sedang duduk di pekarangan rumahnya bersama dengan anjing peliharannya, "Sehunnie, eomma dan appa akan pergi keluar kota besok," tukas eomma-Sehun tiba-tiba. Sehun hanya mengangguk kan kepalanya, ia sudah terbiasa ditinggal seperti ini sejak kecil, Sehun memahami akan pekerjaan orang tuanya yang selalu sibuk mengurus perusahaan keluarganya itu, bahkan Sehun sudah menyerah untuk mengajak kedua orang tuanya untuk pergi jalan-jalan bersama, jawabannya selalu sama yaitu tak bisa karena ada pekerjaan.
Walaupun ia mempunyai rumah yang sangat besar dan megah, Sehun masih saja merasa sangat kesepian terlebih lagi ia tak mempunyai saudara, ya bisa dibilang ia anak semata wayang. Saat kedua orang tuanya pergi keluar kota maupun luar negeri, yang mengurus Sehun adalah Bibi Han. Beliau sudah bekerja dengann keluarga Sehun sejak Sehun masih kecil, makanya Sehun sangat akrab dengan Bibi Han, bahkan Sehun menganggapnya sudah seperti keluarganya sendiri.
Malam telah tiba, Bibi Han pun tengah sibuk untuk menyiapkan makan malam. Sehun datang menghampiri Bibi Han yang sedang memotong wortel, "Bibi, berikan itu. Biar aku saja yang memotongnya," ucap Sehun yang langsung meraih pisau dan juga wortel dari tangan Bibi Han, "aigoo, jangan tuan muda. Biar Bibi saja, ini sudah menjadi pekerjaan Bibi," balas Bibi Han mencoba untuk menolak bantuan Sehun dengan sopan. Sehun tak memperdulikan perkataan Bibi Han, ia terus saja memotong wortel. Bibi Han hanya bisa tersenyum melihat perlakuan Sehun yang sangat ramah dan selalu menawarkan bantuan untuknya.
"Sehunnie!" teriak eomma-Sehun yang sedang berada di ruang TV, Sehun acuh dengan panggilan itu, ia terus melanjutkan memotong berbagai sayuran di dapur, merasa panggilannya itu tak dijawab oleh Sehun, eomma-Sehun pun menghampiri Sehun di dapur, "kenapa kau tak menjawabnya?" tanya eomma-Sehun dengan wajah yang serius, "aku sibuk, mian" balasnya singkat, melihat sikap Sehun seperti itu membuat Bibi Han takut kalau Sehun marah, "semakin hari, sikapmu semakin buruk," Sehun menghentikan aktivitasnya lalu tersenyum tipis, menatap ke arah eomma-nya yang terlihat sangat serius, "eomma...tak bisakah sekali saja kau bangga kepadaku? kau selalu saja mengatakan hal yang buruk kepadaku, ini benar-benar membuatku sedih" seru Sehun yang tidak bisa menahan air matanya.
Suasana menjadi hening, Sehun benar-benar meluapkan seluruh kekesalannya. Ini baru pertama kali ia bisa menyatakan semua perasaannya kepada eomma-nya secara langsung, "aku tau kalau eomma sedang stress dengan anak eomma yang berada diluar sana," pernyataan itu benar-benar membuat semuanya terkejut, eomma-Sehun tidak bisa menahan air matanya saat Sehun berkata seperti itu, "apa maksudmu?" balasnya mencoba untuk tenang, "aku tau aku ini anak kedua eomma, sebelum eomma menikah dengan appa, eomma mempunyai anak dari pernikahan eomma sebelumnya...kenapa kau tega menyembunyikan ini kepadaku..." Sehun menangis tersedu-sedu, bagaimana bisa eomma-nya tidak mengatakan apapun seolah-olah tidak terjadi apapun.
"Eomma...aku berteman dengan anak eomma sejak kami masuk sekolah. Aku malu , dia hidup kesusahan bersama adiknya, bahkan ia harus bekerja. Dia Park Chanyeol'kan eomma?" sesaat mendengar nama Chanyeol, eomma-Sehun langsung terduduk dilantai, badannya lemas seakan-akan dijatuhi batu, "seharusnya eomma mengatakannya kepadaku!" kemarahan Sehun meledak, ia sangat kecewa dengan sikap eommanya, ia bahkan malu saat menatap wajah Chanyeol.
"Mianhae, eomma tidak bermaksud untuk melantarkan Chanyeol...eomma hanya tidak mau dia dipandang rendah keluarga appa-mu Sehun-ah," rintih eomma-Sehun, "sejak eomma menikah dengan appa-mu, eomma diam-diam memperhatikan Chaneyol, eomma sangat sekali bertemu namun eomma takut..."