"Abah, tahun ini jadwalnya Papah pulang, kan?" Ara menemukan Abah di balkon lantai dua, sedang meminum secangkir teh hangat.
Abah mengangguk. Kembali diseruput pelan teh hangatnya. Bibirnya terukir senyum. "Udah kangen tuh pasti." Ledeknya sambil mencubit pinggang cucunya.
"Iyalah. Ketemunya dua tahun sekali, gimana nggak kangen?" Balas Ara, memamerkan wajah cemberutnya.
Dulu Ara tidak sediam sekarang. Maksudnya, mungkin karena Ara sudah mengerti bahwa di umurnya sekarang sudah bukan waktunya untuk menunjukkan jerit tangisnya di hadapan semua orang. Terakhir Ara tidur ditemani Abah, saat itu Ara masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika itu Ara masih sangat sensitif. Belum bisa move on dari kepergian Umanya membuat Ara sering menangis, ditambah Papanya yang bekerja sebagai Pilot. Makin bertumpuk-tumpuklah rindunya.
Allahu 'akbar.. Allahu 'akbar!
"Ra, maghrib. Sholat dulu, yuk." Ajak Abah sambil menggiring Ara kembali masuk ke dalam rumah.
Ara berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu'. Setelah itu ia berjalan ke ruang musholla kecil di dalam rumahnya. Sedangkan Ara sholat sendirian di rumah, Abah dan Bang Mbin pergi sholat maghrib di Masjid depan komplek.
"Ya Allah, Ara kangen Uma." Ucapnya bergetar sambil menengadahkan tangannya. "Semoga Uma ditempatkan di sisi-Mu, Ya Allah, Aamiin." Akhirnya dengan mengusap wajahnya. Setelah itu Ara melipat mukenanya dan menempatkannya kembali di lemari.
Di saat yang bersamaan Abah dan Bang Mbin pulang dari Masjid.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." Ara menjawab. Kemudian segera menyalami yang lebih tua.
Tbc.
Not be a long long chapter story.
KAMU SEDANG MEMBACA
this is not a love story
Fanfictionkalo mampir jangan lupa vote. kalo mau request bisa dm / comment. kalo suka sama aku bilang aja🌚 [muntah pelangi🌈] engga deng boong, kalo suka sama ceritanya bisa masukin ke perpustakaan. Enjoy reading guys💕 📍27apr.2019