Suara keras itu terdengar dari arah ruang tamu, tiba-tiba semua orang yang berada di dapur berlari ke depan untuk melihat apa yang terjadi. Mereka bahkan tidak sadar berlali dengan celemek yang masih menggantung di leher mereka.
Gadis itu hanya tertunduk dihadapan pria paruh baya yang membentaknya tadi. Ia hanya bisa pasrah terhadap keadaannya saat ini dan terus mengeluarkan air mata. Mungkin, ia sangat menyesal dengan apa yang telah dilakukannya sebelumnya.
"Saya berharap putri bapak mampu menyadari kesalahannya dan meminta maaf!"
Seorang pria paruh baya yang berpostur lebih tinggi dari pria yang membentak gadis itu mulai angkat bicara. Ia membicarakan sesuatu yang harus dibayar oleh gadis itu atas perbuatannya.
" Kamu yang menulis semua itu?! Siapa yang mengajari kamu untuk menghakimi orang lain? Fikiranmu itu dimana...!!!??"
Nara semakin menangis tersedu-sedu saat ayahnya bertanya dengan nada tinggi dan wajah merah. Ibu Nara sama sekali tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Sama halnya dengan kakak Nara yang ikut berlari ke ruang tamu untuk memastikan apa yang terjadi.
Ayah Nara terlihat sangat kesal ketika melihat ponsel yang digenggamnya ternyata berisi pesan-pesan hinaan untuk orang lain. Beliau marah karna putri satu-satunya yang begitu penurut telah melakukan kebodohan besar.
Ia menuliskan pesan yang menggunakan kata-kata kotor untuk orang yang tak pernah ia temui sebelumnya. Nara sendiri tidak mampu menjelaskan pada ayahnya mengapa ia berbuat demikian.
Saat ayahnya berhenti berteriak-teriak, ibunya turut turun tangan dan bertanya apa yang terjadi. Akan tetapi, Nara masih belum sanggup menjawabnya. Situasi saat ini sangat mencekam membuat semua orang yang berada di dalam ruang tamu terlihat gelisah. Kecuali pria paruh baya yang berpostur lebih tinggi dari ayah Nara yang kelihatan sangat santai dan terus-menerus menghina Nara. Bahkan pria itu juga memaksa Nara meminta maaf padanya.
"Saya akan lapor polisi jika putri bapak masih belum meminta maaf pada senior saya atas kasus pencemaran nma baik." Ancam pria paruh baya yang sedari tadi memanaskan suasana.
" Saya berharap bapak tidak bertindak terlalu jauh, karna semua dapat dibicarakan secara kekeluargaan." Ayah Nara terus membujuk pria paruh baya yang juga sedang emosi saat ini. Beliau tidak mau memperkeruh suasana, tapi pria itu tidak tahu malu dan terus berbicara. Ibu Nara terlihat geram dengan perilaku arogan pria paruh baya tersebut.
"Sebenarnya ini bukan sepenuhnya kesalahan Nara. Coba bapak tanyakan pada putra bapak sendiri yang juga mengerti masalah ini."
Pria muda yang ditunjuk oleh ibu Nara itu sama terdiamnya sepertu Nara. Percuma saja meminta penjelasan saat ini, karna kedua anak itu terlihat ketakutan. Mereka sama sekali tidak tahu harus menjawab apa.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Bapak (ayah)
KurzgeschichtenSejak aku dilahirkan aku mendedikasikan hidupku untuknya, menjadi pribadi yang santun dan senantiasa menghormati beliau. Aku bahkan tak tahu cara untuk membangkang terhadap perintahnya,karna setiap perkataannya adalah perintah untukku. Mau tidak mau...