Tampak Guntur melajukan sepeda motornya memasuki sebuah halaman. Ia memarkirkan benda beroda dua miliknya itu di halaman depan kostan. Ibu pemilik kost yang sedang duduk di kursi teras rumahnya heran, melihat Guntur menghampirinya.
"Selamat pagi Bu," ucapnya sopan seraya tersenyum ramah.
"Kamu nyari siapa ya?" tanya ibu pemilik kost.
"Febri bu," jawabnya singkat karena tidak tahu perempuan itu pemilik kamar nomor berapa.
"Oh Neng Febri, dia baru saja berangkat."
"Oh begitu ya?" Guntur kecewa sekali.
"Kenapa gak di telpon atau di chat dulu?" ucap si ibu berusaha memberi saran.
Guntur kelabakan mencari alasan, karena jelas ia tidak mempunya kontak apapun milik Febri. Ia berpikir sejenak.
"Sudah di chat, tapi gak aktif. Ditelpon HP-nya tidak aktif juga."
"Temen sekampusnya?"
"Iya, teman sekampus sekaligus rekan kerjanya."
"Kalau gak salah, dia tadi berangkat kerja."
"Makasih Bu, kalau begitu saya pamit berangkat dulu."
"Ia silahkan, hati-hati di jalan."
"Permisi"
Ibu kost tersenyum menatap Guntur mengeluarkan motornya dan melaju pelan meninggalkan kostan khusus putri itu.
Setelah agak jauh, Guntur melajukan sepeda motornya kencang, menuju ke tempat kerja. Sampai di sana, karena jam kerja masih lama, ia pergi dulu ke sebuah tempat yang khusus menyediakan soto. Ia melirik barisan kursi dekat pintu dan mendapati Febri sedang sarapan di sana.
Datang dari arah samping, kemudian tiba-tiba duduk di kursi depan Febri. Membuat perempuan itu berkata sinis.
"Ngapain loe di sini? Ngintilin gue?!"
"Gue ke sini mau nemuin cewek yang katanya kangen sama gue."
"Maksud loe gue?"
"Nah, itu loe nyadar."
"Idihhh, sorry ya gue kagak kangen sama loe sedikit pun." Bohong! Febri langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak berani memandang wajah Guntur karena hati kecilnya berkata kalau ia memang rindu padanya, bahkan mendekati khawatir.
"Gue cuman mau balikin ini!" Febri mengeluarkan jas hujan dari dalam tasnya, meletakan benda itu dengan kasar di meja depan Guntur.
"Gak mau bilang apa gitu, biar sopan."
"Emang gue mesti bilang apa?" tantang Febri.
"Makasihlah, apalagi? Eh tapi kalau loe mau bilang I Love You ke gue juga gak apa-apa." Guntur tersenyum jahil.
"Dasar cowok tengil! Denger ya, gue gak minjem tapi loe yang ngasih pinjem."
"Cewek mah ribet," ucap Guntur sekenanya.
"Terserah loe, mau bilang apaan."
"Galak amat. Jadi loe tetep gak mau ngaku nih?" Guntur menatap lekat-lekat wajah Febri.
"Ngaku apaan?"
"Kalau loe kangen sama gue?"
"Pengen banget ya di kangenin sama cewek semanis gue?"
"Bukan mau, tapi kenyataan. Buktinya loe nanyain gue sama keadaan gue ke tiap karyawan. Gara-gara gue dua minggu gak masuk kerja."
"Rese, gue cuman mau balikin jas hujan. Budeg ya loe?" Febri melakukan sedikit penekanan pada kalimat terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
2821 mdpl
RomanceMenurut Febri cinta itu adalah kesetian. Karena rintangan dalam sebuah hubungan itu bukan cemburu, melainkan rindu dari sebuah jarak tanpa titik temu. "Lebay, kita kan bisa chattingan atau saling kirim email." Samudra tersenyum, "ingat! Jangan bikin...