15 - sesal

895 101 31
                                    


***

Kebesokannya, June yang menyiapkan sarapan. Ketiga anaknya sudah rapih untuk berangkat ke sekolah dan kampus. Suasana terasa canggung karena Byounggon yang terlihat cuek hingga akhirnya Doyoung memutuskan untuk berangkat naik ojol.

Setelah ketiga anaknya berangkat, June kembali ke kamar dan melihat Jinan yang masih tertidur. Bahkan disaat tidur seperti ini, June bisa melihat gurat lelah dari muka Jinan.

Saat akan mengelus dahi Jinan, tiba-tiba dahinya mengernyit dan Jinan bergerak tidak nyaman. "Nan? Jinan? Kenapa?"

"Perutku sakit Jun," Balas Jinan dengan suara paraunya.

June pun jadi panik sendiri. Dia segera menggendong Jinan dan membawanya ke rumah sakit. Selama perjalanan, Jinan terus mengeluh tentang rasa sakitnya dan menggenggam tangan June.

Setelah Jinan masuk ke dalam UGD, June pun menelfon Byounggon.

***

Sepulang sekolah, Doyoung menyalakan hape nya dan melihat ada banyak missed call dari June, Byounggon dan Jaehyuk. Dia memang sengaja mematikan hape karena tadi ada ulangan harian mendadak.

Saat ingin menelfon balik Byounggon, panggilan masuk dengan nama Byounggon tertera di layar hape nya. "Halo bang? Kenapa?"

"Kamu dimana?"

"Baru pulang sekolah. Masih di sekolah sih, emang kenapa bang? Kok abang suaranya lemes?"

"Ke rumah sakit sekarang dek."

Doyoung terkejut. "Hah? Kenapa? Siapa yang sakit?"

"Papa."

"Papa?! Iya aku kesana sekarang."

Doyoung dengan panik memesan ojek online. Pikirannya berkecamuk, kenapa Papanya bisa masuk rumah sakit?

Sesampainya disana, Doyoung segera menuju ke kamar tempat Jinan berada- setelah diberitahu lewat LINE oleh Jaehyuk, berlari dan membuka pintunya. Disana Appa dan kedua abangnya duduk terdiam di sofa rumah sakit. Doyoung jelas bingung, Papanya masih tertidur di kasur.

"Bang," Panggil Doyoung pelan. "Papa kenapa?"

Keadaan tidak memungkinkan, Jaehyuk menarik Doyoung keluar kamar dan bicara di kursi tunggu. "Papa- adek udah gak ada," Ucap Jaehyuk to the point.

"Apa?"

"Papa keguguran. Adek udah gak ada. Kata dokter, faktornya karena Papa terlalu stres."

Doyoung blank.

Memang selama ini Doyoung tidak pernah membicarakan tentang adiknya. Tapi, bukan berarti dia membencinya. Hanya saja...

Entah, Doyoung juga tidak mengerti.

Tapi, semuanya terlambat. Adiknya memilih untuk mengalah karena bisa ikut merasakan bagaimana Doyoung menolaknya secara halus lewat Papanya.

Dari awal Appa dan kedua Abangnya tahu Doyoung terlihat tidak suka, mereka sudah memberitahu Doyoung untuk merubah sikapnya demi sang Papa.

Doyoung merasa bodoh. Bodoh sekali karena tidak memperdulikan omongan Appa dan kedua Abangnya.

Doyoung tidak sadar jika Jaehyuk sudah meninggalkannya masuk ke dalam kamar Jinan. Doyoung lebih memilih untuk pulang ke rumah. Dia merasa sudah tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan Papanya.

***

Setelah Jinan terbangun, mau tidak mau June harus menyampaikan kabar menyakitkan kalau janin yang dikandungnya tidak bisa diselamatkan.

Family ; junhwan [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang