bagian 9

11 0 0
                                    

Sudah beberapa hari aku tidak mengecek HP. Aku sibuk dengan persiapan UN. Sekolahku sangat mengedepankan nilai UN untuk memudahkan siswanya yang ingin melanjutkan perguruan tinggi. Sebenarnya sekarang mendekati ulangan akhir semester  ganjil. Aku banyak mengikuti bimbingan belajar yang di selenggarakan sekolah. Banyak tugas yang harus di selesaikan.

Saat aku mengecek HP. Seperti biasa HPku berisi pesan-pesan dari grup sekolah. Aku kembali fokus dengan tugasku. Saat aku asik dan tenggelam dengan tugasku satu pesan dari Instagram masuk ke dalam HPku.

"Sya gimana kabarnya?, maaf kakak ngechat kamu kakak ada sesuatu yang harus di omongin ini penting Sya, kakak cuman minta waktu sebentar untuk Syasya denger kakak ngomong". Pesan dari ka Fajri. Aku menatap HP lalu mencoba mengetik pesan balasan.

"Iya ada apa kak?". Pesan singkatku. Aku menekan kata send. Aku mencoba melupakan pesanku berharap ka Fajri tidak membalas pesanku. Kembali fokus mengerjakan soal-soal UN. beberapa menit kemudian HPku kembali bergetar.

"Alhamdulillah Sya kamu mau balas pesan dari kakak. Kakak mau nyampein sesuatu penting untuk kamu. Kakak mau bicara sama kamu, tapi kayanya gak bisa lewat chatingan ini harus di omongin langsung, kakak harap kamua mau. Ini cuman sekali".
Aku membaca pesan selanjutnya dari ka Fajri.

Aku meletakan HP di atas meja, kemudian beranjak pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu agar hatiku merasa tenang. Saat hati merasa gelisah aku akan segera mengambil air mudhu, kebiasaan ini ibu ajarkan kepadaku sejak aku dari kecil. Cara ini sangat efektif untuk menenangkan hatiku. Kembalinya aku di kamar, aku mengambil HP di atas meja belajar dan merebahkan tubuh di atas kasur.

'Bismillah' ucapku dalam hati kemudian mengetik balasan untuk ka Fajri.

"Ya udah kak, aku pengen ka Fajri tunggu aku  besok sepulang sekolah di kafe dekat sekolah, kalo kak Fajri gak dateng aku gak akan kasih kesempatan lagi untuk ngomong sama aku, jangan balas chat ini. Kalo ka Fajri mau ngomong, ngomong sepuasnya nanti besok di kafe". Tanganku gemetar menulis pesan balasan untuk kak Fajri.

Aku menutup wajahku dengan bantal. Menebak-nebak apa yang ka Fajri ingin katakan. Aku melepas bantal wajahku dan menatap langit-langit kamar. Kemudian rasa kantuk menyerangku hingga tak lama aku tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Taaruf CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang