Second Point

735 28 10
                                    

"Oppa, bukan begitu..." Hyesun menghentikan laju pisau pemotong di tangan Haha, membuat si pemilik tangan mencibir kesal. Sejak tadi dia bahkan tidak bisa melakukan apa-apa tanpa persetujuan si Nyonya Besar, Choi Hyesun. "Igo," kata Hyesun lagi, "bukan dipotong, Oppa. Tapi ditekuk."

Haha bergeming di tempatnya berjongkok, Changmin melirik tak enak hati. Ia tahu betul tabiat gadis pujaan hatinya, bahwa jika sedang berpikir atau merencanakan sesuatu, semuanya harus sesuai dengan rencananya. Bukan egois, Choi Hyesun hanya ingin segalanya menjadi sempurna, sesuai dengan pemikirannya.

"Okay!" Changmin tepuk tangan mengatasi rasa hening yang sesaat tadi menelusup. Haha ikutan tepuk tangan.

"Geuraetji..." Haha nampak paham ketika Hyesun meletakkan lutut di atas kardus dan menarik bagian kardus di sebelahnya ke bagian atas, hingga menekuk.

"Tolong selotipnya, Changmin-a..." pinta Hyesun lembut. Haha sampai menutup wajah mendengar suara Hyesun yang terdengar amat sangat lembut barusan.

"Wae, Hyung?" tanya Changmin setelah selesai merekatkan selotip di bagian lembar kardus yang telah tertekuk.

"Ani, Changmin-a, aigoo... aku jadi ingat kala Ga-eun memanggilku di awal-awal kami pacaran..."

"Eh? Memangnya bagaimana? Bukankah memanggil namamu juga, Hyung?" Changmin bergerak pelan ketika Hyesun selesai menekuk lembar kardus lainnya di sisi satunya lagi. Perahu yang setengah jadi itu lalu diterbalikkan hingga bagian dasar luarnya terlihat, Hyesun meminta Haha dan Changmin untuk melapisinya dengan selotip banyak-banyak. Changmin lalu berpindah ke dekat Haha, untuk mengambil selotip selebar kertas A4 dan meminta Haha memegang ujungnya.

"Ga-eun selalu memanggilku 'Donghoon-a'... aigoo, persis Hyesun. Sangat lembut. Dan hanya untukku. Aigoo..." kata Haha cekikikan.

"Haha Oppa, jangan tertawa saja. Itu selotipnya lepas. Aish, jangan sampai kita mengulang dari awal. Bisa terlambat dari yang lain," gerutu Choi Hyesun dengan wajah cute-nya. Haha mencibir lagi. Changmin terkekeh sembari fokus pada lembaran selotip yang lembar. Pria itu memotong selotip yang ada di pegangannya, lalu memulai melapisi dengan selotip lagi. Begitu terus hingga perahu mereka terlindungi selotip.

"Omong-omong, Hyung..." kata Changmin bisik-bisik di sela-sela pekerjaannya, "apa Ga-eun Nuna juga sedisiplin Hyesun?"

Haha cekikikan lagi, "Errr, kurasa tidak. Itulah, aku bersyukur untuk itu."

"Nah," kata Changmin, "itulah uniknya Hyesun, Hyung..."

"Changmin-a, Haha Oppa, kalian bicara apa sih? Perahu kita belum selesai..."

*****

.

.

.

"Ini pasti bisa menahan tubuh kita bertiga, Park-ah..." kata Kim Joongkook dengan mata berbinar senang. Choi Hyunhee berdiri memerhatikan kotak persegi panjang dengan ruang yang bisa diisi oleh tiga orang itu, dalam diam. Gadis itu sejak tadi tidak bekerja apa-apa, karena John Park dan Kim Joongkook sudah mengambil alih segala pekerjaan membuat paper boat ini berduaan. Joongkook bahkan berkali-kali berteriak meminta John agar menuruti semua instruksinya.

"Hyunhee-ya, jangan diam saja..." John Park berkacak pinggang seraya meluruskan tulang-tulang punggungnya akibat terlalu sering membungkuk ketika memotong kardus dan membuatnya menjadi kotak persegi panjang.

"Eh, apa sudah selesai?" tanya Choi Hyunhee kaget. Tangannya terulur dan memegang ujung kotak persegi panjang itu.

"Belum, Hyunhee-sshi. Sebentar lagi," Kim Joongkook berdiri menjauh dari perahu kotak persegi panjang buatannya. Lalu memegang-megang dagunya sendiri, sementara sedikit peluh menghiasi pelipisnya. "Park-ah, coba kau naik, apa bisa mendayung dengan baik jika sudah di dalam? Coba, coba..."

[✓] Running Man 200 "Reveal The Dating"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang