chapter 16

463 58 2
                                    


Don't forget for voment

Happy reading guys..
.
.

"Kau tak usah repot-repot Bobby hyung. Ku kira kau akan menjaganya dengan benar, aku kecewa padamu." Ucap seseorang itu dengan dinginnya dari arah depan bangunan itu. Semua mata langsung tertuju pada suara itu berasal. Mata mereka seketika membulat sempurna.

"Ch-changbin?"

.
.
.

"Tak becus sekali hanya menjaga satu orang saja." Ujar Changbin dengan sangat dingin.

"Satu orang katamu? Hey..siapa bilang hanya satu orang eoh? Bangchan tak menyuruh kami hanya untuk menjaga Felix kalau kau lupa." Sahut Bobby dengan tak kalah dinginnya. Ah, yang benar saja pasti akan seperti ini, keduanya tak ingin disalahkan dan sangat keras kepala.

"Tapi aku tak peduli dengan yang lain, yang aku pedulikan sekarang orang yang telah pergi saat ini." Ucapnya lagi dengan dingin.

Bobby mendengus kesal, baiklah sekarang mungkin dirinya harus mengalah pada dongsaeng keras kepalanya ini. Bisa-bisa kalau terus seperti ini kapan mereka akan mencari Felixnya?

"Hah..terserahmu sajalah."

"Hey..kapan kita akan mencari Felixnya eoh? Cepat buat saja kelompok agar cepat menemukan Felixnya." Kesal Woojin yang sudah diambang kesabarannya.

Beberapa menit kemudian.

Semuanya telah berpencar dalam mencari Felix. Bangunan itu menjadi sangatlah sepi, namun mereka melupakan sesuatu. Yap, siluit merah yang terus saja memantau mereka dari sejak tadi pagi. Siluit itu terlihat menyeringai menampilkan senyum menyeramkannya.

"Hahahahha..sampai kapan kita akan bermain? Seo Changbin!"

🍁🍁🍁

Felix pov

Aku benar-benar pusing saat ini, bagaimana tidak? Kata-kata orang itu terus saja tergiang dalam benakku. Ingin sekali aku pergi jauh dari semua ini. Namun, kenyataan tak pernah menyetujuinya.

Aku terus saja mengurung diri didalam kamar. Tak ingin keluar sama sekali. Ketukan demi ketukan ku abaikan, tak ada sekali pun aku jawab hanya untuk memberi tahukan bahwa aku baik-baik saja sekarang. Aku terus saja diam termenung dengan segala macam pikiranku yang terus saja memikirkan hal itu.

Sempat terbersit dalam benakku, bahwa aku harus pergi. Pergi jauh dari semuanya. Bukan, bukan pergi ingin meninggalkan tanggung jawabku yang harus menyelamatkan dunia ini. Namun, aku hanya ingin pergi jauh dari mereka semua yang ingin sekali membantuku, aku tak ingin mereka merasakan sakitnya hanya karenaku. Aku tak pernah tenang dan tak terima jika itu memang terjadi. Aku tak ingin semuanya terulang kembali hanya karenaku. Cukup sahabatku saja yang pergi meninggalkanku jangan keluargaku.

'Apa harus aku meninggalkan mereka?'

Pikiranku terus saja terpenuhi dengan pertanyaan tersebut. Aku terus menimang pertanyaan itu, hingga sekelebat bayangan hitam melewati indra penglihatku.

Ah ternyata dia kembali lagi padaku. Kenapa sekarang dia suka sekali buat aku tak tenang? Kenapa dia begitu ingin menghancurkanku? Apa salahku dulu sampai dia membenciku seperti sekarang?

To Change of the Dark Vamp -changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang