Drap..drapp.drapp...
Derap langkah seorang wanita muda mengisi kekosongan lorong rumah sakit.Saat ini jam menunjukkan pukul satu dini hari tapi hal itu seakan tak menghalangi semangat wanita muda yang saat ini terlihat sangat khawatir. Walaupun tadi seorang satpam melarangnya masuk, ia tetap menerobos masuk tanpa mempedulikan teriakan orang di belakangnya.
Setelah sampai di salah satu bangsal bernomor 253, ia pun membuka pintunya dengan kasar.
Orang-orang di dalam bangsal itu terdiam, memperhatikan wanita muda yang berjalan kearah mereka saat ini dengan tatapan khawatirnya.
"Cia.." panggil seorang laki-laki berumur yang sedang memandangnya dengan iba.
"Ayah kenapa bisa ada disini, paman? Kenapa kalian baru kasih tau aku?" tanyanya gusar.
Ya, wanita muda itu adalah Cia. Dan orang yang ia khawatirkan saat ini adalah ayahnya yang terbaring lemah diranjang rumah sakit.
"Paman nggak tau soal penyakit ayah kamu, nak." kata pamannya pada Cia.
Cia terkejut, penyakit apa yang dimaksud pamannya?
Mengerti keterkejutan keponakannya, Dilhas, pamannya pun mengajak Cia berbicara diluar bangsal.
Setelah menutup pintu bangsal, Dilhas lalu mengusap rambut Cia dengan sayang.
"Farhan punya penyakit jantung. Paman juga baru tau dari dokter satu jam yang lalu." katanya sambil menatap kosong kearah depan.
Pupil Cia melebar. Ia jelas terkejut dengan perkataan paman Dilhas. Selama ini ayahnya selalu terlihat sehat, seperti seorang yang tidak mungkin memiliki riwayat penyakit yang membahayakan.
"Nggak mungkin ayah punya penyakit itu, paman. Ayah selama ini baik-baik aja kok." jawab Cia dengan nada yang sedikit bergetar.
Dilhas memandang keponakannya sedih. Farhan, adiknya, memang tidak pernah mau menunjukkan sesuatu yang baginya akan menyakiti orang-orang yang ia cintai.
"Tadi, sewaktu di kantor, ayahmu ada masalah sama bawahannya. Paman sudah coba bujuk dia untuk jangan percaya sama bawahannya yang baru itu. Tapi Farhan memang keras kepala." Dilhas menutup matanya lalu menyenderkan kepalanya pada dinding di belakangnya.
Cia masih memperhatikan pamannya bercerita. Walaupun dalam hatinya, ia ingin ada di samping ayahnya saat ini.
"Lalu kemarin, ada trade besar-besaran yang ayahmu ikuti. Awalnya paman yakin ayahmu bisa untung. Tapi ternyata dia utus bawahannya yang tadi paman bilang. Dan semua keuntungan, uang, serta setengah saham perusahaan ada ditangannya. Sekarang dia kabur. Ayahmu kaget lalu pingsan di ruangannya." lanjut Dilhas.
"Astaga.." Cia menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya lalu terduduk di lantai. Ia sangat terpukul dengan keadaan ayahnya sekarang.
"Bunda nggak dateng? Paman udah kasih tau bunda?" tanya Cia sambil menatap pamannya.
Dilhas menggeleng, ia sama sekali belum mengabari mantan istri adiknya itu. Baginya, Miranda adalah beban yang harus dijauhkan dari Farhan.
"Paman!! Bunda harus tau!" teriak Cia seketika.
Ia pun bangkit dari duduknya lalu mengeluarkan hapenya dari saku seragamnya lalu mengirim pesan untuk Miranda.
Fabricia A.R. : bun, ayah sakit. bisa bunda kesini?
Cia menunggu balasan dari bundanya dengan cemas. Ia tau ayah dan bundanya bercerai dengan tidak baik. Semua karena pertengkaran yang dikarenakan oleh Farhan, ia jarang memperhatikan keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Yang Patah | Fm Series
Teen FictionNamanya Meireena Sovaska Namboru. Cewek super-aktif yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Biasa dipanggil Rena atau si tangan ajaib. Hidupnya sempurna. Punya papa seorang pengusaha batu bara yang sukses, mamanya memiliki butik yang lumayan terkenal dan...