"Olivia, kau kenapa saat pelajaran Jung ssaem tadi?" Aku tidak menjawab pertanyaan Mina di depanku.
"Bangku kosong dalam kelas kita itu, apa ada orang yang duduk di sana?" Tanyaku pada Mina dan Choerry. Aku melihat wajah Choerry dan Mina bergantian yang terlihat kebingungan.
"No, bangku itu kosong." Jawab Mina.
"Yaa! Olivia, Mina, Choerry, Hai!" Teriak Kai sambil berjalan ke arah kami bertiga dengan Yechan di sampingnya.
"Hai juga Kai." Balas Choerry semangat dengan tangan yang melambai ke arah Kai.
Aku menyerngitkan dahi bingung melihat aura gelap di belakang Yechan. Karena penasaran, aku langsung berdiri dari bangku taman dan sedikit memiringkan kepala untuk melihat apa yang ada di belakang Yechan.
Deg
'sosok' itu ternyata masih mengikuti ku. 'sosok' itu kembali menatapku tajam di balik rambut hitamnya. Tatapan penuh dendam dan kebencian di sana.
"Ada apa Via?" Tanya Kai bingung melihatku yang terus memandang ke arah Yechan.
Tanpa menjawab pertanyaan Kai, aku langsung pergi meniggalkan taman menuju kelas membuat keempat temanku berteriak memanggilku di belakang.
"Shit! Dia mengikuti ku."
INDIGO GIRL
"Yaaa! Lemparkan saja ia dengan sampah."
"Benar, rasakan ini!" Lemparan sampah-sampah dari murid-murid di lorong pun mulai berantakan di sana. Beberapa dari mereka juga melemparkan benda keras seperti sepatu, botol air putih yang masih terdapat air separuh didalamnya.
"Dasar idiot!" Ucap salah satu dari mereka yang masih melempari siswi tersebut.
Dorongan keras dari belakang siswi tersebut membuat dirinya terjatuh ke depan dengan wajah terlebih dahulu menyentuh lantai. Suara tawa dari murid-murid di sana pecah melihat siswi tersebut terlihat tak berdaya sekarang.
"Lebih baik kau mati daripada hidup menyusahkan kami!" Ucap mereka pada siswi tersebut yang menangis tersedu-sedu.
"Kami tidak suka melihatmu di sini."
"Pergi mati sana!"
Murid-murid di sana langsung bubar meninggalkan siswi yang terbaring lemah di atas lantai dingin itu. Tidak ada niat sama sekali untuk membantunya berdiri di sana, bahkan hanya untuk sekedar melirik dirinya pun tidak sama sekali.
Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat melihat satu-persatu murid-murid di sana yang meninggalkan dirinya. "Mati!"
.
.
.
.
."Haaaa!!!" Deru nafas milikku terdengar nyaring di kamarku. Aku melihat ke arah jam weker di atas nakas samping tempat tidurku.
04.00 am.
Menjelang pagi. Aku bergegas turun dari ranjang menuju kamar mandi, setelahnya aku langsung bersiap-siap memaki seragam sekolah.
Jam menunjukkan pukul 04.50, matahari perlahan mulai menunjukkan dirinya. Aku turun ke lantai bawah dengan perlahan, takut membangunkan ayah dan ibu di kamar.
Aku menulis pesan di note kecil milikku 'maaf, hari ini aku berangkat lebih awal karena ada pekerjaan kelompok yang harus diselesaikan sskarang!' setelah menulis itu, aku menaruhnya di atas meja makan agar ayah dan ibu bisa melihatnya dan tidak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Girl
Ужасы"Separuh jiwamu masih terkurung didalam dunia 'mereka', kau harus mengambil separuh jiwamu kembali secepatnya jika kau masih ingin melihat dunia lebih lama lagi." Indigo Girl~